Kenapa 8 Maret? Ini Penjelasan dan Sejarah Panjang Hari Perempuan Sedunia

Ibnu Sina Ali Hakim, telisik indonesia
Senin, 08 Maret 2021
0 dilihat
Kenapa 8 Maret? Ini Penjelasan dan Sejarah Panjang Hari Perempuan Sedunia
Perempuan membawakan tari laras bambu. Foto: Repro Kompas.com

" Untuk mengetahui sejarah Hari Perempuan Sedunia, mari mundur sejenak ke awal 1900-an. Pada masa itu terdapat ekspansi besar-besaran dan turbulensi industri. "

KENDARI TELISIK.ID - Setiap tahun, 8 Maret, diperingati sebagai Hari Perempuan Internasional atau International Women's Day (IWD), untuk merayakan pencapaian sosial, ekonomi, budaya, dan politik perempuan.

Mengutip laman IWD, Hari Perempuan Internasional juga dirayakan sebagai kampanye untuk mempercepat tercapainya kesetaraan gender. Lantas, apa itu Hari Perempuan Sedunia?

Dilansir dari Suara.com, berikut ulasan pengertian dan sejarah Hari Perempuan Sedunia.

Apa itu Hari Perempuan Sedunia?

Menyadur dari laman internationalwomensday, Hari Perempuan Internasional atau Hari Perempuan Sedunia adalah sebuah hari perayaan kesetaraan gender dalam berbagai bidang, meliputi sosial, ekonomi, kebudayaan dan politik.

Pada hari ini banyak kelompok di berbagai belahan dunia merayakan prestasi para perempuan dan mengkampanyekan emansipasi perempuan.

Rutin diperingati pada 8 Maret, Hari Perempuan Sedunia memiliki beberapa agenda, di antaranya:

- Merayakan prestasi para perempuan

- Meningkatkan kesadaran tentang pentingnya emansipasi perempuan

- Memperjuangkan kesetaraan gender penggalangan dana

Baca juga: Mengenal Sejarah Hari Raya Nyepi dalam Agama Hindu

Sejarah Hari Perempuan Sedunia

Untuk mengetahui sejarah Hari Perempuan Sedunia, mari mundur sejenak ke awal 1900-an. Pada masa itu terdapat ekspansi besar-besaran dan turbulensi industri.

Menyadur dari laman internationalwomensday, pada 1908, banyak tekanan dan pelanggaran hak-hak perempuan. Membuat sejumlah perempuan tergerak untuk melakukan kampanye perubahan.

Saat itu sedikitnya 15 ribu perempuan kampanye menyusuri jalanan di New York City menuntut jam kerja yang manusiawi, bayaran yang pantas, dan hak suara politik.

Pada 1910, Pemimpin 'Kantor Perempuan' Clara Zetkin mengajukan sebuah gagasan untuk menetapkan Hari Perempuan Internasional yang menyarankan setiap negara merayakan satu hari dalam setahun untuk mendukung aksi tuntutan perempuan.

Gagasan itu disetujui Konferensi Perempuan dari 17 negara yang beranggotakan total 100 perempuan. Sehingga disepakati 19 Maret 1911 sebagai perayaan pertama Hari Perempuan Internasional di Austria, Jerman, Denmark dan Swiss.

Pergerakan perempuan di Rusia menggelar aksi damai menentang Perang Dunia I pada 8 Maret 1913. Setahun kemudian, perempuan di seantero Eropa menggelar aksi yang sama di tanggal yang sama.

Di era Perang Dunia II, 8 Maret pun digunakan seluruh dunia sebagai penanda momentum advokasi kesetaraan gender.

Tanggal 8 Maret kemudian diakui keberadaannya oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 1975. Pada 2011, mantan Presiden AS Barack Obama menetapkan Maret sebagai 'Bulan Sejarah Perempuan'.

Baca juga: Wali Kota Ini Viral Setelah Joget dan Nyawer Biduan Seksi dengan Mengabaikan Prokes

Hari Perempuan Internasional pun semakin riuh diperingati di seluruh penjuru dunia.

Pada 1996, PBB mengumumkan tema tahunan pertama mereka, "Celebrating the past, Planning for the Future." Perayaan ini diikuti di tahun-tahun selanjutnya dengan berbagai tema, was 1997 dengan "Women at the Peace table", 1998 dengan "Women and Human Rights", 1999 dengan "World Free of Violence Against Women", dan sampai di tahun ini, Choose to Challenge.

Di masa sekarang, gagasan dan konsep tentang kesetaraan gender kini bukan hal yang tabu lagi untuk dibicarakan. 

Kini, perempuan memiliki kesempatan untuk berada di pemerintahan, kesetaraan yang lebih besar dalam hak-hak legislatif, dan apresiasi terhadap pencapaian mereka di berbagai bidang.

Akan tetapi, masih terdapat sejumlah benang kusut permasalahan perempuan yang belum terpecahkan, seperti masih adanya ketidaksetaraan upah antara perempuan dan laki-laki, juga kasus-kasus kekerasan domestik yang lebih dominan dialami perempuan.

Meski demikian, perbaikan besar telah dilakukan. Perempuan kini bisa menjadi astronot, perdana menteri, memperoleh pendidikan tinggi, bebas untuk bekerja dan memiliki keluarga, serta memiliki kebebasan untuk memilih tujuan hidupnya.

Hari Perempuan Internasional juga ditetapkan sebagai hari libur resmi di banyak negara, seperti Afghanistan, Armenia, Azerbaijan, Belarus, Burkina Faso, Kamboja, China (khusus perempuan), Kuba, Georgia, Guinea-Bissau, Eritrea, Kazakhstan, Kyrgyzstan, Laos, Madagaskar (khusus perempuan), Moldova, Mongolia, Montenegro, Nepal (khusus perempuan), Rusia, Tajikistan, Turkmenistan, Uganda, Ukraina, Uzbekistan, Vietnam, dan Zambia. (C)

Reporter: Ibnu Sina Ali Hakim

Editor: Haerani Hambali

TAG:
Baca Juga