Bencana Hidrometeorologi Dominan Sepanjang Januari hingga April 2021
Marwan Azis, telisik indonesia
Sabtu, 01 Mei 2021
0 dilihat
Sejumlah rumah dan kendaraan rusak akibat banjir bandang. Foto: Ist.
" Menyikapi kejadian bencana, masyarakat diimbau untuk selalu meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan. Ancaman bencana hidrometeorologi belum berakhir, ini terbukti dengan kejadian tanah longsor di Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, jelang akhir April lalu "
JAKARTA, TELISIK.ID - Bencana hidrometeorologi masih dominan terjadi di Indonesia sepanjang Januari hingga April 2021.
BNPB mencatat, bencana banjir paling sering terjadi pada jenis bencana tersebut. BMKG pun merilis bahwa hujan sebagai salah satu pemicu banjir dan longsor, masih berpotensi terjadi di beberapa wilayah pada bulan Mei ini.
BNPB mencatat 1.205 bencana alam terjadi dari 1 Januari 2021 hingga 30 April 2021. Bencana hidrometeorologi, seperti banjir, angin puting beliung dan tanah longsor, dominan terjadi pada periode waktu tersebut.
Bencana banjir menjadi kejadian yang paling sering terjadi dengan 501 kali, disusul angin puting beliung 339, dan tanah longsor 233.
Dilihat dari periode waktu tersebut, total jumlah kejadian mengalami kenaikan 1 persen dari tahun sebelumnya. Sedangkan korban meninggal, total jumlah mengalami kenaikan 1,83 persen.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Dr. Raditya Jati, merinci kejadian bencana alam pada periode 1 Januari 2021 hingga 30 April 2021, banjir 501 kejadian, angin puting beliung 339, tanah longsor 233, kebakaran hutan dan lahan (karhutla) 97, gempa bumi 18, gelombang pasang dan abrasi 16, dan kekeringan 1.
Baca Juga: Peringati May Day, Buruh Tuntut Cabut Omnibus Law UU Cipta Kerja
Rentang periode tersebut kata Raditya, bencana alam mengakibatkan korban meninggal 479 jiwa, hilang 60, luka-luka 12.900 dan menderita serta mengungsi hingga 5 juta jiwa.
Bencana alam yang mengakibatkan korban meninggal tertinggi yaitu banjir 267 jiwa, gempa bumi 117, tanah longsor 86, angin puting beliung 7, dan karhutla serta gelombang pasang masing-masing 1.
Sedangkan kerusakan fisik, BNPB mencatat bencana menyebabkan kerusakan sektor perumahan dengan kategori rusak berat 14.936 unit, rusak sedang 23.347 dan rusak ringan 83.629. Selain kerusakan rumah, bencana alam juga menyebabkan kerusakan pada fasilitas umum seperti tempat ibadah 1.363 unit, Pendidikan 1.350, perkantoran 494, kesehatan 347 dan jembatan 295.
"Menyikapi kejadian bencana, masyarakat diimbau untuk selalu meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan. Ancaman bencana hidrometeorologi belum berakhir, ini terbukti dengan kejadian tanah longsor di Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, jelang akhir April lalu," ujarnya di Jakarta, Sabtu (1/5/2021)
selain itu, BMKG juga merilis peringatan dini cuaca pada esok hari (2/5/2021) di beberapa wilayah masih berpotensi hujan lebat yang dapat disertai kilat atau petir, serta angin kencang.
Baca Juga: Yuk Kunjungi Pantai Nanga Banda Reo, Tawarkan Pesona Wisata Kekinian
Wilayah tersebut yaitu Sumatera Barat, Riau, Bengkulu, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Banten, Jawa Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Sulawesi Tenggara dan Maluku.
Di samping potensi bahaya hidrometeorologi, masyarat diimbau juga mewaspadai potensi bahaya geologi, khususnya gempa bumi. Gempa bumi dapat terjadi kapan dan dimana saja.
Oleh karena itu, lanjut Raditya, masyarakat selalu menyiapkan sejak dini upaya-upaya kesiapsiagaan keluarga, yaitu mengenali risiko dan potensi bahaya di sekitar.
"Langkah selanjutnya yaitu menyiapkan strateginya dengan membuat rencana kesiapsiagaan keluarga atau pun latihan di tingkat keluarga," pungkasnya. (C)
Reporter: Marwan Azis
Editor: Fitrah Nugraha