Ritual Kapelanto Buton Selatan Perlahan Ditinggalkan, Tokoh Adat Minta Dibangkitkan

Ali Iskandar Majid, telisik indonesia
Selasa, 21 Januari 2025
0 dilihat
Ritual Kapelanto Buton Selatan Perlahan Ditinggalkan, Tokoh Adat Minta Dibangkitkan
Sepasang pria dewasa tengah melakukan atraksi karangaru pada ritual adat Mataano Santa di Desa Gunung Sejuk, Buton Selatan. Foto: Ali Iskandar Majid/telisik

" Kabupaten Buton Selatan, Sulawesi Tenggara, dikenal dengan beragam tradisi dan ritual adat yang dimilikinya. Namun, beberapa di antaranya kini mulai jarang dilaksanakan, salah satunya adalah ritual Kapelanto "

BUTON SELATAN, TELISIK.ID – Kabupaten Buton Selatan, Sulawesi Tenggara, dikenal dengan beragam tradisi dan ritual adat yang dimilikinya. Namun, beberapa di antaranya kini mulai jarang dilaksanakan, salah satunya adalah ritual Kapelanto.

Wa Anti, warga Bandar Batauga, mengungkapkan bahwa dahulu, ketika memasuki musim angin barat, masyarakat setempat rutin menggelar ritual Kapelanto.

Ritual ini, yang berbentuk sesajen di atas perahu kecil yang dihanyutkan ke laut, merupakan wujud harapan agar hasil perikanan melimpah.

Baca Juga: Keindahan dan Kesan Mistis Air Terjun Moramo, Tarif Masuk Beratkan Pengunjung

“Dulu, di musim angin barat, ada acara adat Kapelanto. Setelah doa dibacakan oleh orang tua kampung, sesajen tersebut diletakkan di perahu dan dihanyutkan ke laut,” ungkapnya, Selasa (21/1/2025).

Menurut Anti, semakin banyak tokoh adat yang meninggal dunia, membuat tradisi tersebut dan beberapa ritual adat lainnya mulai memudar.

Ritual Kapelanto terakhir kali dilakukan pada tahun 2022, namun sejak itu tidak ada lagi yang melaksanakan karena tidak ada lagi tokoh adat yang memimpin acara tersebut.

“Terakhir diadakan pada tahun 2022 di Lingkungan Kalangana, namun setelah tokoh adatnya meninggal, ritual ini tidak lagi dilaksanakan,” jelasnya.

Seorang tokoh adat lainnya, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya, juga membenarkan bahwa ritual Kapelanto dahulu sering dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur dan untuk menangkal hal-hal buruk, seperti wabah penyakit kalelei (wabah penyakit lokal).

Namun, saat ini ritual ini sudah jarang dilakukan, sehingga penyakit kalelei kembali marak di masyarakat.

“Sekarang, banyak kerabat saya yang datang untuk meminta doa agar penyakit kalelei bisa teratasi,” ujarnya.

Ia juga menyoroti tingginya angka wabah kalelei tahun ini, yang menurutnya berkaitan dengan berkurangnya ritual adat tersebut.

Tokoh adat ini mengimbau agar seluruh tokoh adat di Buton Selatan kembali membangkitkan dan melestarikan ritual Kapelanto untuk mencegah dampak negatif terhadap lingkungan, termasuk bencana alam.

Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Buton Selatan, La Ode Haerudin, menyampaikan bahwa pada tahun 2021, pihaknya telah mengadakan Festival Budaya yang mencakup pembukaan ritual Kapelanto.

Ritual ini telah dilaksanakan selama dua tahun berturut-turut di Kelurahan Laompo, Kecamatan Batauga.

Baca Juga: Pantai One Melangka Togo Binongko Wakatobi: Suguhkan Pesona Pasir Putih

“Ritual Kapelanto kembali dilaksanakan dalam Festival Budaya pada tahun 2021, dan kami berkomitmen untuk terus melestarikannya,” kata Haerudin.

Ritual Kapelanto juga telah mendapatkan pengakuan berupa Sertifikat Kekayaan Intelektual Komunal (KIK) dari Kementerian Hukum dan HAM RI, bersama dengan 31 ritual adat lainnya di Buton Selatan. Sebanyak 11 sertifikat telah diterbitkan, sementara sisanya masih dalam proses.

“Kami akan terus mengusulkan ritual adat lainnya untuk mendapatkan sertifikat KIK,” tambah Haerudin. (A)

Penulis: Ali Iskandar Majid

Editor: Mustaqim

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS 

TAG:
Baca Juga