Kontak Erat di Mubar Ogah Diswab, Satgas COVID-19 Muna Khawatir Akan Ada Ledakan Pasien
Sunaryo, telisik indonesia
Jumat, 15 Mei 2020
0 dilihat
Jubir Satgas COVID Muna, dr La Ode Abdul Wahid. Foto : Naryo/Telisik
" Kami Satgas Muna khawatir jangan sampai terjadi ledakan pasien COVID secara sporadis di Mubar akibat kelalaian itu. Endingnya kami di RS Muna yang direpotkan. "
MUNA, TELISIK.ID - Status Kabupaten Muna Barat (Mubar) dalam penyebaran dan penularan virus COVID-19 masih di zona hijau. Meskipun demikian, ada salah seorang warganya yang positif COVID dan tengah menjalani isolasi di Rumah Sakit (RS) Raha.
Nah, karena adanya yang positif itu, para kontak erat dengan pasien itu besar kemungkinan akan ikut terpapar. Makanya, Tim Satgas COVID Muna telah meminta agar para kontak erat itu untuk dilakukan swab tenggorokan. Namun, pihak Pemkab Mubar ogah melakukan.
Jubir Satgas COVID Muna yang juga sebagai Dokter Penanggungjawab Pasien (DPJP), dr La Ode Abdul Wahid mengaku tanggal 6 Mei sudah menghubungi Kabid P2 Dinkes Mubar, Rahman Saleh untuk mendaftarkan kontak eratnya pada Satgas COVID Sultra. Akan tetapi, hingga pelaksanaan swab tanggal 8-10 Mei, tak ada satupun kontak erat pasien yang sedang diisolasi ikut swab.
"Kami Satgas Muna khawatir jangan sampai terjadi ledakan pasien COVID secara sporadis di Mubar akibat kelalaian itu. Endingnya kami di RS Muna yang direpotkan," ungkap Wahid.
Baca juga: Dua Pasien Positif COVID-19 di Kota Kendari Kembali Dinyatakan Sembuh
Karena tak kooperatifnya itu, Tim Satgas COVID Muna mengancam tak akan menerima pasien COVID rujukan asal Mubar. Kenapa? Karena, semua prosedur penanganan COVID tidak dipatuhi. Sebaliknya, bila protokol kesehatan dipenuhi, mereka lapang dada menerima pasien dari Mubar.
"Karena tidak patuhnya itu, Kami akan bermohon pada pak gubernur untuk mengubah SK penujukan RS Raha sebagai RS Rujukan pasien dari Mubar. Cukup dari Buton Tengah (Buteng) saja," tegas Ketua IDI Muna-Mubar itu.
"Okelah bila Tim Satgas Mubar telah melakukan rapid test terhadap para kontak erat yang hasilnya nonreaktif. Namun, hasil rapid test itu hanya digunakan untuk menapis kasus COVID, bukan digunakan untuk diagnostik pasti", lanjutnya.
"Untuk membuktikan bebas tidaknya COVID, kontak erat serumah pasien yang dirawat harus dilakukan swab," timpalnya.
Di Muna, lanjut Wahid awalnya ada kelompok kontak erat pasien yang menolak dilakukan swab. Namun, berkat langkah persuasif Bupati, LM Rusman Emba, mereka mau mengikuti swab.
Baca juga: Tak Dapat BST, Seorang Nenek Menangis di Kantor Dinas Sosial
"Alhamdulilah hasilnya memuaskan," sebutnya.
Dokter Ahli Dalam itu berharap Satgas COVID kabupaten/kota tidak perlu takut bila menemukan kasus swab positif. Karena itu merupakan sebuah prestasi dalam memutus mata rantai virus.
Ia menyebut ada dua prinsip utama untuk memutus rantai penularan COVID yakni, temukan COVID swab positif (+) lalu obati sampai sembuh. Kemudian, cegah penularan melalui social distancing (jangan berkumpul), physical distancing (jaga jarak), wajib pakai masker, makan makanan dengan gizi seimbang dan cuci tangan pakai sabun dengan air mengalir.
"Protap percepatan pemutusan rantai penularan harus dipatuhi. Bila fasilitas swab tersedia, maka mereka yang ODP dan PDP lakukan swab dua kali berurutan hari dan OTG kontak erat pasien positif lakukan swab dan diulangi hari ke-14 bila swab pertama negatif," pungkas Jubir COVID Muna itu.
Reporter: Naryo
Editor: Sumarlin