Mengapa Nyamuk Suka Hisap Darah? Ini Penjelasan Ilmiahnya

Nurdian Pratiwi, telisik indonesia
Sabtu, 20 Agustus 2022
0 dilihat
Mengapa Nyamuk Suka Hisap Darah? Ini Penjelasan Ilmiahnya
Kerap memicu gatal, bentol, mengiang di telinga, hingga memakan korban jiwa, nyamuk bak memiliki segala hal yang dibenci manusia. Foto: Repro Klikdokter.com

" Sebuah tim ilmuwan di Amerika Serikat, menemukan senyawa dalam darah manusia yang membuat nyamuk tertarik untuk menghisapnya "

KENDARI, TELISIK.ID - Nyamuk merupakan salah satu serangga yang patut dihindari. Selain mengganggu, nyamuk juga selalu mengincar dan menghisap darah manusia, sehingga kerap memicu gatal, bentol, bahkan memakan korban jiwa.

Lantas apa sebenarnya penyebab nyamuk begitu tertarik pada darah manusia?

Mengutip dari Kompas.com, sebuah tim ilmuwan di Amerika Serikat, menemukan senyawa dalam darah manusia yang membuat nyamuk tertarik untuk menghisapnya.

Tim penelitian dari The Rockefeller University di New York City menggunakan model nyamuk betina yang dimodifikasi secara genetik untuk melihat neuron mana yang menyala saat mereka merasakan darah.

Untuk diketahui, hanya nyamuk betina yang menghisap darah yang mereka butuhkan agar telurnya berkembang. Akan tetapi, nyamuk-nyamuk betina ini bertahan hidup terutama pada nektar seperti ribuan spesies serangga lainnya.

Kendati demikian, kebiasaan mereka menghisap darah menjadikan mereka hewan paling mematikan di planet ini bagi manusia.

Sebab, nyamuk telah membunuh sekitar setengah juta orang setiap tahun melalui berbagai penyakit seperti malaria, demam berdarah hingga demam kuning.

Baca Juga: Mengenal Tanaman Hias Kecubung yang Beracun dan Efek Sampingnya

Dalam studi ini, para ilmuwan mencoba menipu nyamuk untuk beralih dari mode makan nektar ke mode makan darah dengan menawarkan campuran empat senyawa yang dikembangkan untuk meniru rasa darah.

Senyama tersebut mengandung glukosa, natrium klorida, natrium bikarbonat dan adenosin trifosfat (ATP), yakni senyawa yang memberikan energi ke sel.

Sebagaimana dikutip dari Cnnindonesia.com, penelitian mengungkapkan bahwa meskipun nyamuk menyukai "darah" sintetis ini, mereka tidak tertarik pada campuran gula dan larutan garam.

Studi ini juga menunjukkan bahwa glukosa - yang ditemukan dalam nektar dan darah - tidak "secara konsisten mengaktifkan sel saraf tertentu". Namun, natrium klorida, natrium bikarbonat, dan ATP masing-masing mengaktifkan kelompok saraf spesifik aedes aegypti.

Para peneliti juga menemukan ada satu kelompok neuron yang hanya diaktifkan oleh darah, termasuk darah asli dan darah sintetis.

"Perbedaan antara darah dan nektar karena itu dikodekan dalam neuron khusus pada tingkat pertama deteksi sensorik pada nyamuk," kata Veronica Jove, salah satu peneliti utama dalam studi tersebut.

Menurut penelitian Joshua I. Rajia and Matthew DeGennaroa yang diunggah di National Library of Medicine pada 2018, nyamuk dipandu oleh sejumlah faktor saat mencari darah yakni sebagai berikut:

1. Isyarat visual lewat mata majemuk yang sensitif terhadap berbagai intensitas cahaya

Isyarat visual ini contohnya penting bagi nyamuk penggigit di siang hari, seperti aedes dan culex hematofag.

2. Sistem pelacakan bau bulu jarak jauh

3. Cairan kimiawi pada kulit manusia yang segera memicu selera nyamuk betina untuk menggigit begitu mendarat. Setelah mendarat, mereka segera menembus kulit dan mengambil darah dari pembuluh darah kecil.

Baca Juga: 5 Skill Wajib Dimiliki untuk Sukses di Era Milenial

Mulut nyamuk betina disetel khusus untuk menghisap darah dan mengandung sel-sel rambut sensorik yang membantu menemukan darah di bawah kulit.

4. Belalai, seperti yang terdapat pada anopheles stephensi

Ini tidak hanya merespons rasa, tetapi juga mendeteksi isyarat termal atau panas.

Kombinasi setidaknya empat spek itu membuatnya tak sulit menemukan mangsa, termasuk dalam kegelapan.

Sementara itu, pada studi bersama di 2020, peneliti dari Princeton University menunjukkan bahwa nyamuk yang hidup di wilayah perkotaan padat lebih tertarik pada manusia daripada mereka yang berasal dari pedesaan atau tempat-tempat liar. (C)

Penulis: Nurdian Pratiwi

Editor: Haerani Hambali

Artikel Terkait
Baca Juga