Ketua KPU Sebut Pilkada 2020 Jadi Sejarah Baru Indonesia

Marwan Azis, telisik indonesia
Senin, 06 Juli 2020
0 dilihat
Ketua KPU Sebut Pilkada 2020 Jadi Sejarah Baru Indonesia
Ketua KPU RI, Arief Budiman. Foto: Ist.

" Ini sejarah pertama ya. Tahun 2020 menjadi Pilkada pertama yang diselenggarakan di tengah pandemi COVID-19. "

JAKARTA, TELISIK.ID- Pilkada 2020 akan menjadi Pemilu yang sangat penting karena untuk pertama kalinya diselenggarakan di tengah situasi pandemi.

"Ini sejarah pertama ya. Tahun 2020 menjadi Pilkada pertama yang diselenggarakan di tengah pandemi COVID-19," kata Ketua KPU RI, Arief Budiman dalam diskusi media di Jakarta, Senin (6/7/2020).

Arief mengungkapkan, Pilkada yang diselenggarakan pada 9 Desember 2020 mendatang merupakan momen yang sangat penting karena dalam pelaksanaan akan menjadi dasar dan pijakan bagi generasi mendatang jika dihadapkan dengan berbagai situasi, salah satunya seperti situasi pandemi COVID-19.

"Kebetulan sekarang virusnya Corona. Suatu saat bisa saja ada virus yang lain. Maka hari ini kita tidak hanya membuat sejarah secara teknis pelaksanaannya, tetapi juga regulasinya, kemudian model pelaksanaannya, kulturnya. Ini penting untuk bisa menjadi model di masa yang akan datang," ungkap Arief.

Pelaksanaan Pilkada tahun 2020 akan menjadi pertaruhan besar. Menurutnya, jika pada pelaksanaannya baik, ini dapat menjadi model dan landasan yang baik.

"Tapi kalau kita buruk melaksanakannya tahun ini, maka kalau terjadi lagi, kita juga masih meraba-raba lagi," ujarnya.

Ia mengatakan, pelaksanaan Pilkada di tengah pandemi menjadi pertaruhan besar, bukan hanya untuk generasi sekarang, tapi juga menjadi warisan penting untuk generasi mendatang.

Pandemi COVID-19 yang juga dihadapi oleh banyak negara di dunia tidak menyulutkan semangat untuk melaksanakan pemilihan pemimpin negara. 

Arief mengatakan, langkah yang dibuat oleh negara lain dalam penyusunan pelaksanaan pemilu dapat menjadi pelajaran bagi Indonesia dan tentunya disesuaikan dengan kondisi yang dihadapi bangsa saat ini.

"Situasi dan kondisi di tiap negara berbeda-beda, termasuk regulasinya. Ada yang tetap melanjutkan pelaksanaan pemilihan kepala negaranya karena memang sudah pada periode pergantian kepemimpinannya, namun ada juga yang mengundurnya. Kultur masyarakat juga menjadi pengaruh besar dalam proses pelaksanaannya. Jadi apa yang dilakukan negara lain bisa menjadi pelajaran bagi kita. Tetapi tentu mengadopsi sepenuhnya itu tidak mungkin karena kultur, regulasi, situasi kondisi dan anggarannya berbeda," urainya.

Regulasi pelaksanaan Pilkada pada masa pandemi COVID-19 tidak ada yang berubah. Namun terdapat tambahan peraturan KPU yang disesuaikan dengan kondisi saat ini.

"Regulasinya tidak ada yang berubah, Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 masih dipakai, peraturan KPU juga masih dipakai, yang kita lakukan sekarang adalah menambahkan peraturan KPU baru sesuai dengan situasi pandemi dan mengutamakan protokol kesehatan," tegasnya.

Baca juga: PPP Kritisi Rencana Kementan Produksi Massal Kalung Anti Corona

Pada teknis pelaksanaan Pilkada, KPU mengutamakan protokol kesehatan bagi penyelenggara serta pemilih. Bagi penyelenggara, KPU memfasilitasi desinfektan, masker, Hand Sanitizer, sabun cuci tangan, sarung tangan, pengukur suhu tubuh, pelindung wajah dan pembatas bagi Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) serta KPU juga mengadakan Rapid Test terlebih dahulu untuk memastikan kondisi kesehatan penyelenggara.

TPS juga akan menerapkan Physical Distancing dengan pengaturan kursi yang berjarak 1-2 meter bagi para pemilih. Para pemilih juga diwajibkan menggunakan masker dan mengikuti instruksi petugas di TPS sesuai dengan protokol kesehatan.

Peraturan pelaksanaan kampanye juga telah disesuaikan dengan protokol kesehatan, antara lain tidak diperbolehkan melakukan kampenye yang berpotensi membuat kerumunan, mengutamakan pelaksanaan kampanye menggunakan media daring sehingga tidak terjadi kontak fisik dan kerumunan, jika melakukan pertemuan tidak boleh melebihi 40 persen dari kapasitas ruangan, jaga jarak serta menggunakan masker dan Face Shield.

Terakhir untuk pemungutan dan perhitungan suara, Arief menjelaskan, pemungutan suara dilakukan secara manual dan saat perekapannya menggunakan teknologi informasi.

"Kita jangan menghilangkan kultur pemungutan suara, itu (pemungutan suara) tetap dilaksanakan manual. Begitu pemungutan suara dihitung dan semua orang menyaksikan di TPS, hal ini yang menjadi ciri khas Indonesia dalam melakukan pemilihan untuk hak pilihnya. Nah pada proses perekapan, baru menggunakan teknologi informasi," tutupnya.

Sebagai informasi, Pilkada 2020 akan diselenggarakan di sembilan provinsi, antara lain Sumatera Barat (zona orange), Kepulauan Riau (zona kuning), Jambi (zona kuning), Bengkulu (zona orange), Kalimantan Utara (zona orange), Kalimantan Tengah (zona merah), Kalimantan Selatan (zona merah), Sulawesi Utara (zona merah) dan Sulawesi Tengah (zona orange) pada 224 kabupaten dan 37 kota. Teknis pelaksanaan Pilkada akan disesuai dengan kondisi zona risiko pada wilayah daerah masing-masing.

Reporter: Marwan Azis

Editor: Kardin

Artikel Terkait
Baca Juga