Suasana perkampungan Suku Bajo Mantigola Di Pulau Kaledupa, Wakatobi. Foto: Ist.
" Di Wakatobi sendiri terdapat 5 Suku Bajo yang tersebar di tiga wilayah kepulauan yaitu Wangi-wangi, Kaledupa dan Tomia "
WAKATOBI, TELISIK.ID - Wakatobi merupakan sebuah daerah yang terkenal dengan keindahan lautnya. Penduduk Wakatobi sebagian ada yang tinggal di daratan dan ada pula yang menetap di pesisir pantai, bahkan ada yang tinggal di tengah laut.
Mereka disebut Suku Bajo, yang dikenal sebagai pelaut-pelaut tangguh. Di Wakatobi sendiri terdapat 5 Suku Bajo yang tersebar di tiga wilayah kepulauan yaitu Wangi-wangi, Kaledupa dan Tomia. Lima Suku Bajo itu adalah:
1. Suku Bajo Sampela
Dilansir dari Terakota.id, Suku Bajo Sampela adalah salah Satu satu suku bajo yang amat unik, terletak di Desa Sama Bahari, Kecamatan Kaledupa. Rumah Suku Bajo Sampela berbentuk panggung yang berdiri di tengah laut dengan menggunakan bahan ramah lingkungan. Dindingnya terbuat dari kombinasi kayu dan ayaman bambu atau rumbia.
Suku Bajo Sampela juga dijuluki dengan istilah “Negeri di Atas Karang”. Secara umum, suku ini beragama islam dan memegang teguh budaya leluhurnya. Uniknya lagi, kepercayaan masyarakat Suku Bajo Sampela masih dominan dipengaruhi oleh sandro (dukun).
Untuk dapat berkunjung ke pemukiman Suku Bajo Mantigola, hanya memerlukan waktu 20 menit dari Ambewa, Pulau Kaledupa, Wakatobi. Dilansir dari Travel Kompas.mom, masyarakat Suku Bajo Mantigola mendirikan rumah di atas karang. Pemukiman mereka dibangun di atas air laut dengan memakai timbunan karang.
Mereka mandi menggunakan air laut tanpa sabun. Kemudian nantinya akan dibilas dengan air tawar lalu kemudian baru memakai sabun.
3. Suku Bajo Mola
Suku Bajo Mola terletak di Pulau Wangi-wangi, Kabupaten Wakatobi. Kampung Bajo Mola adalah sebuah perkampungan yang unik, halaman rumah masyarakat bajo ini adalah lautan yang luas.
Masyarakat setempat masih memanfaaatkan trasportasi perahu untuk kegiatan sehari-hari. Perahu ini dinamakan lepa diburah. Dulu sebelum Suku Bajo memiliki rumah tancap, mereka hidup di atas perahu dan melaut untuk mencari ikan.
Mereka sering berpindah. Lepa diburah ada yang menggunakan atap dan ada juga yang tidak. Uniknya adalah ketika keluarga semakin bertambah, perahu akan dibuat semakin besar, dan akan berganti nama sebagai soppek.
4. Suku Bajo Lohoa
Suku Bajo Lohoa terletak di Desa Tanomeha, Kecamatan Kaledupa Selatan, Kabupaten Wakatobi. Dilansir dari Wakatobitourism.com, kampung Suku Bajo Lohoa ini tidak sebesar dan semodern perkampungan suku bajo yang berada di Wakatobi.
Kampung ini sangat cocok untuk wisatawan yang ingin merasakan sensasi asli perkampungan Suku Bajo, karena kondisi jembatan yang masih menggunakan kayu dan bambu seadanya. Lokasi perkampungan Suku Bajo yang satu ini lumayan jauh. Jika ditempuh dari Pelabuhan Tano Meha Kaledupa Selatan dengan menggunakan ketinting atau bodi batang, akan memakan waktu 20-30 menit.
5. Suku Bajo Lamanggau
Suku Bajo Lamanggau terletak di Pulau Tolandona serta masuk dalam bagian Kecamatan Tomia. Untuk dapat mengunjungi Suku Bajo ini, kamu dapat menggunakan perahu pom-pom, atau ojek perahu hanya kurang dari 10 menit dari pelabuhan Waiti’i.
Masyarakat Suku Bajo ini masih mengandalkan ikan sebagai sumber kehidupannya. Yang hebatnya lagi, masyarakat Bajo Lamanggau terkenal dengan ketangguhan para perempuannya dalam menjalankan sampan atau koli-koli.
Jika suami mereka pulang membawa hasil tangkapan, maka mereka akan bergegas menjual ikan di Pasar Sore Waiti’i dan Pasar Tradisional Usuku di Kepulauan Tomia. (B)