Kasus DBD di Kota Kendari Meningkat Sepanjang Tahun 2022
Wa Ode Ria Ika Hasana, telisik indonesia
Senin, 02 Januari 2023
0 dilihat
Dinas Kesehatan Kota Kendari mencatat temuan kasus DBD meningkat dari tahun 2021 sebanyak 211 kasus menjadi 230 kasus di tahun 2022. Foto: Wa Ode Ria Ika Hasana/Telisik
" Kasus Demam Berdarah Dangue (DBD) di Kota Kendari meningkat menjadi 230 kasus sepanjang tahun 2022, sebelumnya di tahun 2021 terkonfirmasi sebanyak 211 kasus "
KENDARI, TELISIK.ID - Kasus Demam Berdarah Dangue (DBD) di Kota Kendari meningkat menjadi 230 kasus sepanjang tahun 2022, sebelumnya di tahun 2021 terkonfirmasi sebanyak 211 kasus.
DBD merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus dengue melalui gigitan nyamuk Aedes terutama Aedes aegypti. Untuk demam berdarah ringan akan menyebabkan demam tinggi dan gejala seperti flu. Sementara untuk demam berdarah yang parah, bisa menyebabkan pendarahan serius, penurunan tekanan darah secara tiba-tiba (syok) dan bahkan kematian.
Kepala Bidang P2P Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Kendari, Ellfi mengatakan, sampai Desember 2022 kasus DBD yang ditemukan di Kota Kendari sebanyak 230 kasus dengan jumlah kasus meninggal sebanyak 6 kasus, jika dibandingkan dengan tahun 2021, tingkat jumlah kematian meningkat.
Baca Juga: Tak Dilirik Pemerintah, Warga Sulap Sungai Wanggu jadi Spot Wisata
"Jumlah kematian tahun 2020 ada 6 kasus, di 2021 ada 4 kasus dan 2022 kembali 6 kasus, kasus kematian 2022 sebagian besar dikarenakam keterlambatan pelayanan di fasilitas kesehatan selanjutnya atau fasilitas kesehatan rujukan," ujar Elfi, Senin (2/1/2023).
Dia menambahkan, seharusnya jika sudah terkonfirmasi DBD, segera dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan pelayanan.
Banyak orang yang tidak menyadari, ternyata anaknya sudah DBD, namun hanya dikira demam biasa, saat dibawa ke fasilitas kesehatan sudah dalam keadaan pendarahan sehingga terlambat penanganan dan akhirnya meninggal.
Kasus kematian paling banyak di wilayah kerja Puskesmas Wuawua dengan jumlah kematian 2 dari 20 kasus dan di Puskesmaa Puuwatu, 2 meninggal dari 56 kasus, 1 kasus ada di Puskesmas Jati Raya dan 1 lahi di Puskesmas Kemaraya. Sementara, yang bebas kasus ada di wilayah kerja Puskesmas Benubenua, Abeli dan Nambo.
Elfi menghimbauan kepada masyarakat untuk terus tingkatkan perilaku hidup bersih dan sehat, bila ada gejala demam lebih dari 3 hari di rumah, sebaiknya segera periksa jangan sampai ada indikasi DBD.
Baca Juga: Penumpang Kapal di Kendari Didominasi Arus Kedatangan Dibanding Mudik saat Nataru
"Ayo sama-sama kita berantas DBD mulai dari lingkungan rumah kta sendiri, rutin melakukan pengawasan jentik, baik dalam rumah maupun luar rumah, melakukan 3 M plus dan jika ada masyarakat yang demam kita ajak untuk ke pelayanan kesehatan terdekat baik itu ke puskesmas maupun rumah sakit," tutupnya.
Dikutip dari sehatnegeriku.kemenkes.go.id, Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kemenkes RI Maxi Rein Rondonuwu mengatakan, pihaknya terus melakukan upaya pengendalian dan pencegahan yang masif dan simultan dengan melibatkan seluruh pihak baik tingkat pusat maupun daerah.
"Melakukan upaya pencegahan dan pengendalian melalui Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik (G1R1J) dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 3M Plus di tempat-tempat umum dan tempat-tempat institusi untuk mencapai angka bebas jentik," ujar Maxi. (B)
Penulis: Wa Ode Ria Ika Hasana
Editor: Kardin
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS