Mengais Rezeki di Balik Tumpukan Sampah TPA Puuwatu Kendari

La Ode Manarfa Nafsahu, telisik indonesia
Kamis, 13 Juni 2024
0 dilihat
Mengais Rezeki di Balik Tumpukan Sampah TPA Puuwatu Kendari
Aktivitas pekerja pemulung memilah, mengumpulkan sampah di Tempat pembuangan Akhir. Foto: La Ode Manarfa Nafsahu/Telisik

" Kemiskinan dan keterbatasan ekonomi menjadi pendorong utama bagi sebagian orang di Kendari untuk beralih profesi menjadi pemulung "

KENDARI, TELISIK.ID - Kemiskinan dan keterbatasan ekonomi menjadi pendorong utama bagi sebagian orang di Kendari untuk beralih profesi menjadi pemulung.

Alasan utamanya adalah sulitnya mencari pekerjaan formal dengan gaji yang layak, serta minimnya keterampilan dan pendidikan yang memadai.

Alhasil, tingginya volume sampah di Kota Kendari membuka peluang bagi para pemulung untuk mendapatkan penghasilan.

Data Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) menunjukkan bahwa rata-rata 270 ton sampah dibuang ke TPA Puuwatu setiap hari. Sampah-sampah ini kemudian dipilah dan dijual oleh para pemulung kepada pengepul.

Baca Juga: Kisah Nandar, Banting Tulang Jadi Kuli hingga Jual Siomay Demi Nafkahi Keluarga

Bidang Persampahan melalui keterangan staf pengumpulan data TPA, Rosdianti, mengatakan bahwa terdapat 100 orang pemulung bekerja di TPA Puuwatu, namun hanya 85 orang yang aktif.

Mereka kaya dia, mengumpulkan berbagai jenis sampah seperti botol plastik, kardus, besi bekas, elektronik, dan lain-lain.

Harga jual sampah bervariasi, dengan tembaga sebagai yang paling mahal yakni Rp 105.000 - Rp 120.000 per kg dan baterai lithium sebagai yang termurah sekitar Rp 5.000 - Rp 10.000 per kg.

Meskipun pekerjaan ini kotor dan berbahaya, banyak pemulung yang merasa bersyukur atas penghasilan yang mereka dapatkan.

Baca Juga: Lansia Pedagang Ubi di Kendari Ini Tetap Jualan Meski Sepi Pembeli

Nurtian, salah satu pemulung misalnya, mengatakan bahwa dia dapat membiayai sekolah anaknya hingga selesai dengan memulung sampah.

Tasmin, pemulung lainnya, mengatakan bahwa dia lebih memilih memulung daripada bekerja dengan gaji rendah.

"Pekerjaan ini memang menjijikkan bagi setiap orang. Tapi, siapa sangka, dari sini kita bisa meraup keuntungan besar," ujar Tasmin sambil mengusap keringat. (A)

Penulis: La Ode Manarfa Nafsahu

Editor: Fitrah Nugraha

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baca Juga