Mimpi Bertemu Nabi Muhammad SAW, Ini Penjelasannya
Muhammad Israjab, telisik indonesia
Jumat, 18 Desember 2020
0 dilihat
Ustaz Buya Yahya. Foto: Repro suaraislam.id
" Anda yang memiliki impian paling sejati adalah mereka yang paling jujur dalam berbicara. "
KENDARI, TELISIK.ID - Banyak orang percaya bahwa mimpi memiliki arti yang berkaitan dengan kehidupan nyata. Berbagai orang punya cara tersendiri dalam menginterpretasikan mimpi.
Salah satunya dengan interpretasi Islam. Seperti dilansir dari laman My Islamic Dream, mimpi dikelompokkan menjadi tiga bagian menurut Sunnah, yakni Ru'yaa atau mimpi baik, Hulum atau mimpi buruk, dan mimpi dari diri sendiri.
Abu Hurairah meriwayatkan Nabi Muhammad SAW berkata, "Ada tiga jenis mimpi: mimpi yang benar yang merupakan kabar gembira dari Allah, mimpi yang menyebabkan kesedihan adalah dari setan, dan mimpi dari pikiran. (Sahih Muslim).
Setiap orang yang mengalami mimpi baik, menurut interpretasi Islam itu merupakan mimpi dari Allah.
Nabi Muhammad SAW bersabda, "Mimpi sejati berasal dari Allah, dan mimpi buruk berasal dari setan." (Sahih Al-Bukhari).
Mereka yang biasa mengalami mimpi baik biasanya merupakan orang-orang yang jujur dan beriman.
Hal ini sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW berkata, "Anda yang memiliki impian paling sejati adalah mereka yang paling jujur dalam berbicara". (Sahih Muslim).
Berbagai bentuk mimpi sering di alami oleh manusia. Nah, bagaimana dengan memaknai mimpi bertemu baginda Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wasallam itu mungkin suatu hal yang luar biasa.
Mimpi juga bagian cerita atau gambaran dalam benak yang tercipta sewaktu tidur. Mimpi ini bisa bermacam-macam, bisa menghibur, mengganggu, sampai bisa terasa seperti nyata.
Baca juga: Membunuh Orang Tak Berdosa Bentuk Kemungkaran Besar
Namun, untuk bermimpi bertemu dengan orang yang sudah meninggal, itu adalah hal yang sangat sulit terjadi.
Dalam Islam, bermimpi berkomunikasi dengan orang-orang yang sudah wafat, itu sesuatu yang bisa terjadi di kalangan para Arifin.
Mimpi ini bisa dialami untuk orang-orang yang khusus di mata Allah, salah satunya ialah ulama.
Jika mimpi para Nabi, Al-Qur’an menjelaskan bahwa mimpinya nabi disejajarkan dengan wahyu. Seperti, mimpinya Nabi Ibrahim ketika diperintah untuk menyembelih anaknya.
Sejatinya, seseorang yang telah dipilih oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala lah yang mampu mendapatkan mimpi-mimpi yang khusus, mimpi ini ditafsirkan seperti mimpi bertemu dengan Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam.
“Barang siapa melihatku dalam mimpi, maka dia benar-benar telah melihat sesuatu yang benar.” (HR. Muslim dari Abu Qatadah).
Buya Yahya dalam channel youtube Al-Bahjah TV dikutip pada Jumat (18/12/2020) menjelaskan perihal mimpi. Jika ada seseorang yang bermimpi bertemu Rasulullah, ketahuilah itu benar.
“Tidak ada setan yang menjelma menjadi Rasulullah di dalam mimpi seorang hamba. Jadi, dari mimpi yang benar tadi, hanya ada satu dari 44 kenabian. Maksudnya, Allah memberi berita kebaikan untuk dirimu,” ujarnya.
Baca juga: Tata Cara Mandi Junub, Doa dan Adabnya sesuai Tuntunan Rasulullah
Sementara itu, mimpi buruk berasal dari setan. Nabi Muhammad SAW memberi tahu apa yang harus dilakukan setelah melihat mimpi buruk.
"Jadi ketika salah satu dari Anda melihat mimpi yang tidak disukainya, ia harus meludah ke sisi kirinya tiga kali, berlindung kepada Allah dari setan tiga kali, dan mengubah sisi tempat ia berbaring (Sahih Muslim) dan dalam narasi lain di Muslim, Nabi Muhammad SAW memberi tahu kami jika kami meludah tiga kali dan mencari perlindungan dari Allah maka itu (mimpi) tidak akan membahayakan mereka." (Sahih Muslim).
Nabi Muhammad SAW juga memberi tahu bahwa jika mengalami mimpi buruk sebaiknya segera beranjak dan berdoa." (Sahih Muslim).
Meski demikian, Nabi Muhammad SAW juga berkata bahwa jika mengalami mimpi buruk sebaiknya tidak perlu diungkapkan kepada orang lain.
"Jika dia memiliki mimpi yang tidak disukainya, maka itu dari setan. Dia harus mencari perlindungan kepada Allah dari kejahatannya, dan dia tidak harus menyebutkannya kepada siapa saja, maka itu tidak akan membahayakannya." (Sahih Al-Bukhari).
Jika seseorang memberi tahu orang tentang mimpi buruk maka mungkin ada peluang bahwa beberapa kerusakan akan keluar darinya. Sementara yang terakhir, mimpi dari diri sendiri datang dari pikiran seseorang dan bukan dari Allah atau setan.(C)
Reporter: Muhammad Israjab
Editor: Haerani Hambali