Perjuangan Nelayan Mengais Rezeki, Tetap Eksis di Tengah Cuaca Ekstrem

Erni Yanti, telisik indonesia
Senin, 03 Juli 2023
0 dilihat
Perjuangan Nelayan Mengais Rezeki, Tetap Eksis di Tengah Cuaca Ekstrem
Beberapa nelayan yang sedang mengecat kapal untuk memperbaharui warna kapal sebelum turun melaut kembali. Foto: Erni Yanti/Telisik

" Menjadi nelayan memang tidak mudah. Selain harus gigih dan sabar, nelayan juga dituntut harus mampu membaca situasi dan melihat potensi ikan di laut "

KENDARI, TELISIK.ID - Muktamar (50) sudah merasakan pahit manisnya mengarungi lautan sejak kecil hingga tua. Ia bekerja di laut sudah puluhan tahun. Dahulu dia masih menggunakan perahu, dan kini ia mencari ikan menggunakan kapal jaring berkapasitas besar.

Baginya, menjadi seorang pelaut tidak hanya untuk mengais rupiah, namun juga mencari pengalaman.

"Saya melaut sejak masih duduk di bangku sekolah menengah pertama tahun 2000-an, sampai sekarang. Kadang basah-basah di tengah laut karena kerasnya ombak," tuturnya.

Menjadi nelayan memang tidaklah mudah. Selain harus gigih dan sabar, nelayan juga dituntut harus mampu membaca situasi dan melihat potensi ikan di laut, karena di sanalah sumber mata pencaharian mereka untuk mengais rezeki.  

Ketika cuaca ekstrem di laut, sejumlah nelayan tidak bisa pergi melaut untuk menangkap ikan. Namun, hal itu bukan  menjadi halangan bagi Muktamar, karena dia dan keluarganya harus tetap menyambung hidup.

Baca Juga: Berjuang Puluhan Tahun Sebagai Tukang Becak Demi Menyambung Hidup

Baginya, bekerja di laut bukan hanya untuk mencari rezeki. Ketika ada peringatan cuaca ekstrem, mereka hanya berpegang pada feeling. Ketika masih mampu untuk maju melanjutkan perjalanan maka dilanjutkan, namun jika tidak maka mereka berbalik arah.

"Kadang kalau musim kerasnya angin sama ombak ada peringatan dari BMKG. Tapi kan mau diapa to, istilahnya di laut nda ada yang tau namanya cuaca. Biasa kan orang hanya perkiraan. Tapi kalau kita yang jalani, selagi masih mampu, maju. Kalau tidak mampu, ya balik," tuturnya.

Walaupun sudah mengarungi lautan yang begitu jauh hingga mempertaruhkan nyawa, tak jarang mereka pulang hanya memperoleh ikan sedikit. Hal ini tak membuat mereka menyerah.

"Di laut paling lama satu minggu bisa lebih. Kalau masih bisa bertahan, kita bertahan," ucapnya.

Baca Juga: Jauh dari Kampung Halaman, Berjuang Hidupi Keluarga Jualan Siomai Keliling

Ketika keadaan cuaca begitu ekstrem, mereka hanya mengandalkan ikan pancing untuk dijual di darat sebagai uang pegangan dari melaut. Karena bila mengandalkan hasil kapal yang sedikit, tidaklah cukup untuk menutupi biaya operasional kapal dan banyaknya anak buah kapal (ABK).

Sementara salah seorang ABK yang lain, Rafik menuturkan, menjadi seorang nelayan tidaklah mudah. Baginya, profesi ini bagian dari pekerjaan yang paling keras.

"Yang namanya di laut pekerjaan paling keras, harus bisa bersabar. Selain itu, kita harus terus bersyukur berapapun hasil yang kita dapatkan," tuturnya. (B)

Penulis: Erni Yanti

Editor: Haerani Hambali

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS 

Baca Juga