BKKBN Sulawesi Tenggara Perkuat Kolaborasi Tekan Stunting hingga Level Keluarga

Ana Pratiwi, telisik indonesia
Jumat, 07 November 2025
0 dilihat
BKKBN Sulawesi Tenggara Perkuat Kolaborasi Tekan Stunting hingga Level Keluarga
Kepala BKKBN Sulawesi Tenggara, Drs, Asmar, M.Si. Foto: Ana Pratiwi/Telisik.

" Angka stunting di Sulawesi Tenggara (Sultra) menunjukkan tren penurunan. Berdasarkan hasil survei Status Gizi Indonesia (SSGI) terakhir tahun 2024 "

KENDARI, TELISIK.ID - Angka stunting di Sulawesi Tenggara (Sultra) menunjukkan tren penurunan. Berdasarkan hasil survei Status Gizi Indonesia (SSGI) terakhir tahun 2024, prevalensi stunting di daerah ini turun dari sekitar 30 persen menjadi 26,1 persen. Meski demikian, angka tersebut masih berada di atas rata-rata nasional yang saat ini berada di 19,8 persen.

Kepala BKKBN Sultra, Drs. Asmar, M.Si mengatakan, penurunan utu tidak terjadi merata di semua wilayah. Sejumlah kabupaten bahkan mencatat penurunan cukup signifikan, seperti Bombana yang kini berada di kisaran 17 persen.

“Secara provinsi kita turun lebih dari 3 persen. Namun masih perlu kerja keras untuk mendekati standar WHO yang menargetkan di bawah 20 persen,” ujarnya, Jumat (7/11/2025).

Untuk mempercepat penurunan stunting, BKKBN Sultra menjalankan program Genting (Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting). Program ini menyasar keluarga berisiko stunting terutama dari kelompok ekonomi rendah.

Dalam program ini, keluarga mampu serta perusahaan melalui CSR didorong menjadi orang tua asuh bagi keluarga sasaran. Bantuan yang diberikan tidak hanya berupa kebutuhan nutrisi, tetapi juga dukungan non-gizi seperti penyediaan air bersih, perbaikan sanitasi, hingga jamban sehat.

Baca Juga: Optimalkan Sinergi dan Strategi, BKKBN Sultra Kejar Target Pembangunan Keluarga dan Kependudukan

“Stunting bukan hanya soal kurang gizi. Sanitasi yang buruk menyebabkan infeksi berulang dan itu menghambat pertumbuhan,” jelas Asmar.

BKKBN juga memperkuat edukasi pada remaja dan calon pengantin. Banyak kasus anemia dan rendahnya asupan protein pada remaja yang menjadi faktor risiko stunting pada generasi berikutnya.

Pemeriksaan hemoglobin, lingkar lengan atas, dan edukasi konsumsi protein dilakukan sebelum menikah. Di masa kehamilan pun ibu didampingi tim pendamping keluarga (TPK).

“Pertumbuhan otak 70 persen terjadi dalam kandungan sampai usia dua tahun. Kalau lewat fase itu, perkembangan otak tidak bisa diperbaiki lagi,” tegas Asmar.

Sejumlah kolaborasi telah dilakukan bersama pemerintah daerah, perguruan tinggi, organisasi masyarakat hingga perusahaan tambang dan BUMN. PT Vale, BNI, hingga Pertamina tercatat pernah mendukung program penanganan stunting melalui perbaikan sanitasi dan akses air bersih.

BKKBN juga mendukung pelaksanaan program nasional Makan Bergizi Gratis (MBG) dengan memfokuskan intervensi pada tiga kelompok: ibu hamil, ibu menyusui, dan balita.

Baca Juga: Konawe Utara Tertinggi Angka Kelahiran Remaja, BKKBN Sultra Sarankan Nikah Minimal 21 Tahun

Selain itu, program Gerakan Ayah Terlibat dan Lansia Berdaya turut dijalankan untuk memperkuat ketahanan keluarga secara menyeluruh.

Asmar menekankan, penanganan stunting hanya bisa berhasil jika dilakukan bersama, berkelanjutan, dan menyentuh keluarga secara langsung.

“Semua pihak harus bergerak. Bukan hanya pemerintah, tetapi juga masyarakat. Ini tentang masa depan generasi kita,” tutupnya.

Penulis: Ana Pratiwi

Editor: Kardin

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baca Juga