Mahasiwa: Kuliah Daring Bikin Boros Kuota

Siswanto Azis, telisik indonesia
Minggu, 17 Mei 2020
0 dilihat
Mahasiwa: Kuliah Daring Bikin Boros Kuota
Mahasiswa Unsultra, Alki Sinagri. Foto: Ist.

" Cepat sekali habis kuotanya. Padahal buat ujian hanya kuliah 40 menit sudah habis 11 gigabyte. "

KENDARI, TELISIK.ID - Sudah hampir tiga bulan ini, aktivitas seorang mahasiswa Alki Sinagri di ponsel menjadi lebih sibuk dari biasanya. Namun hal itu dilakukan bukan untuk memeriksa pesan WhatsApp maupun media sosial, melainkan perkuliahan.

Kepada telisik.id, Alki Sinagri mengatakan, semenjak Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim mengeluarkan instruksi belajar dari rumah, kampusnya, Universitas Sulawesi Tenggara (Unsultra) meniadakan pembelajaran tatap muka.

Karenanya kini, seluruh aktivitas perkuliahan, apapun bentuknya, dialihkan menjadi metode dalam jaringan (daring/online), termasuk ujian tengah semester yang sedang ia jalani.

Baca juga: HIMPSI Sultra Observasi Psikologi 21 Anak Terpapar COVID-19

Meski sekilas kebijakan ini tampaknya menjadi kesempatan untuk berkumpul dengan keluarga, warga Desa Mokaleleo Kabupaten Konawe Selatan itu tak sepenuhnya berkenan dengan sistem daring.

Alki mengaku, harus mengeluarkan sejumlah uang lebih banyak untuk membeli kuota internet, sebab kini dia harus mengikuti satu per satu perkuliahan dan ujian melalui kelas-kelas maya.

"Cepat sekali habis kuotanya. Padahal buat ujian hanya kuliah 40 menit sudah habis 11 gigabyte," keluh Alki Sinagri kepada telisik.id, Minggu (17/05/2020).

Tidak cuma boros kuota, sistem perkuliahan daring menurut Alki tidak efektif, terutama dalam kegiatan UTS yang nantinya akan digunakan oleh dosen.

Baca juga: Jadi Trasmisi Lokal, Ratusan Pedagang di Kendari Ikuti Rapid Tes

Mahasiswa Fakultas Hukum, Universitas Sulawesi Tenggara ini mengungkapkan, saat pelaksanaan banyak kekacauan yang terjadi, termasuk kekurangan waktu, serta kendala sinyal yang dialami oleh sejumlah mahasiswa.

“Ada yang protes waktunya kurang. Ada juga yang kepencet kirim padahal belum selesai. Terus dibilang tidak boleh buka buku, tapi ya gimana, dosennya tidak bisa mantau," tutur dia.

Namun Alki Sinagri menambahkan, tidak semua dosen menuntut untuk melaksanakan perkuliahan melalui platform yang menyedot kuota. Sejumlah dosen lebih memilih mengirimkan materi di grup WhatsApp, untuk selanjutnya didiskusikan.

"Jadi nanti sehari sebelumnya dikirim, terus dibaca pas jam pelajaran," tutup Alki Sinagri.

Reporter: Dul

Editor: Sumarlin

Artikel Terkait
Baca Juga