Meneteskan Air Mata di Depan Paus Fransiskus, Anna Nurawalia Mengaku Muslim Sejati

Febriyani, telisik indonesia
Kamis, 05 September 2024
0 dilihat
Meneteskan Air Mata di Depan Paus Fransiskus, Anna Nurawalia Mengaku Muslim Sejati
Anna Nurawalia saat menyampaikan testimoni di depan Paus Fransiskus, di Gereja Katedral, Jakarta, Rabu (4/9/2024). Foto: Ist

" Media sosial dihebohkan dengan hadirnya Anna Nurawalia (30), guru yang tinggal di area Benteng Keraton Buton, Kota Baubau, yang tampil berpidato di depan Paus Fransiskus di Gereja Katedral, Jakarta "

BAUBAU, TELISIK.ID — Media sosial dihebohkan dengan hadirnya Anna Nurawalia (30), guru yang tinggal di area Benteng Keraton Buton, Kota Baubau, yang tampil berpidato di depan Paus Fransiskus di Gereja Katedral, Jakarta, Rabu (4/9/2024).

Saat dihubungi telisik.id, Anna menceritakan bahwa dirinya dipilih oleh tim Scholas saat itu untuk menjadi host kegiatan dialog bersama Paus. Dia dipilih karena merupakan volunteer pertama dari Indonesia untuk program Scholas Occurentes.

“Jadi pada kesempatan itu saya bisa menceritakan pengalaman mengenai dampak dari kurikulum atau pedagogikal dari program ini kepada saya dan guru guru pada umumnya,” tuturnya, Kamis (5/9/2025).

Anna mengaku begitu menghargai pola berpikir Paus Fransiskus yang mencintai hidup sederhana.

Dia melihat Paus senang dengan pakaian, jam tangan, sepatu, dan gaya hidup sederhana, sehingga memberi keteladanan yang baik bagi umat lintas agama dan lintas generasi.

Baca Juga: Guru ASN Tersangka Pelecehan 24 Siswi SD di Buton Tengah Terancam 15 Tahun Penjara

“Memilih hidup sederhana atau berfoya-foya merupakan pilihan hidup. Pilihan hidup yang kita ambil akan memberi dampak,” kata Anna.

Anna kemudian mengilustrasikan gaya hidup Umar bin Khattab, satu dari empat orang sahabat Rasulullah Muhammad SAW yang disebut sebagai Khulafaur Rasyidin.

Umar bin Khattab, kata Anna, ketika diangkat sebagai pemimpin amirul mukminin, dia segera meminta anak dan istrinya untuk hidup dan tampil sederhana agar mampu merasakan pahit getirnya hidup rakyat miskin.

“Ini membuat saya senang mendapatkan kesempatan berdialog dengan beliau (Paus Fransiskus, red). Saya jarang menemukan pemimpin negara dan pemuka agama yang bersedia duduk mendengar suara anak muda tanpa ada imbalan politik,” beber Anna.

Anna terharu dan meneteskan air mata saat menyampaikan testimoninya di hadapan Paus. Dia mengaku suasana batin itu muncul karena membayangkan perjuangannya dan teman-teman guru saat mengajar dari desa ke desa lainnya.

Kondisi itu, menurut Anna, kontras dengan situasi yang sedang dihadapi saat ini. Dia mengatakan banyaknya pemimpin kita yang justru lebih memilih gaya hidup hedonis daripada memikirkan anak-anak muda daerahnya.

“Saya mengingat pengalaman saya berkegiatan bersama tim Scholas di Afrika. Keadaan di sana sangat menyedihkan. Pengalaman edukasi ini benar-benar menjadi perjalanan terbaik untuk saya,” kata Anna.

Ketika berkegiatan di Afrika, Anna mengaku melihat langsung dampak dari politisi yang dianggapnya jahat terhadap rakyat miskin. Banyak anak terlantar dan tidak bisa sekolah, anak-anak perempuan dijual demi uang, dan eksploitasi anak muda.

“Dan masih banyak lagi suara derita orang susah yang tidak pernah didengarkan oleh pemimpin pemimpin kita,” tuturnya.

Anna berharap kelompok pemuda menjadi bagian atau mengambil peran dalam dialog lintas agama namun tidak menggadaikan iman.

Menurut Anna, setiap orang perlu mengambil peran dalam dialog antaragama. Persoalan akidah dan niat hati, kata dia, hanya Allah yang tahu dan pola perilaku setiap individu.

“Karena bukankah banyak contoh pemuka agama, penghafal Quran, pemimpin yang beragam Islam ternyata banyak yang menyimpang dan nyeleneh. Jadi saya percaya bahwa yang mencerminkan iman adalah perilaku kita sehari-hari,” tegasnya.

Anna mengatakan bahwa ini menjadi dakwah untuk menyampaikan pada dunia bahwa Islam adalah agama rahmatan lil alamin, kasih sayang untuk semua umat.

Baca Juga: Ditjen HAM Pantau Pemulihan Hak Korban 1965/1966 di Sulawesi Tengah

“Selebihnya persoalan iman, saya masih muslim alhamdulillah. Tim Scholas selalu memberikan saya waktu untuk istrahat dan shalat setiap berkegiatan,” katanya.

Ia menegaskan bahwa dirinya sudah kurang lebih lima tahun bersama Scholas dan hingga  saat ini masih sebagai muslim sejati.

“Malah mereka belajar dari saya apa itu Islam dan bagaimana itu Indonesia. Mereka belajar mengapa muslim memakai jilbab dan apa arti shalat. Mereka belajar bahwa ketika bertemu muslim mereka tidak memeluk dan mencium,” papar Anna.

Diketahui, Anna Nurawalia merupakan siswa dan volunteer tim kerja Scholas. Ia mengatakan awal masuk ke dalam komunitas tersebut melalui rentetan test yang panjang.

Mulai dari membuat essay, menerima beberapa kali interview test, dan lain-lain. Setelah diterima dan dinyatakan lulus, Anna kemudian menjadi bagian dari Scholas. (C)

Penulis: Febriyani

Editor: Mustaqim

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baca Juga