Ciri dan Cara Menghadapi Mental Breakdown

Nur Khumairah Sholeha Hasan, telisik indonesia
Minggu, 10 Juli 2022
0 dilihat
Ciri dan Cara Menghadapi Mental Breakdown
Ciri-ciri mental breakdown umumnya mengalami stres, termasuk mudah marah dan menangis. Foto: Repro Kompas.com

" Rasa kecewa dan stres jangan dibiarkan berlarut-larut karena mempengaruhi kehidupan kita di masa depan "

KENDARI, TELISIK.ID -  Dalam kehidupan sehari-hari terkadang kita dihadapkan dengan harapan dan ekspektasi yang tak sesuai realita.

Bahkan ditambah dengan masalah yang datang silih berganti, membuat kita stress dan kecewa dengan kehidupan yang sedang kita jalani.

Namun, rasa kecewa dan stres tersebut jangan dibiarkan berlarut-larut karena mempengaruhi kehidupan kita di masa depan. Sebelum membahas lebih jauh, ada baiknya mengetahui apakah kita terkena mental breakdown.

Melansir kompas.com, mental breakdown adalah istilah yang kerap digunakan untuk menggambarkan situasi stres di mana orang yang mengalaminya untuk sementara waktu kesulitan menjalani fungsinya secara normal dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Mayo Clinic, mental breatkdown atau nervous breakdown umumnya terjadi ketika tuntutan hidup terasa berlebihan, baik secara fisik maupun emosional.

Dikutip dari merdeka.com, selama krisis mental breakdown, seseorang merasakan stres yang intens, kecemasan, dan emosi negatif lainnya. Orang tersebut tidak mampu mengatasi stres dan tuntutan emosional, lalu mengarah pada gangguan di kehidupan dan fungsi sehari-hari yang berubah.

Mental breakdown bukanlah cara yang sehat. Penyebabnya bisa berbeda untuk setiap orang, dan tingkat keparahan krisis juga bervariasi menurut individu dan kejadian. Istilah mental breakdown dapat digunakan untuk menggambarkan kondisi orang yang tidak dapat mengatasi stres dengan baik.

Tanda mental breakdown seperti dilansir dari id.theasianparent.com, antara lain:

1. Perasaan cemas dan depresif

Merupakan respon yang umum terjadi terhadap stres. Sehingga, orang dengan kondisi ini pun kerap merasakan gejala yang juga berkaitan atau serupa dengan kecemasan atau depresi seperti: sering merasa rendah diri, ketakutan yang berlebih, tidak bisa mengontrol emosi atau cepat marah, merasa tidak berdaya, menarik diri dari keluarga dan teman, hilangnya minat pada aktivitas yang disukai atau hobi.

Dalam beberapa kasus, seseorang lebih sering mengalami gangguan pernapasan sepeti sulit bernapas atau napas sesak, sering menangis secara tak terkontrol, terbesit pikiran untuk menyakiti diri sendiri atau menghilang.

2. Gejala insomnia yang meliputi kesulitan tidur atau tidur tidak teratur waktunya

Mengutip dari merdeka.com, gejala mental breakdown antara lain:

1. Serangan panik yang termasuk: ketakutan yang ekstrem atau rasa malapetaka, sulit bernafas, gemetar, detak jantung yang dipercepat atau jantung berdebar-debar, berkeringat.

Baca Juga: Tips Sehat Konsumsi Daging saat Idul Adha

2. Gejala gangguan stres pasca-trauma( PTSD) yang terjadi setelah seseorang mengalami peristiwa traumatis dan mungkin termasuk: pikiran yang mengganggu, kilas balik, atau mimpi buruk, tentang peristiwa tersebut, menghindari tempat atau situasi yang memicu ingatan terkait, kerap merasa bersalah atau malu tentang peristiwa tersebut, perilaku merusak diri sendiri atau bertindak sembrono.

3. Perubahan suasana hati yang ekstrem atau ledakan emosi yang tidak dapat dijelaskan.

4. Halusinasi yang berarti mendengar suara-suara atau melihat hal-hal yang tidak memiliki stimulus eksternal.

5. Paranoia seperti percaya seseorang sedang mengawasi atau menguntit Anda.

Orang yang mengalami gangguan saraf juga dapat menarik diri dari keluarga, teman, dan rekan kerja. Tanda-tanda ini mungkin di antaranya: menghindari fungsi dan keterlibatan sosial, makan dan tidur tidak nyenyak, menjaga kebersihan yang buruk, menelepon sakit untuk tidak bekerja selama berhari-hari atau tidak muncul untuk bekerja sama sekali, mengisolasi diri di rumah.

Cara mengatasi mental breakdown seperti dilansir dari kompas.com, adalah:

Perubahan gaya hidup yang bisa dilakukan dapat mencakup hal-hal seperti:

1. Perubahan gaya hidup

Mengurangi jumlah kewajiban harian, membangun jadwal yang konsisten untuk aktivitas seperti bangun dan tidur, makan, dan olahraga. Berjalan-jalan atau memulai rutinitas olahraga, mengonsumsi makanan yang sehat, beristirahat saat membutuhkannya, meditasi, menghabiskan waktu di alam, mengurangi asupan kafein dan alkohol.

2. Pengobatan

Dokter mungkin akan meresepkan obat antidepresan atau anti-kecemasan untuk membantu mengatasi gejala yang menyertai mental breakdown. Jika kondisi stres menyebabkan insomnia, dokter juga mungkin akan meresepkan obat tidur.

Baca Juga: Simak 6 Tips Memasak Daging Kambing agar Empuk dan Tidak Bau

Gangguan tidur dapat memperburuk stres dan kecemasan, yang hanya akan memperburuk insomnia. Penggunaan alat bantu tidur dapat membantu memutus siklus sulit tidur sekaligus membantu mengurangi stres.

3. Psikoterapi

Psikoterapi juga dikenal sebagai "terapi bicara", yang dilakukan untuk membantu mengatasi gejala yang dirasakan ketika mengalami mental breakdown.

Berbicara dengan profesional dapat membantu memproses pikiran dan menciptakan solusi untuk mengurangi stres dan kecemasan.

Meski saat ini kamu sedang berada di titik terendah dalam hidupmu ketahuilah tak semua masalah menjadikanmu sebagai orang yang lemah, ambil sisi positif dalam setiap perjalanan hidupmu dan hal-hal yang sedang kamu lalui. Yakinlah,  suatu saat kamu akan tersenyum setelah melewati masa sulit dengan baik. (C)

Penulis: Nur Khumairah Sholeha Hasan

Editor: Haerani Hambali

Baca Juga