Jati dan Mangrove Kembali Ditanam di Muna

Sunaryo, telisik indonesia
Selasa, 11 Agustus 2020
0 dilihat
Jati dan Mangrove Kembali Ditanam di Muna
Wa Ode Rabiah Al Adwiah Ridwan, Anggota DPD-RI bersama Pj Sekda Muna, Muhamad Djudul secara simbolis menanam bibit mangrove. Foto: Sunaryo/Telisik

" Ini tugas saya memberi kontribusi bagi daerah, untuk bagaimana bisa menyelamatkan lingkungan. "

MUNA, TELISIK.ID - Kabupaten Muna dulu dikenal sebagai penghasil kayu jati terbesar di Indonesia. Namun, seiring berjalannya waktu, kayu-kayu jati lenyap akibat aksi pembalakan liar.  

Kini, bibit-bibit pohon jati kembali ditanam. Hal tersebut merupakan wujud kerjasama antara Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD-RI) dengan Pemkab Muna.  

DPD-RI dan Pemkab mencanangkan penamanan 10 ribu pohon jati dan mangrove. Lokasinya,  pohon jati ditanam di Kecamatan Watoputeh dan mangrove di permandian Topa, Desa Labone, Kecamatan Lasalepa.

Wa Ode Rabiah Al Adwiah Ridwan, anggota DPD-RI menerangkan, penanaman 10 ribu pohon itu dalam rangka menjaga sumber daya alam hayati dan ekosistim sebagai upaya meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan.  

"Ini tugas saya memberi kontribusi bagi daerah, untuk bagaimana bisa menyelamatkan lingkungan," katanya.

Baca juga: Bayi yang Lahir Tanpa Empedu Asal Nias Meninggal di Jakarta

Sebagai putri daerah Muna, Rabiah ingin berbakti bagi daerahnya seperti yang dilakukan ayahnya, Ridwan Bae yang juga Wakil Ketua Komisi V DPR-RI. Makanya, berkat koordinasi yang baik dengan pemerintah pusat, banyak program yang dikucurkan di Bumi Sowite.

Anggota Komite II DPD-RI itu juga menyerahkan bantuan berupa tiga unit mesin pencacah sampah, tiga unit mesin pengepres sampah dan 20 unit gerobak pada Dinas Lingkungan Hidup (DLH).

Pj Sekda Muna, Muhamad Djudul menyampaikan apresiasi pada anggota DPD-RI yang telah membawa program misi kemanusiaan dalam rangka menyelamatkan lingkungan. Menurut Djudul, program penanaman 10 ribu pohon ini memberi kontribusi terhadap kelangsungan hidup orang banyak.

"Jangan jadikan ini sebagai kegiatan seremoni, tapi bagaimana caranya mendorong kita semua untuk menyelamatkan lingkungan untuk kelangsungan hidup anak cucu ke depan," pungkasnya.

Reporter: Sunaryo

Editor: Haerani Hambali

Artikel Terkait
Baca Juga