Berjuang Puluhan Tahun Sebagai Tukang Becak Demi Menyambung Hidup

Erni Yanti, telisik indonesia
Minggu, 11 Juni 2023
0 dilihat
Berjuang Puluhan Tahun Sebagai Tukang Becak Demi Menyambung Hidup
Amir pengendara becak sedang beristirahat karena rintik hujan di salah satu warung, sembari melihat penumpang untuk diantarnya. Foto: Erni Yanti/Telisik

" Masih tersimpan memori pilu di benak Amir, tentang kehidupan yang ia jalani dengan penuh kesabaran dan syukur, demi mencari puing-puing rezeki setiap hari "

KENDARI, TELISIK.ID - Masih tersimpan memori pilu di benak Amir, tentang kehidupan yang ia jalani dengan penuh kesabaran dan syukur, demi mencari puing-puing rezeki setiap hari.

Di usia Amir yang sudah 72 tahun, masih kuat menjalani kehidupan di perantauan hanya dengan menjadi pengendara becak. Menjadi pengendara becak sudah ia lewati hingga puluhan tahun, bahkan pernah mengelilingi beberapa wilayah di Indonesia.

Di saat orang lain dengan usia yang sudah cukup tua mulai merasakan ketenangan istrahat, namun berbeda dengan Amir yang terus bekerja keras untuk memenuhi kehidupannya.

Saat ditemui di sekitar pelelangan ikan Kota Kendari, Amir menceritakan kisah hidup yang ia jalani bertahun-tahun menjadi pengedara becak untuk menghidupi keluarga di kampung dan dirinya di tanah rantau. Minggu (11/6/2023).

Baca Juga: Derita Lansia yang Tak Punya Anak

Amir bercerita, sedari pagi hingga siang belum juga mendapat penumpang, ditambah lagi setiap harinya ia memberi setoran pada pemilik becak, padahal biaya makannya setiap hari kadang tidak mencukupi.

Ia mulai menarik roda becak yang disewa biasnya mulai pukul 06.00 pagi hingga jelang Magrib, tak kenal hujan maupun panas. Terkadang sakit yang dialami karena kecapean, sembuh di jalan bersamaan dengan deraian keringat yang membasahi tubuhnya.

"Biasanya sakit kepala sedikit sembuh di jalan sambil roda beca, tidak mungkin kalau kita sakit sedikit mau dibawa di rumah sakit," uacapnya.

Tempat ia tinggal di Kota Kendari yakni numpang bersama orang lain, sehingga terkadang hatinya sering merasa tidak enak, namun apa boleh buat, tidak ada tempat tinggal atau keluarga diperantauan.

Berprofesi sebagai pengendara becak tidaklah mudah untuk saat ini yang semua sudah moderen, dan banyak orang telah memiliki kendaraan pribadi digunakan.

Amir berkata, saat ini pengendara becak sudah cukup sulit untuk mendapat penumpang, berbeda pada tahun 2000-an yang masih banyak penumpang, terlebih beberapa orang sudah memiliki kendaraan yang digunakan, sehingga ia hanya pulang balik pada tujuan pelelangan ikan dan Pasar Sentral Kota Kendari untuk mencari penumpang.

Satu penumpang biasanya dibanderol dengan harga Rp 5 ribu. Walaupun ia memiliki penghasilan pas-pasan yang mencapai Rp 40 ribu sehari jika beruntung, kadang juga tak mendapat penumpang, tak membuatnya putus asa.

Penghasilan yang ia dapat dibagi dua, bersamaan dengan uang makan dirinya dan disimpan untuk dikirim pada istri dan kedua anaknya yang tengah menempuh pendidikan menengah atas.

Mengirimkan uang untuk anak istri biasanya lewat teman atau tetangga yang kebetulan pulang kampung. Selain itu, ia tidak memiliki alat komunikasi, sehingga pulang kampung saat hari raya saja untuk bertemu keluarganya.

Terkadang sekali waktu, ketika tak  sedikitpun mendapat penghasilan dari meroda becak ditambah tuntutan tagihan setiap hari dan uang kiriman untuk keluarga, ia terpaksa pergi memungut botol plastik untuk dijual, tak peduli kakinya terkena pecahan botol atau paku.

"Kadang saya pergi pungut botol plastik di bawah jembatan layang sana, kaki dikena paku, pecahan botol, mau diapa mencari rezeki," tuturnya.

Ia berkata tentang pekerjaannya, tak punya tenaga dengan usianya yang cukup tua untuk mengganti pekerjaan lain, jadi Amir tetap menjalaninya dengan ikhlas.

Satu kata yang menjadi pegangan kekuatannya, ketika meratapi kehidupan yakni, hari ini menangis adakalanya besok tertawa, begitulah kata-kata penguat untuk dirinya.

Baca Juga: Jauh dari Kampung Halaman, Berjuang Hidupi Keluarga Jualan Siomai Keliling

Salah seorang warga di sekitar pelelangan ikan, La Ute yang melihat keberadaannya mengaku prihatin, namun mau bagaimana keadaannya sudah demikian.

"Iya, saya lihat juga tapi ya begitulah," ucapnya dengan singkat.

Sementara seorang karyawan toko, Harmina mengaku, prihatin dengan para pengendara becak apalagi sudah cukup tua, sehingga sepulangnya dari bekerja sering ia naik becak untuk pulang di rumahnya.

"Saya kasihan, kadang sudah tua tapi masih roda becak, jadi kadang pulang kerja saya naik becak, tidak mahal juga," ucap Harmina. (A)

Penulis: Erni Yanti

Editor: Kardin

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baca Juga