Apakah Indonesia Ikut Terdampak Resesi 2023?

Nur Khumairah Sholeha Hasan, telisik indonesia
Rabu, 28 Desember 2022
0 dilihat
Apakah Indonesia Ikut Terdampak Resesi 2023?
Sri Mulyani mengatakan, risiko resesi disebabkan oleh kenaikan cost of fund dan potensi default di banyak negara yang sudah memiliki rasio utang sangat tinggi. Harga komoditas yang tinggi kemudian menyebabkan inflasi melonjak. Foto: Repro Bisnis.com

" Ekonomi yang gelap di tahun depan tak lepas dari resesi 2023 akibat ancaman tensi geopolitik antara Rusia dan Ukraina yang tidak bisa dipastikan kapan akan berhenti "

JAKARTA, TELISIK.ID - Perekonomian dunia pada tahun 2023 dibayangi oleh ketidakpastian. Bahkan ancaman resesi 2023 santer terdengar. Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Menteri Keuangan Sri Mulyani kerap kali menggambarkan ekonomi tahun depan 'gelap',

Melansir Cnbcindonesia.com, ekonomi yang gelap di tahun depan tak lepas dari resesi 2023 akibat ancaman tensi geopolitik antara Rusia dan Ukraina yang tidak bisa dipastikan kapan akan berhenti.

Rusia dan Ukraina sebagai pemasok terbesar energi dan pangan membuat tingkat inflasi di banyak negara meningkat. Sehingga dalam meredam inflasi tersebut, membuat bank sentral di banyak negara harus mengetatkan kebijakan moneter dengan menaikkan suku bunga acuan.

Melansir Kompas.com, Menteri Keuangan,Sri Muliani mengatakan, proyeksi resesi ekonomi di tahun depan mengacu pada studi Bank Dunia (World Bank) yang menilai kebijakan pengetatan moneter oleh bank-bank sentral akan berimplikasi pada krisis pasar keuangan dan pelemahan ekonomi. 

Sri Mulyani di beberapa kesempatan selalu menyampaikan bahwa hampir semua negara di dunia mengalami risiko kemunduran ekonomi. Beberapa negara, dipastikan mengalami resesi ekonomi, di antaranya Amerika Serikat, Eropa, Inggris, dan China.

Baca Juga: Tinjau Gereja di Malam Natal, Kapolri Pastikan TNI-Polri Beri Rasa Aman Sepanjang Nataru

"Resesi bukannya tidak mungkin terjadi di Amerika Serikat. Pada 2022 dan 2023, Eropa juga kemungkinan terjadi resesi," kata Sri Muliani dikutip dari Cnbcindonesia.com

Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), resesi adalah suatu kondisi dimana perekonomian suatu negara sedang memburuk, yang terlihat dari produk domestik bruto (PDB) negatif, pengangguran meningkat, maupun pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif selama dua kuartal berturut-turut. 

Berdasarkan Djkn.kemenkeu.go.id, resesi 2023 juga dipengaruhi oleh perekonomian dan stabilitas perdagangan di dunia belum kembali normal pasca COVID-19, diperparah terjadi perang Rusia dengan Ukraina. Kedua negara yang merupakan produsen komoditas penting di dunia, seperti migas, gandum, kedelai, pupuk dan lainnya.

Pasokan komoditas tersembut menjadi terhambat ke beberapa negara di Eropa sehingga menimbulkan krisis energi dan pangan. Akibatnya, harga-harga komoditas tersebut meningkat tajam. Inflasi pun tak terhindari akibat menurunnya pasokan migas dan pangan.

Baca Juga: Ini Formasi CPNS dan PPPK 2023 yang Diprioritaskan

Peran masyarakat dalam membantu penguatan perekonomian dan ketahanan ekonomi Indonesia sangat diharapkan. Inflasi diikuti oleh kebijakan pengetatan moneter oleh bank sentral di negara Eropa dan Amerika dengan menaikkan tingkat bunga acuan yang akan berdampak juga pada kebijakan yang diambil bank sentral di negara lainnya.

Dari data IMF, India diperkirakan akan tumbuh 6,8 persen tahun ini dan 6,1 persen tahun depan. Sementara itu, IMF memperkirakan Indonesia tumbuh 5,3 persen tahun ini dan 5 persen pada 2023.

Meski begitu, negara-negara itu tetap berisiko terkena efek samping resesi dari negara-negara maju. Sri Mulyani juga turut mewaspadai kondisi eksternal meski Indonesia diprediksi masih tumbuh kisaran 5 persen pada 2022 dan 2023. (C)

Penulis: Nur Khumairah Sholeha Hasan

Editor: Haerani Hambali

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS 

Baca Juga