Disebut Tidak Islami, Klepon Tetap Diserbu Pembeli
Affan Safani Adham, telisik indonesia
Rabu, 22 Juli 2020
0 dilihat
Klepon yang tetap digemari masyarakat. Foto: Ist.
" Kue klepon tidak islami. Yuk, tinggalkan jajanan yang tidak Islami dengan cara membeli jajanan islami, aneka kurma yang tersedia di toko syariah kami. "
YOGYAKARTA, TELISIK.ID - Klepon tengah jadi perbincangan di Twitter lantaran disebut "tidak Islami". Lantas, sebenarnya bagaimana sejarah dan makna dari makanan ini?
Klepon tengah jadi pembicaraan di Twitter pada hari Selasa, 21 Juli 2020, karena sebuah meme yang berisikan bahwa "Kue klepon tidak islami". Meme ini menjadi pro-kontra.
Terlepas dari Islami atau bukan, klepon adalah makanan tradisional. Bentuknya bulat, berukuran kecil. Warna umumnya hijau, dengan taburan kelapa parut yang gurih menambah cita rasa. Di dalamnya ada gula merah. Saat digigit, gula merah itu meleleh memenuhi mulut, memberikan sensasi manis khas yang tidak berlebihan.
Kue klepon juga termasuk dalam kelompok jajanan pasar yang masih populer hingga saat ini. Karena harganya yang murah dan mudah didapat di pasar.
Tak hanya memperkaya kuliner nusantara. Klepon juga dihargai sebagai salah satu warisan budaya yang menjadi simbol atas identitas kolektif suatu daerah atau kelompok, sebagaimana dituliskan Bessire dalam buku "Local Development Heritage: Traditional Food and Cuisine as Tourist Attractions in Rural Areas" (1998).
Meski disorot karena tidak Islami, tapi penjual klepon di kawasan Malioboro Yogyakarta -- utamanya di depan Pasar Beringharjo Yogyakarta -- tetap diserbu pembeli.
Para penjual di depan pasar Beringharjo, Jl Margo Mulyo, Yogyakarta, mulai membuka lapak sejak pukul 16.00 WIB. Mereka berjualan dengan gerobak dan lampu penerangan. Sedikitnya ada 10 orang penjual jajanan di sepanjang depan pasar Beringharjo. Selain pedagang klepon, ada juga penjual sate hingga bakpia.
Baca juga: Dikawal Ketat Polisi, TKA China Berhasil Lolos dari Pendemo
Di antara para pedagang yang menjajakan dagangannya di depan pasar Beringharjo, gerobak pedagang klepon paling banyak diminati.
Di gerobak penjual klepon ini juga dijual makanan lainnya seperti putu, lumpia, onde-onde dan cenil yang dijual mulai dari harga Rp 500 per biji.
Jajanan yang satu ini, ternyata paling diminati masyarakat Yogyakarta dibandingkan putu maupun onde-onde. Selain klepon, panganan putu menjadi menu favorit di tempat tersebut.
Selama pandemi COVID-19 ini, para penjual klepon sempat berhenti berjualan. Namun, baru pekan ini sudah memulai berjualan lagi setelah tidak sempat jualan selama empat bulan.
Kehebohan yang menyebut klepon tidak Islami muncul setelah akun Twitter @memefess menyebutkan bahwa jajanan tradisional dengan taburan kelapa itu bukanlah jajanan Islami.
Terlihat gambar yang tersebar di media sosial dengan tulisan, "Kue klepon tidak islami. Yuk, tinggalkan jajanan yang tidak Islami dengan cara membeli jajanan islami, aneka kurma yang tersedia di toko syariah kami."
Cuitan ini pun sudah di-retweet ribuan kali. Kolom komentar juga dipenuhi oleh netizen yang penasaran dengan klaim tersebut.
Ketika mengetik tulisan 'klepon' dalam laman Google, kata kunci yang bermunculan pun akan tertulis klepon bukan makanan Islami, klepon syariah hingga klepon haram.
Reporter: Affan Safani Adham
Editor: Haerani Hambali