Mengenal Kabhanti Modero, Budaya Khas Masyarakat Muna yang Hampir Punah

Wa Ode Ria Ika Hasana, telisik indonesia
Senin, 24 April 2023
0 dilihat
Mengenal Kabhanti Modero, Budaya Khas Masyarakat Muna yang Hampir Punah
Dahulu Kabhanti Modero diadakan saat ada acara-acara besar seperti pernikahan, pengislaman (katoba), syukuran dan acara lainnya. Foto: Ist.

" Kabhanti Modero adalah budaya masyarakat Muna yang hampir punah, bahkan tidak dikenal lagi oleh generasi saat ini "

MUNA, TELISIK.ID - Ada beberapa budaya dan tradisi masyarakat Sulawesi Tenggara yang hampir punah, bahkan tidak dikenal lagi oleh generasi saat ini. Seperti yang terjadi di Pulau Muna, dimana budaya Kabhanti Modero nyaris hilang dari kehidupan masyarakat Muna, dan kini hanya diketahui olah orang-orang tua.

Budaya dan tradisi khas masyarakat yang hampir punah ini seharusnya dilestarikan dan diekspose lebih luas lagi ke publik. Kabhanti Modero merupakan tradisi lisan yang oleh masyarakat Muna dijadikan media ekspresi yang lirik-liriknya bermuatan perasaan, pengalaman pribadi dan dimensi kemasyarakatan.

Kabhanti berasal dari kata bhanti yang berarti puisi, sajak atau nyanyian. Masyarakat Muna biasa mengartikannya dengan berbalas pantun.

Kabhanti Modero dilakukan oleh sekelompok pihak laki-laki dan pihak perempuan yang dikelompokkan terpisah dan saling berhadap-hadapan dengan tangan saling bergenggaman, kemudian tangan diayun maju mundur lalu memutar searah jarum jam.

Tarian ini diisyaratkan sebagai ungkapan hati laki-laki dan perempuan yang seolah saling mengejar melalui syair-syair yang diungkapkan.

Baca Juga: Kota Wuna, Jejak Sejarah Peradaban Muna

Dalam praktiknya, Kabhanti Modero menggunakan bahasa Muna yang halus sehingga dapat menyentuh dan memiliki makna filosofis. Para pemain akan mengungkapkan isi hati dengan penuh makna yang romantis, keseruan akan semakin meningkat ketika para pemain saling bersahut-sahutan dengan topik yang sama.

Dahulu Kabhanti Modero diadakan saat ada acara-acara besar seperti pernikahan, pengislaman (katoba), syukuran dan acara lainnya.

Salah seorang masyarakat Muna yang dahulu kerap ikut dalam tradisi Kabhanti Modero, Wa Mbote mengatakan, dulu Kabhanti Modero dijadikan sebagai ajang pendekatan pihak laki-laki dan perempuan, saling berbalas pujian.

"Banyak pasangan yang menikah setelah bertemu di Kabhanti Modero. Kalau untuk anak muda sekarang itu seperti saling gombal menggombal dalam Modero," ujar Wa Mbote, Sabtu (29/4/2023).

Dia menambahkan, dahulu tidak ada yang namanya pacaran untuk para remaja. Jadi Kabhanti Modero dilaksanakan untuk ajang pendekatan para muda mudi.

Kabhanti Modero dilakukan oleh sekelompok laki-laki dan perempuan yang saling berhadap-hadapan dengan tangan bergenggaman, diayun maju mundur lalu memutar searah jarum jam. Foto: Ist.

 

Baru-baru ini remaja Desa Lamaeo, Kecamat Kabawo, mengadakan festival Kabhanti Modero dengan tema "Lestarikan kearifan lokal demi terwujudnya generasi berbudaya."

Pemuda dan mahasiswa desa mengadakan Kabhanti Modero karena melihat budaya ini sudah hampir punah dan banyak anak muda yang tidak mengetahui apa itu Kabhanti Modero.

Ketua panitia kegiatan, Mohammad Yamin mengatakan, dari sudut pandang dia, Modero itu adalah suatu tarian budaya Muna yang mana saling berbalas syair gombalan. Sebagai anak muda ia melihat Modero itu salah satu identitas dari kebudayaan Muna dan harus dilestarikan salah satunya lewat pameran.

Baca Juga: Didirikan Sultan Buton ke-29, Bangunan Masjid Quba Masih Bentuk Asli

"Kami berharap bukan saja Modero namun kebudayaan Muna lainnya agar pemerintah memberikan support untuk kegiatan kebudayaan seperti ini," ujarnya.

Hasil penelusuran Telisik.id kepada beberapa anak muda yang berasal dari Pulau Muna, ternyata banyak dari mereka tidak mengetahui tradisi Kabhanti Modero bahkan ada yang belum pernah mendengarnya sama sekali.

Seperti halnya Muhammad Fiqram salah seorang pemuda dari Muna yang sama sekali tidak mengetahui apa itu Kabhanti Modero.

"Saya tidak tau apa itu Kabhanti Modero dan saya juga tidak pernah melihat orang-orang melakukan tradisi itu," tuturnya. (A-Adv)

Penulis: Wa Ode Ria Ika Hasana

Editor: Haerani Hambali

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS 

Baca Juga