Dinkes Minta Keterlibatan Semua Sektor Dukung Penurunan Stunting di Sulawesi Tenggara

Erni Yanti, telisik indonesia
Sabtu, 29 Juli 2023
0 dilihat
Dinkes Minta Keterlibatan Semua Sektor Dukung Penurunan Stunting di Sulawesi Tenggara
Dinas Kesehatan (Dinkes) minta keterlibatan semua sektor dan seluruh organisasi perangkat daerah (OPD) untuk penurunan angka stunting di Sulawesi Tenggara. Foto: Erni Yanti/Telisik

" Stunting bukan hanya urusan Dinas Kesehatan, melainkan juga menjadi urusan semua organisasi perangkat daerah. Hanya sekitar 30 persen secara spesifik yang disentuh Dinas Kesehatan "

KENDARI, TELISIK.ID - Penurunan angka stunting menjadi program utama yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) Sulawesi tenggara, melalui kerja sama dengan berbagai lintas sektor daerah yang terdiri atas 17 kabupaten kota se-Sulawesi Tenggara.

Kabid Kesehatan Masyarakat Dinkes Sulawesi Tenggara, Rosmawati Rasyid mengatakan, capaian penurunan angka stunting meningkat hingga angka 11,3 persen, dengan harapan 2024 dapat mencapai target 14 persen.

"Kalau capaian stunting kita Alhamdulilah sekarang se-Sulawesi Tenggara itu dari kabupaten/kota masuk angka prevalensi 11,3 persen artinya, ada pergeseranlah dari tahun ke tahun di tingkat puskesmas," bebernya.

Rosmawati menambahkan, stunting bukan hanya urusan Dinas Kesehatan, melainkan juga menjadi urusan semua organisasi perangkat daerah. Hanya sekitar 30 persen secara spesifik yang disentuh Dinas Kesehatan, tapi yang lainnya adalah dukungan lintas sektor. Olehnya perlu kerja sama dengan lintas sektor untuk penuntasan penurunan angka stunting.

"Ya luar biasa penurunannya dan saya kira itu yang diharapkan. Karena semua pemerintah kabupaten/kota itu progresnya hanya penurunan angka stunting, artinya dengan kinerja pemda, harapannya penurunan angka stunting dari semua aspek," tuturnya.

Baca Juga: Cegah Stunting dengan Penuhi Kebutuhan Gizi Anak

Kata Rosmawati, penurunan angka stunting difokuskan pada dua daerah tertinggi stunting, yakni Buton Tengah dan Buton Selatan, melalui program edukasi dan sosialisasi penggerakan masyarakat dengan aksi bergizi, pemanfaatan makanan lokal yang punya asupan gizi, pengolahan potensi lokal, terkhusus ibu hamil dan remaja putri.

Masalah stunting atau gizi buruk di Indonesia masih menjadi permasalahan yang belum tertuntaskan. Masalah itu yang menjadi program utama dan perhatian serius pemerintah saat ini. Foto: Repro Merdeka.com

 

Katanya, daerah tersebut menjadi lokus angka stunting tertinggi bukan karena kemiskinan, melainkan pola asuh yang belum sesuai dan belum memanfaatkan pangan-pangan lokal. Diketahui, daerah tersebut kaya akan sumber daya alam laut dan potensi-potensi lokal melimpah.

"Soal stunting ini adalah penyebab dari masa lalu progres kita dimulai dengan banyak hal termasuk memperbaiki konsentrasi ibu-ibu hamil kita, jangan ada yang kekurangan darah, baik itu remaja putri kita pastikan yang di Sulawesi Tenggara ini, bekerja sama dengan Dinas Pendidikan diberikan obat penambah darah," pungkasnya.

Baca Juga: Buton Selatan jadi Daerah Tertinggi Angka Stunting, Ini Langkah Diambil

Dilansir dari Kominfo.go.id, awal tahun 2021, Pemerintah Indonesia menargetkan angka stunting turun menjadi 14 persen di tahun 2024. Presiden Joko Widodo menunjuk Kepala BKKBN, Dr. (HC) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG. (K) menjadi Ketua Pelaksana Percepatan Penurunan Stunting.  

Dokter Hasto mengatakan, angka stunting disebabkan berbagai faktor kekurangan gizi pada bayi. Menurut Hasto, di antara 5 juta kelahiran bayi setiap tahun, sebanyak 1,2 juta bayi lahir dengan kondisi stunting. Stunting itu adalah produk yang dihasilkan dari kehamilan. Ibu hamil yang menghasilkan bayi stunting.

Hal lain yang menyebabkan stunting adalah sebanyak 11,7 persen bayi terlahir dengan gizi kurang, yang diukur melalui ukuran panjang tubuh tidak sampai 48 sentimeter dan berat badannya tidak sampai 2,5 kilogram. Tidak hanya itu, tingginya angka stunting di Indonesia juga ditambah dari bayi yang terlahir normal akan tetapi tumbuh dengan kekurangan asupan gizi sehingga menjadi stunting. (B-Adv)

Penulis: Erni Yanti

Editor: Haerani Hambali

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS 

Baca Juga