Merasa Dingin di Musim Kemarau, Begini Penjelasannya

Merdiyanto , telisik indonesia
Minggu, 22 Juni 2025
0 dilihat
Merasa Dingin di Musim Kemarau, Begini Penjelasannya
Merasa dingin di musim kemarau merupakan fenomena bediding. Foto: Repro klikdikter.com

" Di tengah musim kemarau yang biasanya identik dengan cuaca panas dan kering, sejumlah warga di berbagai wilayah Indonesia melaporkan merasa dingin, terutama pada malam hingga dini hari "

KENDARI, TELISIK.ID - Di tengah musim kemarau yang biasanya identik dengan cuaca panas dan kering, sejumlah warga di berbagai wilayah Indonesia melaporkan merasa dingin, terutama pada malam hingga dini hari.

Fenomena ini menimbulkan tanya, mengapa suhu terasa lebih sejuk saat musim kemarau?

Salah satunya warganet asal Bekasi.

"Momen langka Bekasi dingin," tulis akun @chem**** di X melansir dari CNN Indonesia.

Cuaca dingin di Jakarta membuat seorang warganet merasa aneh, bahkan menyangka dirinya tidak enak badan.

"Btw ini Jakarta emang dingin atau gue yang gak enak badan sih?" kata akun @opaaaa***.

Fenomena bediding

Fenomena cuaca dingin saat musim kemarau adalah hal yang lumrah, dan oleh BMKG disebut sebagai fenomena "bediding".

Baca Juga: Heboh Rumah Mungil Subsidi Pemerintah Cuma 18 Meter Persegi, Terungkap Harganya Segini

"Fenomena udara dingin ini di daerah Jawa dikenal sebagai bediding. Fenomena bediding dalam konteks klimatologi merupakan hal normal karena memang proses fisisnya berkaitan dengan kondisi atmosfer saat musim kemarau," tulis BMKG dalam laman resminya.

BMKG menjelaskan bahwa saat musim kemarau, minimnya hujan dan awan membuat panas dari radiasi Matahari di permukaan bumi lebih cepat dan lebih banyak dilepaskan kembali ke atmosfer sebagai radiasi balik gelombang panjang.

Selain itu, curah hujan yang sedikit menyebabkan kelembapan udara menurun dan kandungan uap air di dekat permukaan bumi pun berkurang.

Dengan kondisi langit yang minim awan, panas radiasi balik gelombang panjang dilepaskan langsung ke atmosfer luar. Ini menyebabkan udara di dekat permukaan terasa lebih dingin, terutama pada malam dan pagi hari.

"Kondisi ini umum terjadi pada wilayah Indonesia dekat khatulistiwa hingga bagian utara. Pada wilayah ini, meski pagi hari cenderung lebih dingin namun pada siang hari udara akan terasa lebih panas," jelas BMKG.

"Hal ini karena ketiadaan awan dan juga kurangnya uap air saat musim kemarau menyebabkan radiasi langsung matahari akan lebih banyak pula yang mencapai permukaan bumi," lanjutnya.

Sementara itu, suhu udara siang hari di wilayah selatan Indonesia, seperti Sumatera Selatan, Jawa bagian selatan, Bali, NTT, dan NTB, akan lebih rendah dibandingkan bulan-bulan lainnya.

Fenomena ini paling terasa pada bulan Juli karena angin timuran (monsun Australia) yang kering melewati wilayah-wilayah tersebut.

Baca Juga: Sertifikat Tanah Elektronik Resmi Berlaku, Begini Cara Migrasi dan Pendaftaran Terbaru

"Pada bulan Juli juga merupakan puncak musim dingin Australia sehingga udara dinginnya mengintrusi masuk wilayah Jawa Bagian Selatan hingga Bali, NTT dan NTB," tutur BMKG.

Alhasil, meski matahari bersinar terang tanpa hambatan awan di siang hari saat musim kemarau, udara dingin dari monsun Australia lebih dominan, menyebabkan penurunan suhu udara.

Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, menyebut bahwa meskipun sejumlah warga di daerah tertentu mungkin merasa sudah mengalami fenomena bediding, tanda-tanda dan catatan suhu belum mengindikasikan hal tersebut.

"Fenomena bediding itu sebenarnya kan perubahan suhu yang ekstrem. Ditandai suhu udara dingin menjelang malam sampai pagi hari, lalu pada siang hari melonjak panas lagi," kata Guswanto.

"BIasanya terjadi di akhir Mei, awal Juni, Juli dan Agustus," imbuhnya. (C)

Penulis: Merdiyanto

Editor: Kardin

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS 

TAG:
Baca Juga