Desa Terapung di Buton Tengah Punya Cara Sendiri Hadapi Wabah COVID-19

Muhammad Israjab, telisik indonesia
Jumat, 03 April 2020
0 dilihat
Desa Terapung di Buton Tengah Punya Cara Sendiri Hadapi Wabah COVID-19
Melakukan cek suhu tubuh bagi warga desa setelah sholat. Foto: Muhammad Israjab/Telisik

" Secara swadaya kami bangun tempat cuci tangan sederhana, hanya menggunakan galon dan sabun cair untuk mencuci tangan. Disimpan pada fasilitas umum, seperti mesjid, kantor desa dan kios warga. Sehingga sebelum dan sesudah mereka beraktifitas baik itu belanja atau membeli mesti cuci tangan. "

BUTON TENGAH, TELISIK.ID - Desa Terapung Kecamatan Mawasangka Kabupaten Buton Tengah, miliki cara tersendiri untuk menangani mewabahnya virus Corona atau COVID-19.

Kepala Desa Terapung, Pamarudin,  bersama warganya secara swadaya bersama-sama membangun fasilitas cuci tangan di beberapa ruang publik yang belum ada di desa lain. Selain itu juga, menerapkan isolasi mandiri di rumah bagi warganya yang baru tiba dari perantauan.

Baca juga: OTG COVID-19 di Sultra, Sebanyak 21 Orang

"Secara swadaya kami bangun tempat cuci tangan sederhana, hanya menggunakan galon dan sabun cair untuk mencuci tangan. Disimpan pada fasilitas umum, seperti mesjid, kantor desa dan kios warga. Sehingga sebelum dan sesudah mereka beraktifitas baik itu belanja atau membeli mesti cuci tangan," katanya, Jumat (3/4/2020).

"Kami sangat tanggap, setelah adanya surat edaran pertama itu, kami langsung  melakukan rapat dengan aparat desa. Setelah itu, bagi warga yang baru tiba dari luar daerah kami usahakan agar dilakukan isolasi mandiri dan pemeriksaan suhu tubuh oleh puskesmas," sambungnya.

Baca juga: Positif Corona di Kendari Bertambah Dua Orang

Saat ini ada kurang lebih 23 orang warga Desa Terapung yang masuk dalam kategori ODP. Sebab mereka adalah warga yang baru saja datang dari luar daerah baik itu pelajar dari Kendari dan TKI yang bekerja di Malaysia.

"Dari data yang kami peroleh 23 orang yang ODP itu, jadi terdiri atas dua gelombang karantina mandiri selama 14 hari sudah selesai, tidak ada gejala sudah bisa berkumpul dengan keluarganya juga. Tapi untuk gelombang kedua sekitar delapan orang, masih kita pantau kesehatannya untuk tidak keluar rumah dulu," ucap, alumni Ilmu Perikanan Pasca Sarjana UHO angkatan 2014 itu.

Baca juga: Hukum Tak Sholat Jumat Tiga Kali karena Corona, Kafirkah?

Ini dilakukan untuk mengikuti arahan pemerintah bahwa, jika seseorang yang datang dari daerah lain, maka harus dilakukan pemeriksaan bahkan menjadi ODP.

"Kami bekerjasama dengan pemerintah baik dari dinas, puskesmas ataupun pihak kepolisian. Jadi ketika ada hal-hal yang terjadi maka seluruh elemen ini bersama-sama untuk bekerja membantu warga yang terdampak virus Corona," terangnya.

Reporter: Muhammad Israjab

Editor: Sumarlin

Baca Juga