Kue Tuli-Tuli Dikenal di Jogja Kue Geblek, Apa Bedanya?

La Ode Ismail, telisik indonesia
Kamis, 15 Oktober 2020
0 dilihat
Kue Tuli-Tuli Dikenal di Jogja Kue Geblek, Apa Bedanya?
Secara tampilan, kue tuli-tuli dan kue geblek tak ada bedanya. Foto: Repro Kompas.com dan Cookpad.com

" Meski bentuk kue geblek sama dengan tuli-tuli, namun dari segi cara pembuatan serta bahan adonannya berbeda, sehingga mempengaruhi rasa yang berbeda pula. "

YOGYAKARTA, TELISIK.ID - Kue tuli-tuli merupakan jajanan tradisional khas Sulawesi Tenggara, khususnya sering kita temukan di seputaran Pulau Buton.

Kue ini dapat anda temukan juga di Jogja dengan sebutan yang berbeda, kue geblek. Sebenarnya, Kue geblek lebih sering dikenal jajanan tradisional dari Kulonprogo, salah satu kabupaten di D.I Yogyakarta. Tuli-tuli sejatinya berbentuk angka delapan dan ada pula inovasi berbentuk angka 0.

Meski bentuk kue geblek sama dengan tuli-tuli, namun dari segi cara pembuatan serta bahan adonannya berbeda, sehingga mempengaruhi rasa yang berbeda pula.

Bahan dasar tuli-tuli adalah kaopi atau ka'ati yang terbuat dari parutan ubi kayu atau singkong yang telah dikeringkan, lalu dipadatkan. Sedangkan kue geblek menggunakan tepung tapioka sebagai bahan dasar utama.

Versi lain, ada juga yang menggunakan tepung pati dan ampas singkong parut. Geblek versi kedua ini hanya menggunakan tapioka sebagai bahan pelengkap agar adonan terlihat lebih putih.

Tunggu, bukannya tapung tapioka dan pati itu sama saja yah? Kita tidak berbeda soal ini. Meskipun sama-sama terbuat dari singkong, tapioka adalah tepung yang proses pembuatannya telah melalui tahap ekstraksi sehingga membuat teksturnya sangat halus dan lebih putih. Sedangkan pati untuk bahan geblek itu mirip dengan kaopi, terbuat dari singkong halus yang dipadatkan. Makanya, tapioka disini hanya sebagai bahan pelengkap agar kue terlihat lebih kalis.

Baca juga: Tuli-tuli Camilan Khas Buton

Saya sendiri lebih pro dengan geblek versi bahan pati. Saya sudah mencoba kedua versinya dan hasilnya, geblek versi pati lebih terasa singkongnya dari pada berbahan dasar tapioka. Ibarat sepak bola, tepung pati disini sebagai strikernya, tapioka itu gelandangnya yang mempercantik permainan.

Selain itu, baik tuli-tuli maupun geblek sama-sama menggunakan bawang putih dan bawah merah serta garam sebagai penyedap rasa, tanpa embel-embel penyedap rasa buatan.

Nah, pembeda lainnya adalah kue geblek menggunakan campuran parutan kelapa dan ampas ketela, bahan yang tidak akan anda temukan pada tuli-tuli.

Perbedaan mencolok antara tuli-tuli dan geblek terletak pada cara pembuatannya. Proses pembuatan tuli-tuli lebih sederhana, kaopi padat dihaluskan dan dikeringkan dengan cara jemur di bawah sinar matahari lalu sangrai hingga benar-benar kering serta menimbulkan aroma sedap. Kemudian, air yang telah dicampurkan dengan bumbu bawang halus dimasukkan ke dalam kaopi sangrai, lalu aduk membentuk adonan padat.

Setelahnya, adonan siap dibentuk seperti angka delapan atau simbol "tak terhingga" matematika. Goreng adonan yang telah dibentuk hingga terlihat gurih dan tuli-tuli siap disajikan.

Baca juga: Sinole Makanan Olahan dari Sagu, Begini Cara Buatnya

Nah, cara pembuatan kue geblek agak beda nih, lebih sedikit rempong dibandingkan tuli-tuli kesayangan kita semua.

Baik untuk menyederhanakan kompleksnya pembuatan kue geblek, saya akan menyederhanakan dalam empat tahap.

Pertama, ulek bumbu bawang hingga halus, campurkan ke dalam ampas ketela dan parutan kelapa lalu aduk hingga merata. Kedua, tahap ini yang paling membedakan, pati dan adonan pertama dikukus bersamaan. Ketiga, adonan yang telah dikukus, remas-remas hingga membentuk adonan padat dan ambil bagian-bagiannya untuk membentuk angka delapan. Keempat, goreng adonan hingga gurih dan hasilnya siap disajikan.

Dari segi rasa, kue geblek lebih gurih, mungkin karena ada campuran tapiokanya. Kalau tuli-tuli rasanya lebih tajam dan lebih melekat di lidah, mungkin karena pengaruh bahan murni kaopi serta bawang merah.

Satu hal yang hampir dilupakan, jodoh sejatinya tuli-tuli atau geblek yaitu sambal. Bayangkan kue ini tanpa sambal, bagaikan langit tanpa awan, hambar rasanya. Bagaikan nikah tanpa mas kawin, tidak sah namanya. Terserah, mau sambal ala Jawa atau Sulawesi Tenggara, tergantung inovasi masing-masing. (C)

Reporter: La Ode Ismail

Editor: Haerani Hambali

TAG:
Artikel Terkait
Baca Juga