Bukannya Taliban, Ternyata Warga Afghanistan Lebih Takut Masalah Ini
Ibnu Sina Ali Hakim, telisik indonesia
Selasa, 31 Agustus 2021
0 dilihat
Warga Afghanistan saat meminta pengungsian oleh tentara. Foto: Repro BBC.com
" Adapun yang lain takut akan masa depan anak-anak mereka. "
KABUL, TELISIK.ID - Kerumunan di gerbang bandara Kabul beberapa hari terakhir menunjukkan kekhawatiran warga Afghanistan, setelah jatuhnya negara itu ke Taliban.
Namun, penguasa baru Afghanistan itu bukan hal yang paling ditakutkan warga Afghanistan.
Beberapa pihak mengaku lebih khawatir tentang ancaman krisis ekonomi Afghanistan, dan tidak mampu memberi makan keluarganya, daripada harus menumbuhkan jenggot panjang, sebuah praktik dari masa kekuasaan Taliban sebelumnya.
Adapun yang lain takut akan masa depan anak-anak mereka. Ada juga ketakutan karena kepanikan yang ditunjukkan ketika puluhan ribu orang asing dan Afghanistan melarikan diri dengan angkutan udara raksasa selama dua minggu terakhir.
“Saya harus melarikan diri agar bisa memberi makan keluarga saya,” kata Mustafa, seorang pelayan di tempat makanan cepat saji terdekat yang datang ke restoran piza untuk minum teh dan mengobrol dengan teman-teman di antara staf kepada AP.
Dilansir Kompas.com, Mustafa yang harus menafkahi 11 orang keluarganya, mengaku mulai berpikir mencari pekerjaan di negara tetangga Iran.
Masalahnya, gajinya telah dipotong 75 persen menjadi kurang dari 50 dollar AS (Rp 716.372) per bulan, sejak Taliban menyerbu Kabul dan bisnis mengering.
Pemilik restoran piza Mohammad Yaseen mengatakan, penjualan harian telah anjlok dalam waktu yang sangat cepat. Dia pun mengaku bahkan tidak akan mampu membayar sewa.
Yaseen mengaku mulai memilah-milah e-mail lama. Dia berusaha mencari kenalan asing yang mungkin membantunya pindah ke luar negeri.
"Bukan untuk saya, saya ingin pergi, tetapi demi anak-anak saya," katanya.
Meski begitu, masih ada keyakinan akan kembalinya bisnis kondisi seperti biasa di sebagian besar ibu kota Afghanistan, yang berpenduduk lebih dari 5 juta orang.
Kondisinya sangat kontras dengan pemandangan mengerikan di bandara Kabul, di mana ribuan orang bergegas menuju gerbang selama berhari-hari, berharap mendapat kesempatan untuk meninggalkan negara itu.
AP melaporkan pada Selasa (31/8/2021), lalu lintas di sebagian besar Kabul yang biasanya kacau kembali dan pasar telah dibuka.
Di halte dan jalanan, polisi yang sama yang bertugas di pemerintahan Presiden Ashraf Ghani yang bersekutu dengan Washington masih melambaikan tangan mereka, sebagai upaya yang sering kali sia-sia untuk mengendalikan kekacauan.
Sementara itu, pasukan Taliban mengambil posisi di depan sebagian besar kementerian pemerintah.
Beberapa mengenakan seragam kamuflase, sedangkan yang lain mengenakan pakaian tradisional Afghanistan berupa celana baggy dan tunik panjang.
Baca juga: AS Tarik Seluruh Tentaranya dari Afghanistan, Taliban Teriak Merdeka
Baca juga: Ledakan Terjadi Lagi di Dekat Bandara Kabul, Amerika Ingatkan Ada Ancaman
Kondisi Afghanistan terkini:
AP melaporkan pada Selasa (31/8/2021), lalu lintas di sebagian besar Kabul yang biasanya kacau kembali dan pasar telah dibuka.
Di halte dan jalanan, polisi yang sama yang bertugas di pemerintahan Presiden Ashraf Ghani yang bersekutu dengan Washington masih melambaikan tangan mereka, sebagai upaya yang sering kali sia-sia untuk mengendalikan kekacauan.
Sementara itu, pasukan Taliban mengambil posisi di depan sebagian besar kementerian pemerintah.
Beberapa mengenakan seragam kamuflase, sedangkan yang lain mengenakan pakaian tradisional Afghanistan berupa celana baggy dan tunik panjang.
Shah Mohammad mengaku menghasilkan hingga 15 dollar AS (Rp 214.911) per hari, dengan menjual berbagai ukuran bendera, melewati lalu lintas dan menawarkan bendera kecil ke mobil yang lewat.
Dia juga memiliki bendera ukuran penuh yang ditawarkan. Sebelumnya, dia menjual kain untuk membersihkan mobil, mengatakan bahwa dia menghasilkan sekitar 4 dollar AS (Rp 57.309) sehari.
Di Taman Chaman-e-Hozari yang luas, puluhan anak laki-laki bermain kriket dan sepak bola, permainan yang tidak disukai Taliban ketika mereka memerintah dari 1996-2001.
Mural raksasa masih menghiasi dinding semen raksasa di jalan. Lukisan-lukisan itu termasuk wanita yang menggendong anak kecil untuk mempromosikan perawatan kesehatan.
Masih ada juga mural bendera nasional Afghanistan. Sementara gambar lain di jalan menunjukkan salah satu pemimpin Taliban, Mullah Abdul Ghani Baradar, berpose dengan utusan perdamaian AS Zalmay Khalilzad. (C)
Reporter: Ibnu Sina Ali Hakim
Editor: Fitrah Nugraha