Deretan Fakta Coxs Bazar, Kamp Pengungsi Etnis Rohingya di Bangladesh

Nur Khumairah Sholeha Hasan, telisik indonesia
Senin, 18 Desember 2023
0 dilihat
Deretan Fakta Coxs Bazar, Kamp Pengungsi Etnis Rohingya di Bangladesh
Suasana Camp Cox’s Bazar tempat tinggal etnis Rohingya di Bangladesh. Foto: Indozone.id

" Kedatangan pengungsi Rohingya secara bergelombang ke Aceh hingga tembus 1.600 orang telah menjadi isu terhangat saat ini. Bahkan pemerintah Indonesia mulai kewalahan untuk menampung ribuan pengungsi Rohingya tersebut "

DHAKA, TELISIK.ID - Kedatangan pengungsi Rohingya secara bergelombang ke Aceh hingga tembus 1.600 orang telah menjadi isu terhangat saat ini. Bahkan pemerintah Indonesia mulai kewalahan untuk menampung ribuan pengungsi Rohingya tersebut.

Para pengungsi Rohingya yang datang ke Tanah Air kebanyakan berasal dari kamp pengungsi Cox’s Bazar yang berada di Bangladesh, tepatnya di perbatasan Bangladesh dan daerah Rakhine, Myanmar.

Berikut beberapa fakta Cox’s Bazar, kamp pengungsi etnis Rohingya:

1. Sesama etnis terjadi perselisihan hingga pembunuhan

Dilansir dari Aceh.tribunnews.com, etnis Rohingya sengaja datang ke Indonesia untuk mencari kehidupan damai dan layak. Sebab, kondisi Cox’s Bazar mengalami sejumlah permasalahan. Kekerasan geng-geng telah meningkat sejak tahun 2022 dan berkurangnya jatah makan dari donatur internasional untuk mereka.

Perselisihan sesama etnis Rohingya telah meningkat menjadi kebrutalan di tengah isolasi dan keputusasaan kamp tersebut. Penculikan dan perampokan bersenjata meningkat. Kelompok-kelompok radikal telah menjamur dan melakukan teror di malam hari.

Baca Juga: Etnis Rohingya Ingin Kerja di Indonesia hingga Rela Bayar Rp 16 Juta Per Orang, Kini Ada Tersangka

Tempat pengungsian tersebut bernuansa perang, di mana keluarga-keluarga berkumpul di tempat penampungan berdinding terpal yang sempit di sepanjang gang-gang sempit.

2. Camp dibangun sendiri

Melansir Indozone.id, semua pengungsi di kamp pengungsian Cox’s Bazar tinggal di gubuk-gubuk yang terbuat dari bambu dan terpal yang dibangun sendiri oleh pengungsi. Sayangnya, gubuk bambu tersebut tidak banyak memberikan perlindungan terhadap hujan deras, banjir, dan tanah longsor.

Menurut Dewan Pengungsi Norwegia (NRC), satu tempat penampungan yang terbuat dari bambu dan terpal menghabiskan biaya sekitar $1.200. Hanya saja, tempat penampungan ini sering kali harus dibangun berulang karena kerusakan yang disebabkan oleh hujan lebat di musim hujan.

Baca Juga: Rohingya Datang Lagi, Menlu Minta UNHCR Desak Negara yang Ratifikasi Konvensi Pengungsi

3. Camp kecil dan sempit

PBB telah merekomendasikan bahwa kamp pengungsian harus menyediakan tempat tinggal dengan ukuran minimal 45m2 per orang. Namun menurut UNCHR, dari 33 kamp di Cox’s Bazar, hanya enam kamp yang memenuhi standar PBB, sementara 24 kamp lainnya hanya berukuran 29 m2. Gubuk paling padat ada di Kamp 3 dengan ukuran hanya 12 m2.

4. Camp terbesar dan terbanyak

Data UNCHR pada Juli 2023 yang dilansir Al Jazeera, menyebut setidaknya ada sebanyak 931.960 pengungsi Rohingya yang berada di kamp pengungsian Cox’s Bazar.

Mereka tinggal di sebanyak 33 kamp yang terbuat dari bambu dan terpal, berdiri di atas lahan-lahan yang rentan terhadap tanah longsor. Tidak hanya terbesar, kamp pengungsi Cox’s Bazar menjadi kamp pengungsi terpadat di dunia dengan jumlah pengungsi 1,5 kali lebih padat dari penduduk ibu kota Bangladesh, Dhaka, sebagai kota terpadat di dunia.

5. Sumber air terbatas

Sebanyak 22 dari 33 kamp memiliki sumber air yang sudah sesuai standar dari PBB, yaitu satu pasokan air untuk 80 pengungsi. Namun ada dua kamp, yakni Kamp 22 dan Kamp Nayapara, yang memiliki pasokan air jauh dari standar yang ditentukan PBB. (C)

 

Penulis: Nur Khumairah Sholeha Hasan

Editor: Kardin

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Artikel Terkait
Baca Juga