Misi Ambisius: Ilmuan Rencana Ciptakan Gerhana Buatan, Habiskan Rp 3 Triliun
Merdiyanto , telisik indonesia
Minggu, 12 Januari 2025
0 dilihat
Para ilmuwan berencana menciptakan gerhana bulan. Foto: Repro AFP
" Misi luar angkasa revolusioner Proba-3 tengah dipersiapkan oleh para ilmuwan Badan Antariksa Eropa (ESA) untuk menciptakan gerhana Matahari buatan "

KENDARI, TELISIK.ID - Misi luar angkasa revolusioner Proba-3 tengah dipersiapkan oleh para ilmuwan Badan Antariksa Eropa (ESA) untuk menciptakan gerhana Matahari buatan.
Untuk mencapai tujuan ilmiahnya, misi ini akan menggunakan dua satelit yang terbang berformasi untuk menciptakan bayangan buatan, memungkinkan pengamatan Matahari secara lebih detail dan dalam waktu yang lebih lama.
Proba-3 adalah proyek perintis ESA dalam hal formation flying, di mana dua satelit akan mempertahankan posisi yang sangat presisi di orbit Bumi, dikutip CNN Indonesia, Minggu (12/1/2025).
Dengan teknologi ini, kedua satelit dapat bekerja sama menciptakan fenomena yang tidak biasa, yaitu gerhana Matahari buatan.
Satelit pertama dilengkapi dengan cakram penutup berdiameter 1,4 meter yang dirancang khusus untuk memblokir cahaya Matahari.
Baca Juga: Ilmuwan China Ciptakan Teknologi Kamuflase, Bisa Bikin Invisible Kayak Bunglon
Satelit kedua, yang dilengkapi instrumen pengamat korona, akan bekerja sama dengan satelit pertama untuk menciptakan kondisi yang memungkinkan pengamatan detail terhadap korona Matahari.
Setelah diluncurkan dari Satish Dhawan Space Centre, India pada pukul 16.08 waktu setempat (18.38 WIB), kedua satelit akan menempuh perjalanan selama empat bulan untuk mencapai orbit elips dengan jarak terdekat ke Bumi sekitar 595 km dan terjauh lebih dari 59.545 km.
Selama dua tahun misi, kedua satelit akan melakukan manuver formasi selama enam jam pada setiap orbitnya yang berlangsung selama 19,7 jam. Dengan demikian, Proba-3 diperkirakan dapat menciptakan hingga 50 gerhana buatan per tahun, masing-masing dengan durasi enam jam.
Salah satu tujuan utama dari pengamatan korona Matahari selama gerhana buatan ini adalah untuk mengungkap misteri mengapa suhu korona jauh lebih tinggi daripada permukaan Matahari.
Dengan suhu yang dapat melebihi 1 juta derajat Celsius, korona jauh lebih panas daripada permukaan Matahari yang hanya sekitar 5.500 derajat Celsius.
Data yang diperoleh dari Proba-3 akan sangat berguna bagi para ilmuwan untuk memahami fenomena cuaca Matahari seperti coronal mass ejections dan badai Matahari yang dapat mengganggu satelit, jaringan listrik, dan komunikasi di Bumi.
Selain mengamati korona Matahari, misi Proba-3 juga berfungsi sebagai uji coba teknologi masa depan. ESA berencana menggunakan manuver yang dikembangkan dalam misi ini untuk misi penyelamatan satelit atau pembersihan puing-puing di orbit di masa mendatang.
"Ini adalah eksperimen di luar angkasa untuk menunjukkan konsep baru, teknologi baru," kata Damien Galano, manajer proyek Proba di ESA, mengutip The Guardian, Minggu (12/1/2025).
Baca Juga: Ilmuwan Temukan Samudra Baru, Ini Lokasinya
Dengan menggabungkan beberapa satelit dalam formasi presisi, teknik formation flying membuka jalan bagi pengembangan teleskop dan instrumen luar angkasa yang jauh lebih besar dan kompleks.
Hal ini memungkinkan kita untuk mempelajari fenomena kompleks seperti krisis iklim, objek tata surya, dan bahkan exoplanet.
"Jika kita mampu menempatkan beberapa satelit berdekatan satu sama lain dalam formasi yang mutlak, akurat, dan presisi, kita akan mampu merakit instrumen yang lebih besar yang tersusun dari beberapa satelit," ucap Dietmar Pilz, direktur teknologi di ESA.
Dengan investasi sebesar €200 juta atau sekitar Rp3,3 triliun, misi ini diharapkan dapat menghasilkan data awal pada Maret 2025. (C)
Penulis: Merdiyanto
Editor: Fitrah Nugraha
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS