Kilang Minyak Raksasa RI Hasil Lobi Rusia Rp 377 Triliun Matang Agustus 2025, Ini Pemegang Sahamnya

Ahmad Jaelani, telisik indonesia
Kamis, 17 Juli 2025
0 dilihat
Kilang Minyak Raksasa RI Hasil Lobi Rusia Rp 377 Triliun Matang Agustus 2025, Ini Pemegang Sahamnya
Kilang minyak raksasa RI hasil lobi Rusia senilai Rp 377 triliun segera diputuskan. Foto: Repro Pertamina.

" Pembangunan kilang minyak raksasa di Tuban, Jawa Timur, yang digarap bersama Rusia, semakin mendekati tahap final "

TUBAN, TELISIK.ID - Pembangunan kilang minyak raksasa di Tuban, Jawa Timur, yang digarap bersama Rusia, semakin mendekati tahap final. Proyek senilai Rp 377 triliun tersebut ditargetkan akan mencapai keputusan investasi akhir atau Final Investment Decision (FID) pada Agustus 2025 mendatang.

Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Sugeng Suparwoto menyampaikan bahwa pihaknya telah melakukan pertemuan dengan PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) dan mitranya dari Rusia, yaitu Rosneft.

Dalam pertemuan tersebut dibahas percepatan penyelesaian proyek kilang yang masuk dalam kategori Proyek Strategis Nasional (PSN).

“FID akan bulan Agustus. Maka, ada terjadi percepatan. Maka, kita kunjung kemarin, panggil dari GRR Tuban, kita panggil Pertamina Kilang, kita duduk bersama,” ungkap Sugeng di Gedung DPR RI, dikutip dari CNBC Indonesia, Kamis (17/7/2025).

Sugeng menjelaskan bahwa secara teknis pembangunan kilang sudah siap, termasuk pembebasan lahan oleh Pertamina seluas 380 hektare dari total 840 hektare.

Pertamina juga telah mengeluarkan dana senilai US$ 530 juta untuk keperluan awal proyek tersebut.

“Secara teknikal, semuanya sudah siap. Pertamina sendiri, kan, sudah membebaskan tanah dari 840 hektar itu, 380-nya dibebaskan oleh Pertamina. Pertamina sudah keluar uang US$ 530 juta,” jelasnya lagi.

Namun demikian, proyek ini masih tertahan karena pengaruh ketidakpastian global. DPR RI mendorong agar proyek ini dimasukkan ke dalam skala prioritas Proyek Strategis Nasional untuk menjamin keberlanjutan dan pengawasan yang maksimal dari pemerintah pusat.

“Padahal, ini proyek strategis yang diputuskan oleh pemerintah sebelumnya. Karena faktor global, maka macet,” lanjut Sugeng.

Baca Juga: Harga Minyak Mentah Tanah Air Melejit, Ini Sederet Pemicunya

Ia juga mengatakan, proyek tersebut tak hanya menghasilkan BBM, tapi juga produk petrokimia yang dibutuhkan berbagai sektor industri.

“GRR Tuban itu akan menjadi petrochemical industrial complex yang tidak sekedar mengolah crude yang sehari adalah 300 ribu barrel, dan itu akan menjadi terbesar ketiga di Indonesia setelah (Kilang) Cilacap,” tandasnya.

Senada dengan DPR, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia juga menegaskan bahwa proyek kilang ini tetap dijalankan oleh PT Pertamina (Persero) bersama mitra asal Rusia, Rosneft.

Pernyataan itu disampaikannya setelah mendampingi Presiden Prabowo Subianto bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin di Saint Petersburg.

“Kemarin kita juga melakukan pembahasan dengan Rosneft. Itu Tuban itu kan Rosneft. Rosneft sama Pertamina. Sampai dengan sekarang kita lagi melakukan evaluasi terhadap investasinya,” kata Bahlil dalam acara Jakarta Geopolitical Forum ke-9, Selasa (24/6/2025).

Menurut Bahlil, nilai investasi untuk proyek tersebut mencapai sekitar US$ 24 miliar. Namun, perhitungan terbaru menunjukkan bahwa aspek keekonomian proyek perlu ditinjau ulang karena belum dianggap cocok.

“Nah, sekarang kenapa belum jalan? Setelah dihitung kembali antara investasi dan nilai ekonominya masih terjadi review kembalilah. Belum pas,” ujarnya.

Direktur Utama PT Kilang Pertamina Internasional, Taufik Aditiyawarman, juga menjelaskan bahwa FID proyek ditargetkan terealisasi pada kuartal IV 2025. Ia menyebutkan bahwa nilai investasi GRR Tuban saat ini diperkirakan mencapai US$ 23 miliar atau setara Rp 377,84 triliun.

“FID Rosneft itu kalau gak salah di kuartal 4 ini,” kata Taufik saat menghadiri acara the 49th IPA Convex 2025 di ICE BSD, Tangerang Selatan, Selasa (20/5/2025).

Taufik menegaskan bahwa kerja sama dengan Rosneft tetap berjalan meski terdapat sanksi dari Uni Eropa terhadap Rusia. KPI dan Rosneft masih berstatus sebagai mitra Joint Venture resmi dalam proyek tersebut.

“(GRR) Tuban kan masih sama Rosneft,” ujar Taufik. “Kan sebagai ini tugas kita partnershipnya JV kan? Kita kan harus melaksanakan tugas JV kita,” tambahnya.

Taufik juga mengakui bahwa akibat keterlambatan pengerjaan proyek, nilai investasi kemungkinan akan mengalami kenaikan dari perhitungan awal.

Baca Juga: Harga Minyak Mentah Global Menyala Sepanjang Sejarah, Tersulut Rudal Iran ke Israel

“Proyeksinya (biaya) akan lebih (dari perkiraan awal). Pastikan dampak,” jelasnya.

Kilang Tuban merupakan hasil kerja sama antara PT KPI dan Rosneft yang membentuk perusahaan patungan bernama PT Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia (PTPRPP). Dalam struktur saham PTPRPP, KPI menguasai 55?n Rosneft Singapore Pte. Ltd. menguasai 45%.

Pembangunan kilang ini dirancang dengan kapasitas 300.000 barel per hari. Proyek telah digagas sejak 2015 dan ditetapkan sebagai Proyek Strategis Nasional melalui Peraturan Presiden Nomor 109 Tahun 2020.

Adapun lahan seluas 840 hektare di Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban, Jawa Timur, telah ditetapkan secara resmi sebagai lokasi pembangunan kilang oleh Gubernur Jawa Timur pada 10 Januari 2019. Meski telah direncanakan sejak lama, proyek ini terus mengalami hambatan dalam eksekusinya. (C)

Penulis: Ahmad Jaelani

Editor: Kardin

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS 

Baca Juga