Kisah Prof. Havidz Aima, Anak Desa yang Gapai Mimpi Menjadi Akademisi, Birokrat dan Entrepreneur Sukses

Nina Nurrahmah, telisik indonesia
Jumat, 27 Agustus 2021
0 dilihat
Kisah Prof. Havidz Aima, Anak Desa yang Gapai Mimpi Menjadi Akademisi, Birokrat dan Entrepreneur Sukses
Prof. Havidz Aima bersama buku biografinya yang berjudul

" Havidz kecil dibesarkan di lingkungan yang menjunjung tinggi nilai-nilai keislaman. "

JAMBI, TELISIK.ID - Prof. Ir. H. M. Havidz Aima, MS., Ph.D. CFRM, siapa yang tidak mengenal sosoknya di Tanah Pilih Pesako Betuah, Jambi? Tapi jangan lupa bahwa dia bukan saja tokoh lokal tetapi juga sudah berkiprah di tingkat nasional.

Dilahirkan dari pasangan suami-isteri saudagar tingkat desa Seling, Kecamatan Tabir, Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi dengan penghasilan yang cukup. Ayahnya bernama Ismail dan Ibunya bernama Zainab. Kedua orangtuanya sama-sama tidak mengenyam pendidikan formal. Ismail masuk sekolah rakyat (SR) hanya sampai kelas 3 SR, lalu Zainab hanya merupakan alumni dari program Pemberantasan Buta Huruf atau biasa disingkat PBH.

Havidz lahir sebagai ketua regu dari 9 bersaudara. Adik-adiknya bernama Faizah, Lukman, Abdullah yang meninggal saat usianya masih bayi. Adik yang lain bernama Rummaniah, Raimah, Rosnida, M. Hazil, dan Ramziah.

Havidz kecil dibesarkan di lingkungan yang menjunjung tinggi nilai-nilai keislaman. Dia tinggal di komunitas Islam ortodok yang tua-tengganainya pada waktu itu mengecam atau melarang Havidz meneruskan pendidikan ke Sekolah Menengah Ekonomi Pertama (SMEP) karena sangat dikhawatirkan tidak dapat membaca ayat “kulhu” untuk orangtuanya ketika orangtuanya wafat kelak.

Sejak kecil dia telah terbiasa (dibiasakan lebih tepatnya) untuk tidak bergantung kepada kedua orang tuanya yang berpenghasilan cukup tersebut.

 

Prof Havidz dan istri bersama putra putrinya yang telah berhasil meraih gelar master dan doktor di luar negeri. Foto: Ist.

 

Prof. Havidz secara intuitif, telah terlatih mencari uang sendiri ketika usianya masih kanak-kanak menginjak remaja.

Sebelum mencapai jenjang menjadi seorang profesor seperti sekarang, dulu dia kerap kali mengalami deretan kegagalan yang mungkin saja terjadi pada kebanyakan orang, dan kegagalan-kegagalan tersebut telah mengantarkannya menjadi seorang profesor.

Ketika duduk di bangku kelas 3 Sekolah Dasar (SD di desa Seling lalu pindah ke SD Negeri 11/IV Kota Jambi di Thehok), dia bahkan belum lancar membaca. Dia juga pernah ditolak masuk sekolah dasar hanya karena tak bisa menjawab soal yang diberikan yaitu: 2/3 + 3/4 kala itu.

Tak hanya itu, dia bahkan pernah mendapatkan nilai terjelek saat SMA yaitu nilai rapor dengan angka 3 pada mata pelajaran Biologi. Namun Havidz bukanlah sosok yang berkarakter pasrah atau menerima keadaan. Ketika gagal dalam satu bidang, maka dia tidak akan berhenti untuk mencoba lagi dan lagi sampai mengantongi segudang keberhasilan hari ini.

Baca juga: Sarah Salleh: Kiprahnya di Tengah Status Calon Ratu Brunei Darussalam

Kini usia Prof. Havidz sudah memasuki 66 tahun yang berulang tahun ke-66 pada 6 Juni 2021. Namun, usia hanyalah soal hitungan angka saja. Prof Havidz mungkin saja telah menua dari segi fisik, tapi jiwa dan semangatnya tak pernah pudar dilekang usia.

Ketekunan, kedisiplinan, dan juga kerja kerasnya selama ini telah membawanya pada puncak kesuksesan baik sebagai birokrat, akademisi, pebisnis, juga menjadi seorang ayah yang berhasil mengantar putra-putrinya meraih gelar pendidikan tertinggi.

Di bidang akademik, Profesor Havidz Aima berhasil melalui semua jenjang pendidikannya atas biaya Pemerintah Daerah Provinsi Jambi, kecuali Strata-2 atas biaya Universitas Batanghari Jambi.

Mulai dari masuk Akademi Usaha Perikanan (AUP) Jakarta, lalu melanjutkan ke Universitas Brawijaya, terus ke Universitas Gadjah Mada, kemudian melintasi batas negara ke Central Luzon State University (CLSU) di Philiphines.

Tidak sampai disitu, dia berhasil meraih gelar profesornya dalam waktu yang relatif singkat yaitu hanya 10 tahun semenjak lulus Strata-3, dengan menekuni tiga bidang sekaligus yaitu sebagai Birokrasi, sebagai Akademisi, dan sebagai Pengusaha (entrepreneur).

Prof. Havidz tak hanya sukses sebagai akademisi sampai meraih gelar tertinggi menjadi seorang profesor yang pernah menjabat sebagai Kaprodi S3 Manajemen di Universitas Mercu Buana Jakarta, dia juga sukses di birokrasi dimana diangkat sebagai PNS Golongan II/a dengan basis pendidikan SMA, dan kini telah berhasil mencapai golongan tertinggi di bidang kepegawaian yaitu Golongan IV/e.

Berbagai pengalaman birokrat yang dilaluinya antara lain menjadi Kepala Dinas Perikanan Kota Jambi tahun 1987-1989 pada usia 32 tahun, juga berbagai jabatan struktural lain, yaitu Kepala Dinas Pendidikan Kota Jambi, Ketua Bappeda Kota Jambi, Wakil Ketua Bappeda Provinsi Jambi, Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Jambi, Kepala Balitbangda Provinsi Jambi, dan Staf Ahli Gubernur Jambi.

Prof. Havidz pun sukses sebagai seorang pebisnis. Mewarisi darah pedagang dari ayahnya sehingga semenjak usia dini telah berbisnis. Sejak belia Prof. Havidz telah berbisnis kelereng, biji para, karet gelang, bungkus rokok yang dilipat-lipat berbentuk segitiga, dan bahkan berbisnis buah pohon karet yang berfungsi sebagai mainan seperti kelereng.

Pada usia sekolah dasar, dia telah menggeluti bisnis karung kosong dan botol kosong yang umumnya sebagai wadah air lemon dan wadah cuka getah (karet), yang dibeli sampai ke kebun-kebun penyadap karet lalu dijual ke kota Jambi. Uniknya lagi, modalnya dari orang tua, namun semua hasil penjualan menjadi miliknya.

Ini adalah cara dan strategi orang tuanya untuk memotivasi anak agar tertarik untuk berbisnis. Tentu dengan pertimbangan modal yang digunakan pun tidak terlalu besar. Hitung-hitung sebagai pemberian uang jajan atau uang bulanan untuk anak.

Baca juga: Ashraf Ghani, Sosok Presiden Afghanistan yang Kabur ke UEA Saat Taliban Menguasai Ibu Kota

Pada usia SMP, orang tua Prof. Havidz telah memberikan kewenangan penuh dalam pengambilan keputusan di bisnis seperti di desa Havidz kecil telah diberi kewenangan pengambilan keputusan tentang “beli atau tidak karet bisnis orang tuanya, sebaliknya sampai di Kota Jambi dijual atau tidak”.

Dengan demikian Prof. Havidz telah berpengalaman di dunia bisnis selama kurang lebih 60 tahun yang tidak terpaut jauh dengan umurnya saat ini yaitu 66 tahun.

Prof. Havidz juga telah puluhan tahun menjalankan bisnis di bidang kavlingan tanah, sejak tahun 1996 sampai saat ini, dan bahkan berkembang sebagai developer menggeluti bisnis properti dengan dua bendera perusahaannya di dua kota yang berbeda, yang mengkhususkan untuk kalangan kelas bawah yang dikenal dengan rumah bersubsidi, karena pada umumnya kalangan inilah yang sulit dijangkau oleh pihak Bank.

Perjalanan bisnis Prof. Havidz telah membuktikan bahwa dia adalah pengusaha yang original, yang mengarungi dunia penjualan kaplingan tanah sampai dengan properti, yaitu perumahan yang telah tak terhitung lagi jumlah rumah yang telah dijualnya.

Menjual kaplingan tanah dari pintu ke pintu (rumah dan kantor), dari meja ke meja (kantor) yaitu kantor ataupun rumah dari teman dan kenalannya. Hal ini membuktikan kalau marketing tidaklah harus wah. Disinilah kekuatan seseorang, yaitu pola pikir (mindset) yang tidak pernah membatasi pergaulannya dan kesiapsediaannya untuk membantu orang lain.

“Saya berhasil sukses dalam bidang birokrasi, akademisi, juga entrepreneur bukan lantaran saya seseorang yang terlahir jenius. Bukan juga karena saya berasal dari keluarga pejabat tinggi yang bergelimangan harta. Semua itu karena saya tahu caranya dan tau menempatkan waktu yang tepat pada pekerjaan yang tepat. Tak banyak orang yang sadar prinsip itu,” ujar Prof Havidz Aima, Kamis (26/08/2021).

“Kamu bisa membaca 11 prinsip yang telah mengantarkan saya menggapai mimpi menjadi akademisi, birokrat, dan entrepreneur sukses dalam buku biografi saya berjudul Anak Desa Menggapai Mimpi," tambahnya.

“Sebagai teman, Havidz adalah sparring partner dalam mengejar cita-cita akademik dengan fasilitas gratis (biaya negara/beasiswa). Sebagai mentor, pengalaman dalam berorganisasi dan pergaulan/human relation, Havidz adalah gudangnya. Sedangkan sebagai coach/pembimbing dalam menggapai cita-cita akademik tertinggi, korelasi kami belum touchdown,” kata Heri Suliyanto yang merupakan sahabat seperjuangan akademik Prof. Havidz.

Pak Heri Suliyanto juga menambahkan bahwa sebagai manusia pembelajar, Prof. Havidz selalu punya trik/kiat untuk berimprovisasi dan berinovasi. Sebagai mentor dalam meniti karir birokrasi (juga bisnisnya), Havidz adalah mentor yang mampu menggabungkan kepiawaian seorang planner dan executor sekaligus, yang sangat langka ditemui dalam satu individu. Sebagai coach/pembimbing, Prof Havidz memiliki talenta dan kesabaran yang “never ending…”.

“Prof. Havidz Aima yang menurut hemat saya penuh dengan inspirasi, motivasi dan testimoni sebagai seorang anak negeri yang dilahirkan di Provinsi Jambi dan memiliki tiga talenta dimensi kompetensi sebagai birokrat, akademisi, dan entrepreneur," tutup Dr. Al Haris S.Sos. MH, Gubernur Jambi terpilih periode 2021-2024. (A)

Reporter: Nina Nurrahmah

Editor: Haerani Hambali

Baca Juga