Harga Minyak Mentah Global Menyala Sepanjang Sejarah, Tersulut Rudal Iran ke Israel
Ahmad Jaelani, telisik indonesia
Senin, 16 Juni 2025
0 dilihat
Sebagian wilayah Israel luluh lantak akibat rudal Iran, berimbas ke harga minyak dunia. Foto: Repro AP.
" Para pelaku pasar mulai cemas akan ancaman gangguan pasokan dari kawasan penghasil minyak terbesar dunia "

TEL AVIV, TELISIK.ID - Ketegangan antara Iran dan Israel memantik gejolak besar di pasar energi global. Para pelaku pasar mulai cemas akan ancaman gangguan pasokan dari kawasan penghasil minyak terbesar dunia.
Serangan udara yang dilancarkan kedua negara pada Jumat, 13 Juni 2025, menyebabkan harga minyak mentah melonjak tajam hingga mencetak rekor tertinggi dalam dua bulan terakhir
Berdasarkan data Refinitiv, harga minyak Brent ditutup pada angka US$ 74,23 per barel, naik signifikan sebesar US$ 4,87 atau 7,02 persen. Bahkan, harga sempat menyentuh level tertinggi sejak Januari 2025 di angka US$ 78,50 per barel. Sepanjang pekan ini, Brent mengalami kenaikan total sebesar 13 persen.
Sementara itu, harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) juga melesat. Minyak WTI ditutup di level US$ 72,98 per barel, meningkat sebesar US$ 4,94 atau 7,62 persen. Lonjakan ini mencatatkan level tertinggi sejak 21 Januari 2025, dengan kenaikan mingguan yang juga menyentuh 13 persen.
Kedua harga acuan minyak ini mengalami lonjakan harian terbesar sejak tahun 2022, ketika invasi Rusia ke Ukraina mengguncang pasar energi global. Kini, konflik antara dua kekuatan Timur Tengah kembali memicu ketidakpastian global yang serupa.
Baca Juga: Kejagung Selami Kesaksian Ahok Ekspor Impor Minyak Mentah Pertamina
Israel mengklaim telah melancarkan serangan ke fasilitas nuklir, pabrik rudal balistik, serta basis komando militer milik Iran. Sebagai balasan, Iran meluncurkan rudal ke Tel Aviv yang menyebabkan ledakan terdengar hingga ke wilayah selatan Israel.
Pemerintah Iran menyatakan bahwa hingga kini fasilitas kilang dan penyimpanan minyak mereka masih beroperasi normal tanpa mengalami kerusakan. Iran memproduksi sekitar 3,3 juta barel per hari (bpd) dan mengekspor lebih dari 2 juta bpd ke pasar internasional.
Namun, kekhawatiran utama justru muncul terkait potensi gangguan pengiriman minyak di Selat Hormuz. Jalur strategis ini menjadi rute utama keluar bagi sekitar 20 persen pasokan minyak dunia, termasuk dari Arab Saudi, UEA, Kuwait, Irak, dan Iran.
“Jika Iran merespons dengan mengganggu aliran minyak melalui Selat Hormuz, menyerang infrastruktur minyak regional, atau menyerang aset militer AS, reaksi pasar bisa jauh lebih parah, berpotensi mendorong harga naik lebih dari $20 per barel,” ujar Jorge Leon, kepala analisis geopolitik di Rystad yang juga mantan pejabat OPEC, seperti dikutip dari CNBC Indonesia, Senin (16/6/2025).
Baca Juga: Pertamina Beli Minyak Jelantah Rp 6 Ribu per Liter, Bisa Diklaim Lewat Saldo e-Wallet UCollect
Arab Saudi dan Uni Emirat Arab diketahui merupakan dua negara anggota OPEC+ yang memiliki kapasitas cadangan besar. Mereka diperkirakan mampu menambah sekitar 3,5 juta bpd untuk menutupi kekurangan produksi akibat potensi konflik ini.
Di luar minyak, sejumlah komoditas energi lainnya juga ikut melonjak. Harga batu bara naik 1,3 persen menjadi US$ 108,95 per ton, tertinggi sejak 11 Maret 2025. Harga gas alam Eropa turut melonjak 5,6 persen ke €38 per megawatt-jam.
Komoditas pangan seperti minyak sawit mentah (CPO) pun ikut menguat, naik 2,3 persen ke level MYR 3.927 per ton. Pergerakan ini mencerminkan hubungan erat antar komoditas energi yang saling menggantikan ketika harga salah satunya melonjak tajam. (C)
Penulis: Ahmad Jaelani
Editor: Kardin
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS