Juru Parkir KFC Kendari: Kerja Ikhlas Walau Penghasilan Tergerus Pembayaran Nontunai
Erni Yanti, telisik indonesia
Kamis, 26 Desember 2024
0 dilihat
Juru parkir di Kendari, penghasilan menurun sejak pembayaran menerapkan sistem nontunai. Foto: Erni Yanti/Telisik
" Syahrul, seorang juru parkir berusia 36 tahun, telah mengabdikan dirinya di kawasan restoran siap saji KFC di Jalan Edi Sabara, Kendari, Sulawesi Tenggara, selama lebih dari delapan bulan "
KENDARI, TELISIK.ID – Syahrul, seorang juru parkir berusia 36 tahun, telah mengabdikan dirinya di kawasan restoran siap saji KFC di Jalan Edi Sabara, Kendari, Sulawesi Tenggara, selama lebih dari delapan bulan.
Saban hari menghadapi berbagai tantangan, mulai dari teriknya matahari hingga hujan deras yang mengguyur, Syahrul tetap menjalani pekerjaannya dengan penuh keikhlasan, meskipun penghasilannya tidak menentu.
Sebelum menjadi juru parkir, Syahrul bekerja sebagai pengemudi Grab. Namun, ia memutuskan untuk beralih profesi setelah adiknya menggunakan sepeda motor miliknya untuk keperluan sekolah.
“Sebelumnya saya bekerja sebagai pengemudi Grab, tetapi karena adik saya yang memakai motor, saya memutuskan jadi tukang parkir,” tutur Syahrul, dengan rendah hati, saat ditemui di area tempat dia menjual jasanya sebagai juru parkir.
Syahrul, yang masih lajang, tidak hanya fokus pada pekerjaan sehari-hari. Ia memiliki impian besar untuk masa depannya, yaitu mengumpulkan uang untuk biaya pernikahan dan berharap bisa membuka usaha kecil.
Baca Juga: Tukang Parkir yang Ikhlas: Sosok Pekerja Keras untuk Keluarga
Meskipun penghasilan sebagai juru parkir diakuinya tidak selalu mencukupi, Syahrul tetap berusaha keras untuk mewujudkan harapannya.
Pendapatan Syahrul sangat bervariasi. Terkadang ia hanya menerima seribu rupiah atau bahkan tidak mendapat apa-apa. Namun, pada hari-hari tertentu, ia bisa mendapatkan hingga 50 ribu rupiah.
“Kadang ada yang memberi tip, kadang juga tidak. Bekerja ikhlas, yang penting saya bisa bekerja dengan tenang dan membantu orang parkir,” kata Syahrul.
Syahrul tinggal bersama keluarganya di Jalan Edi Sabara, Kendari. Hidup dalam kesederhanaan, ia merasa bersyukur bisa berada di dekat keluarga yang selalu mendukungnya.
Namun, belakangan ini, ia menghadapi tantangan baru yang datang seiring dengan perkembangan teknologi. Banyak pelanggan KFC yang kini lebih memilih pembayaran digital, seperti QRIS atau kartu debit, daripada menggunakan uang tunai.
Hal ini berdampak pada pendapatan Syahrul karena banyak pelanggan yang tidak membayar jasanya sebagai juru parkir.
“Zaman sekarang banyak orang yang tidak membawa uang cash. Mereka lebih sering pakai QRIS atau debit, dan terkadang mereka tidak membayar parkir di pintu keluar,” ujar Syahrul, dengan nada pasrah.
Keadaan ini membuatnya harus lebih bersabar karena pembayaran yang biasanya ia terima tidak selalu datang. Meski begitu, Syahrul tetap menjalani pekerjaannya dengan ikhlas.
Baca Juga: Perjuangan Wanita Pemulung di Kendari: Semangat yang Tak Pernah Luntur
Bagi Syahrul, menjadi juru parkir bukan hanya soal uang, tetapi juga tentang memberikan pelayanan terbaik kepada orang lain. “Yang penting saya bisa membantu orang, walaupun kadang bayarannya tidak seberapa,” tambahnya.
Seiring dengan perkembangan teknologi dan perubahan kebiasaan masyarakat, Syahrul tetap menunjukkan sikap pantang menyerah dan penuh harapan. Ia ingin terus mengumpulkan uang untuk masa depan yang lebih baik, meskipun jalan yang dilaluinya tidak selalu mudah.
Salah seorang pengunjung KFC, Niar, mengaku sering mengalami hal serupa. Ia mengatakan bahwa dirinya tidak selalu membawa uang tunai saat datang ke KFC.
“Saya lebih sering menggunakan QRIS atau kartu debit. Kadang saya memang tidak membayar parkir karena saya tidak membawa uang cash,” ungkap Niar. (B)
Penulis: Erni Yanti
Editor: Mustaqim
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS