Berawal dari Iseng, Wanita Ini Sukses Bisnis Open Trip
Affan Safani Adham, telisik indonesia
Senin, 10 Agustus 2020
0 dilihat
Pemilik Open Trip Matatita, Suluh Pratitasari. Foto: Ist.
" Jadi, Matatours itu bukan sesuatu yang disengaja. Kayak semacam kecelakaanlah. Saya kan hobi travelling dan suka menulis. "
YOGYAKARTA, TELISIK.ID - Sejak kuliah, Suluh Pratitasari yang biasa disapa Tita, sudah senang menulis dan juga jalan-jalan. Perempuan dari Yogyakarta itu membangun usaha Open Trip ke Eropa.
Pekerjaan yang dilakukannya itu, memang tidak terlalu menghasilkan materi dalam jumlah besar. Malah, kadang sekadar balik modal. Tapi ia mendapatkan kepuasan. Inilah kelebihannya dalam menggeluti pekerjaan yang sesuai dengan hobinya melalui Matatours pada awal 2012.
Tita selalu memegang teguh prinsip dan nilai yang diyakininya. Saat ini Matatours menyelenggarakan trip ke Eropa, Amerika dan sejumlah trip lainnya di wilayah Asia.
Konsep Backpacking Tours yang diusung Matatita lewat Matatours juga membawanya mendapat penghargaan Juara II dalam ajang Womenpreneurship yang diadakan oleh Majalah Sekar Gramedia Group (SWOMA 2012).
Di hadapan para juri, Matatita berhasil meyakinkan bahwa konsep Backpacking Tours bukan semata berarti traveling murah, namun yang terpenting adalah mengajarkan semangat independen dan keleluasaan waktu saat traveling bersama.
Suluh Pratitasari sama sekali tidak pernah berpikir untuk membuka biro perjalanan. Ketika akhirnya Matatours berdiri pada 14 Februari 2012 lalu, Tita menyebut itu sebagai sebuah “kecelakaan”.
"Jadi, Matatours itu bukan sesuatu yang disengaja. Kayak semacam kecelakaanlah. Saya kan hobi travelling dan suka menulis," ungkapnya.
Ternyata, banyak pembaca bukunya Eurotrip sudah naik cetak tiga kali yang ingin jalan bareng bersamanya ke Eropa.
Baca juga: Jurnalisme Sastrawi: Prasangka Media terhadap Etnik Tionghoa
Eurotrip bercerita tentang perjalanan Tita ke sejumlah negara Eropa sebagai Backpackers, istilah keren untuk wisatawan yang hanya membawa tas ransel. Eurotrip ternyata membuat banyak pembacanya berminat untuk menjadi Backpackers.
Karena semakin banyak yang mendesak, Tita akhirnya mengatur perjalanan Backpackers untuk 20 orang.
"Itulah awal dari perjalanan Matatours," terangnya.
Berbeda dengan biro perjalanan lainnya, Matatours yang berlokasi di Langenarjan Kidul 13 A, Panembahan, Kraton, Yogyakarta, sama sekali tidak membuat jadwal kepada wisatawan yang mendaftar untuk jalan-jalan ke Eropa.
Jadi, biasanya mereka berkumpul setiap pagi dan Tita memberikan arahan bagaimana cara menuju lokasi yang mereka inginkan. Misalnya, ada yang mau ke menara Eiffel, ia beritahu cara membeli tiket angkutan umum dan juga angkutan yang harus dinaiki.
"Jadi mereka bebas menentukan agendanya sendiri," ujar perempuan berusia 42 tahun yang alumni SMA Stella Duce 1 Yogyakarta.
Bisnis Open Trip itu awalnya merupakan proyek iseng-iseng dengan mengantar 20 orang ke Eropa tahun 2012. Setelah itu makin bertambah pesertanya. Saat ini tiap tahun Matatours adakan enam kali trip ke Eropa.
Biasanya promo Februari, berangkat bulan Mei. Jadi bulan Maret-April tidak bisa berbuat apapun selain untuk memastikan keberangkatan.
Baca juga: Cerita Wiwi Saraswati, Gadis Mualaf yang Kini Miliki Klinik Kecantikan
Tita mengatur semua kebutuhan para Backpackers, mulai dari pemesanan hotel hingga pembuatan visa. Karyawan Matatours juga tidak banyak. Hanya tiga orang karyawan tetap dan tiga orang karyawan lepas yang dibayar berdasarkan proyek.
Minat calon wisatawan untuk melakukan Backpackers ternyata cukup besar. Biasanya ia memberi syarat minimal rombongan itu 8-15 orang. Kalau ada yang di bawah delapan orang tetap bisa, tapi kena fee tambahan.
"Saya selalu mendampingi rombongan itu karena saya yang akan memberitahu secara rinci bagaimana mereka mencapai tujuan wisata yang mereka inginkan," jelasnya.
Jalan-jalan secara Backpackers tentu beda dengan jalan-jalan yang dirancang oleh biro perjalanan pada umumnya. Sebagai Backpackers, wisatawan harus mengatur semuanya sendiri alias menjadi turis mandiri. Inilah yang terkadang kerap menjadi masalah saat rombongan sudah tiba di negara tujuan.
Seorang traveler, dikatakan Tita, perlu berinteraksi langsung dengan warga dan situasi kota di negara tujuan. Hal inilah yang tidak dimiliki agen travel lain yang hanya membiarkan para pesertanya duduk manis saja.
Pada hari pertama jalan bareng. Hari kedua akan punya waktu Free Time Full Day seharian. Pagi hari sarapan lalu briefing, masing-masing punya keinginan apa dan mau pergi ke mana?
Menurutnya, ia tidak memburu destinasi sebanyak-banyaknya, namun sesedikit mungkin.
"Karena orang mempunyai waktu untuk mengeksplore," tandasnya.
Reporter: Affan Safani Adham
Editor: Kardin