Barongko Si Manis dari Bugis, Begini Filosofi dan Cara Buatnya

Fitrah Nugraha, telisik indonesia
Sabtu, 19 September 2020
0 dilihat
Barongko Si Manis dari Bugis, Begini Filosofi dan Cara Buatnya
Kue barongko, makanan khas suku Bugis. Foto: Repro Google.com

" Pada zaman dahulu barongko pisang tergolong makanan mewah dan hanya khusus disajikan bagi kaum bangsawan dari kerajaan-kerajaan Bugis. Umumnya raja-raja Bugis menikmati panganan yang berbahan pokok pisang ini sebagai makanan penutup. Kudapan ini hanya disajikan pada saat tertentu, seperti pernikahan dan upacara adat. "

KENDARI, TELISIK.ID – Salah satu makanan khas dari pulau Sulawesi yang banyak digemari masyarakat nusantara adalah barongko. Kuliner khas Sulawesi Selatan ini tidak hanya enak, tapi juga memiliki filosofi yang mendalam.

Dilansir Indonesia.go.id, seperti halnya suku lain di Indonesia, masyarakat Bugis juga memiliki makanan dan minuman tradisional yang terus terpelihara hingga kini. Ada banyak makanan dan minuman tradisional yang dimiliki orang Bugis. Selain konro dan coto makassar, Suku Bugis juga memiliki peganan yang khas yaitu barongko pisang.

Pada zaman dahulu barongko pisang tergolong makanan mewah dan hanya khusus disajikan bagi kaum bangsawan dari kerajaan-kerajaan Bugis. Umumnya raja-raja Bugis menikmati panganan yang berbahan pokok pisang ini sebagai makanan penutup. Kudapan ini hanya disajikan pada saat tertentu, seperti pernikahan dan upacara adat.

Barongko berwarna putih kekuningan, berbentuk segitiga dan dikemas secara tradisional dengan menggunakan daun pisang. Seperti bahan dasar sebagain besar kuliner lain di Sulawesi Selatan, bahan utama kue Barongko adalah pisang. Umumnya, pisang yang digunakan adalah jenis pisang kepok yang oleh masyarakat Bugis dikenal sebagai utti loppo yang berarti pisang besar.

Pisang besar inilah yang kemudian dihaluskan lalu dicampur dengan bahan lainnya antara lain gula pasir, telur, santan kental, vanili, garam dan lainnnya. Setelah itu dibungkus dengan menggunakan daun pisang dengan pola segitiga tiga dimensi dan disemat dengan lidi, lalu dikukus. Setelah masak, ditunggu dulu beberapa saat barulah kue ini disajikan dalam keadaan dingin.

Meski terkesan sederhana dan mudah, namun kue ini jarang ditemui. Barongko baru muncul di acara-acara istimewa seperti sunatan, akikah, mappanre temme, atau pesta pernikahan. Pasalnya, di daerah asalnya pembuatan barongko tidak dilakukan dengan sembarangan. Barongko harus dibuat oleh orang yang sudah berpengalaman, agar rasa asli barongko tetap terjaga.

Di luar acara-acara istimewa tadi, ada satu momen dimana barongko selalu tersaji di rumah-rumah orang Bugis, yaitu saat bulan Ramadan tiba. Selain rasanya yang manis, lembut dan dingin, barongko juga dianggap aman untuk pencernaan dan menambah stamina.

Baca juga: Pondok Arafah, Rumah Makan Nuansa Alam Hadirkan Menu Modern dan Tradisional

Karenanya tepat bila disajikan sebagai makanan pembuka setelah menjalankan puasa Ramadan sehari penuh. Rasa yang manis, teksturnya yang lembut dan juicy membuat siapapun yang mencicipi kue ini sulit untuk beranjak dan melupakan begitu saja cita rasa kelezatan yang khas dari barongko.

Selain itu, meskipun terlihat sederhana dan mudah cara membuatnya, namun kue barongko mempunyai nilai filosofis yang tinggi. Menurut sebagian besar masyarakat Bugis, barongko pisang tidak hanya dikerjakan dengan tangan-tangan terampil dan berpengalaman tetapi juga dibuat dengan hati. Hal ini sejalan dengan nilai filosofi tinggi yang terkandung di dalamnya.

Sebagian besar masyarakat Bugis menyebut barongko sebagai kue kejujuran. Bahan utama yang terbuat dari pisang dan kemudian dibungkus kembali dengan tanaman yang sama dengan bahan dasarnya (daung pisang) merepresentasikan kejujuran.

Maknanya,  bahwa haruslah sama apa yang terlihat di luar dengan apa yang tersimpan di dalam diri kita. Hal ini tentunya mengajarkan kita bahwa apa yang diucapkan harus sama dengan apa yang dilakukan, dan apa dikerjakan harus sama dengan apa yang dirasakan. Makna lainnya adalah apa yang terpikirkan dan yang dirasakan haruslah selaras dengan tindakan yang dilakukan.

Karena nilai budayanya inilah maka kue tradisional barongko ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda pada tahun 2017 oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Jadi, jika suatu saat anda merasa dikhianati atau merasa nilai kejujuran semakin memudar, ingat masih ada barongko "Si Manis-Lembut" khas Pinisi yang hingga sekarang masih tetap dipertahankan eksistensi rasa dan nilai filosofisnya.

Untuk menyajikan kuliner asal suku Bugis ini cukup mudah dan bahan-bahannya pun cukup mudah di dapat. Berikut Telisik.id telah merangkum dari beberapa sumber bahan dan cara buatnya.

Bahan-bahan:

- 1 sisir pisang ambon/pisang kepok (yang sudah sangat matang)

- 500 ml santan matang

- 3 butir telur

- 80 gram gula pasir

- 20 gram susu bubuk putih

- Garam

- 3 lipat daun pisang (tua dan muda)

- Lidi

Baca juga: Kambalu, Kuliner Tradisional Khas Wakatobi yang Kenyal

Cara membuatnya:

Langkah pertama: Langkah paling pertama baiknya menyediakan terlebih dahulu daun pisangnya. Bersihkan daun pisang, lalu potong menjadi ukuran 15x30 cm.

Langkah kedua: Untuk mempermudah buat dari karton cetakannya dgn ukuran panjang sisi 6 cm dan utk alasnya 5 cm. Saya menggunakan karton dan diikat karet.. Supaya lebih bersih saya bungkus pakai wrapping.

Langkah ketiga: Ambil daun pisang yg tua sebagai lapisan paling luar dan daun pisang muda sebagai lapisan dalam. Bentuk daun pisang mengikuti ukuran cetakan. Agar tidak terbongkar dapat ditusukkan lidi. Sisihkan.

Langkah keempat: Masukkan pisang, santan, telur, gula, garam, dan susu bubuk ke dalam blender. Haluskan, lalu tuang ke dalam wadah. (Jumlah gula yang digunakan tidak perlu banyak, sebab pisang yang matang sudah memiliki rasa manisnya sendiri).

Langkah kelima: Ambil satu daun pisang yang sudah dibentuk, lalu buka setengah daun pisang. Masukkan 3 sendok adonan pisang. Tutup kembali dan sematkan lidi (bisa juga pakai hekter, atau ambil sisa daun pisang buat seperti tali dan hekter bagian atasnya).

Langkah keenam: Panaskan panci kukusan, masukkan barongko dan kukus kurang lebih 15 menit.

Langkah ketujuh: Angkat dan sajikan. Bisa dalam kondisi hangat maupun dingin.

Reporter: Fitrah Nugraha

Editor: Haerani Hambali

Artikel Terkait
Baca Juga