Jadi Mualaf, Pria Keturunan Tionghoa Ini Belajar Salat dan Puasa dari Sang Istri

Siswanto Azis, telisik indonesia
Jumat, 09 Juli 2021
0 dilihat
Jadi Mualaf, Pria Keturunan Tionghoa Ini Belajar Salat dan Puasa dari Sang Istri
Jo Indra Yulianto bersama keluarga Kecilnya. Foto: Ist.

" Jo Indra Yulianto mendapatkan hidayah untuk memeluk agama islam sebelum menikah dengan gadis pujaan hatinya, Jessicha Yusuf "

KENDARI, TELISIK.ID - Setiap orang memiliki cerita yang berbeda saat mendapatkan hidayah dari Allah SWT.

Seperti kisah Jo Indra Yulianto pria kuturunan Tionghoa asal Ibu Kota Jakarta yang kini telah menetap di Kota Kendari saat memilih memeluk agama Islam dan menjadi seorang mualaf.

Jo Indra Yulianto mendapatkan hidayah untuk memeluk agama islam sebelum menikah dengan gadis pujaan hatinya, Jessicha Yusuf asal Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra).

"Kebetulan istriku ini seorang Muslim. Waktu sebelum menikah dia mencoba mengajak aku (masuk Islam). Dia cerita Muslim itu begini, begini, begini. Terus aku nilai bagus, lalu aku mualaf sebelum aku menikah dengannya," ujar Jo Indra.

Dari istrinya Jessicha Yusuf, Jo Indra mulai belajar agama Islam. Banyak hal ia pelajari dari hal-hal wajib seperti salat dan berpuasa di bulan Ramadan.

“Isteriku mengajarkan tentang wudhu. Dia ngajarin salat yang aku tidak tahu harus bagaimana caranya. Lalu diajarkan puasa. Di tahun pertama puasa aku masih bolong-bolong dan ngumpet-ngumpet kayak anak kecil," ujarnya.

Baca Juga: Jadi Mualaf, Pria Ini Belajar Salat dari Sang Istri

Saat ini, Jo Indra mengaku sudah satu setengah tahun menjadi seorang mualaf. Perpindahan agama tentu keputusan yang sulit, namun ternyata keluarga Jo Indra memiliki pandangan yang luas soal agama dan mereka tidak keberatan atas berpindahnya Jo Indra untuk memeluk agama Islam.

“Mama dan Bapak Nasrani. Mereka seneng dan menghargai semua agama,” tandasnya.

Lebih lanjut, Jo Indra Yulianto mengatakan, tidak ada paksaan atas keputusannya untuk memeluk Islam, mengikuti agama sang istri. Dia memutuskan untuk menjadi mualaf sesuai dengan niat hatinya.

"Alhamdulillah tidak ada paksaan apapun,” singkatnya.

Selain itu, Jo Indra Yulianto juga menceritakan awalnya ia akan menjalankan ibadah puasa pasca ia resmi memeluk agama Islam.

Dimana, ia merasa takut, apakah dirinya benar-benar sudah siap menyambut Ramadan dan menaati semua aturan yang ada di dalamnya atau tidak.

"Waktu itu saya berfikir bagaimana jika di tengah puasa, saya tak sengaja makan," ungkapnya.

Baca Juga: Kisah Mualaf, Mahasiswi Kendari Ini Sempat Ditolak Imam Masjid Saat Ingin Masuk Islam

Pertanyaan ini muncul dan selalu ada yang baru setiap harinya. Ketakutan, kegelisahan, ketidakyakinan, membuat dirinya sedikit tidak siap menyambut Ramadan.

Namun, itu semua berubah saat Ramadan benar-benar tiba. Seluruh pertanyaan yang ada di kepalanya terpecahkan satu per satu.

“Sulit memang untuk membiasakan diri ini berpuasa seharian. Namun, kenyataannya terasa ringan setelah saya berpuasa dengan penuh keyakinan pada Allah SWT,” jelasnya.

Momen terberat baginya ialah saat menjelang berbuka puasa. Ia merasa sangat lelah, karena di Kendari menurutnya sangat panas dan untung saja di bulan Ramadan waktu itu di Kota Kendari sedang musim hujan.

Namun, perasaan itu berubah saat dirinya sadar bahwa Allah SWT begitu bermurah hati, karena telah memberikannya kesempatan untuk merasakan Ramadan.

"Hari berikutnya berjalan lebih baik bahkan saya merasa lebih kuat. Tubuh saya terbiasa berpuasa. Hal yang saya syukuri ialah saya merasa jauh lebih dekat dengan Allah SWT karena saya merasa Ramadan ini membersihkan jiwa saya," ungkap Jo Indra penuh haru.

Ia tak menampik, saat berpuasa, rasa lapar dan haus itu memang ada, tapi semuanya sirna setelah ia merasa sadar kalau ini memang ujian dari Allah SWT dan ada makna besar di baliknya.

Baca Juga: Ingin Jadi Mualaf, Pemuda Ini Kerja Keras untuk Beli Baju Koko

Lapar dan haus sangat manusiawi dirasakan ketika menjalani puasa. Namun, menurut Jo Indra, itu semua pasti ada tujuannya. Allah SWT Maha Tahu dan jangan pernah meragukan kekuasaan-Nya.

Hal yang luar biasa dirasakan saat Ramadan adalah segala hal menjadi berkah.

"Momen berbuka adalah momen bersyukur. Ini juga yang menguatkan saya setiap harinya dan merindukan berpuasa esok harinya di bulan Ramadan ini," tambahnya.

Puasa Ramadan pun membuatnya merasa jauh lebih kuat dari sebelum-sebelumnya. Bukan hanya kuat raga, tapi juga jiwa.

"Ramadan benar-benar menguatkan iman saya pada Allah SWT," pungkasnya. (A)

Reporter: Siswanto Azis

Editor: Fitrah Nugraha

[9/7 16.26] Ustadz Fitrah Nugraha: 

Baca Juga