Masih Sering Membentak Anak? Pikirkan Ini

Haidir Muhari, telisik indonesia
Selasa, 13 Oktober 2020
0 dilihat
Masih Sering Membentak Anak? Pikirkan Ini
Ilustrasi orangtua membentak anak. Foto: Repro liputan6.com

" Masa anak-anak adalah masa emas, mereka mengamati dan menyerap banyak perlakuan dari orang tua dan sekitarnya. Masa anak-anak sering disebut juga dengan masa estetika, masa indera dan masa menentang orang tua. "

KENDARI, TELISIK.ID - Anak adalah aset masa depan, tidak hanya untuk orangtuanya, melainkan untuk lingkungan, negara, bahkan peradaban.

Masa anak-anak adalah masa emas, mereka mengamati dan menyerap banyak perlakuan dari orang tua dan sekitarnya. Masa anak-anak sering disebut juga dengan masa estetika, masa indera dan masa menentang orang tua.

Dikutip Telisik.id dari Kompasiana.com, disebut estetika karena pada masa ini merupakan saat terjadinya perasaan keindahan. Disebut juga masa indera, karena pada masa ini indera anak-anak berkembang pesat, karena pesatnya perkembangan tersebut, anak-anak senang mengadakan eksplorasi, yang kemudian disebut dengan masa menentang.

Perkembangan biologis anak amat pesat, dan secara sosiologis masih terikat oleh lingkungan dan keluarganya. Dalam masa pertumbuhan itu, tak jarang anak-anak bertingkah dan melakukan kesalahan-kesalahan. Karena itu, tak sedikit memicu kekesalan orang tua.

Menyikapi hal itu, sebagian orang tua, tak bisa mengontrol diri, secara spontan memarahi, bahkan sampai membentak anak. Namun, menurut penelitian sikap seperti itu akan berdampak buruk pada kepribadian anak.

Nah, berikut ini Telisik.id sajikan khusus untuk Ayah dan Bunda dampak buruk sering membentak anak.

Dikutip dari The Asian Parent bentakan (gelombang suara) bila disertai dengan gelombang emosi yang dihasilkan oleh otak kiri akan berkolaborasi menghasilkan gelombang baru dengan efek negatif. Efek ini bersifat destruktif terhadap sel-sel otak, terutama bagi anak yang menjadi sasaran bentakan tersebut.

Lise Gliot seorang profesor neuroscience melakukan penelitian pada anaknya sendiri untuk mengetahui dampak sikap orang tua terhadap anak.

Baca juga: Coba Minum Jahe Campur Serai, Khasiatnya Menakjubkan

Untuk penelitiannya, Gilot memasang kabel perekam otak yang dihubungkan dengan sebuah monitor komputer. Itu dimaksudkan untuk mengamati setiap perubahan yang terjadi dalam perkembangan otak anaknya.

Gilot menemukan ada rangkaian indah terbentuk ketika sang anak disusui dengan sentuhan lembut di kepalanya. Seketika terjadi perubahan warna, saat anak terkejut mendengar bentakan. Hatta, rangkaian indah itu berubah menjadi gelembung lalu pecah berantakan.

Dari penelitian itu jelas membuktikan bahwa memarahi dengan suara bentakan mempengaruhi perkembangan otak anak. Juga bisa mengganggu fungsi organ penting dalam tubuh sang anak.

Saat berlangsungnya bentakan, ada satu miliar sel otak anak akan mengalami kerusakan. Ayah-Bunda yang budiman, apa yang terjadi apabila anak sering mendapat bentakan dari Ayah-Bunda?

Memang mendidik anak dalam dekap kasih dan cinta, tak semudah mengucap atau menuliskannya. Namun, dampak jangka panjang kehidupan anak di masa depan perlu menjadi pikiran panjang bagi Ayah-Bunda.

Beberapa dampaknya antara lain, anak akan tumbuh menjadi peragu dan kurang percaya diri. Sehingga di banyak situasi akan minder dan takut mencoba hal-hal baru.

Anak juga di masa depan akan menjadi egois yang berujung pada suka menantang, keras kepala, bahkan kerap membantah orangtuanya. Anak juga bisa tumbuh menjadi tertutup (insecure) dan apatis terhadap lingkungan.

Baca juga: Hal Berfaedah yang Bisa Dilakukan Jomblo Saat Malam Minggu

Lalu bagaimana kiat agar dapat mengendalikan emosi dan tidak mudah membentak anak? Pakar merekomendasikan hal-hal berikut ini untuk Ayah-Bunda.

1. Jangan terpengaruh untuk menghentikan teriakan anak dengan bentakan yang lebih hebat.

2. Sebelum membentak anak, ingatlah, bahwa anak adalah peniru ulung. Ia akan meniru setiap serpihan kata-kata yang kita teriakan di benaknya.

3. Ingatlah, kepribadian anak di masa depan adalah hasil bentukan kita di masa sekarang.

4. Segeralah mengubah posisi tubuh anda, seperti dari berdiri menjadi duduk. Hal ini akan menurunkan ketegangan emosi anda.

5. Palingkan sejenak wajah anda dari anak yang telah membuat dada anda terasa meledak.

6. Tarik napas dan hembuskan perlahan sambil memejamkan mata. Hal ini akan membuat dada yang sesak terasa longgar dan lapang.

Ayah-Bunda, anak adalah hiasan dan permata hati orangtua. Setiap anak adalah agen kehidupan dan agen perubahan, karena itu ia adalah amanah yang dititipkan ke Ayah-Bunda.

Setiap anak berhak mendapatkan pendidikan yang layak dan baik, untuk bisa menjadi permata yang kilaunya tidak hanya menentramkan orangtuanya, melainkan semesta. Apakah Ayah-Bunda siap? (C)

Reporter: Haidir Muhari

Editor: Kardin

TAG:
Artikel Terkait
Baca Juga