Nilai Tukar Petani di NTT Agustus 2022 Menurun, Ini Sebabnya

Berto Davids, telisik indonesia
Jumat, 02 September 2022
0 dilihat
Nilai Tukar Petani di NTT Agustus 2022 Menurun, Ini Sebabnya
Nilai tukar petani di Provinsi Nusa Tenggara Timur berdasarkan subsektor padi dan palawija, hortikultura, tanaman perkebunan rakyat, peternakan dan perikanan, menurun. Foto: Ist

" Pada bulan Agustus, NTP Nusa Tenggara Timur sebesar 94,48 dengan NTP masing-masing subsektor tercatat sebesar 91,89 untuk subsektor tanaman padi-palawija "

KUPANG, TELISIK.ID - Penghitungan Nilai Tukar Petani (NTP) di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) berdasarkan subsektor padi dan palawija, hortikultura, tanaman perkebunan rakyat, peternakan dan perikanan dinilai menurun.

Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara Timur Matamira Kale, S.Si, M.Si, dalam jumpa pers mengatakan bahwa pada bulan Agustus, NTP Nusa Tenggara Timur sebesar 94,48 dengan NTP masing-masing subsektor tercatat sebesar 91,89 untuk subsektor tanaman padi-palawija.

Dikatakan Matamira, (NTP-P), 103,84 untuk sub sektor hortikultura (NTP-H); 91,94 untuk subsektor tanaman perkebunan rakyat (NTP-TPR); 107,83 untuk subsektor peternakan (NTP-Pt) dan 97,30 untuk subsektor perikanan (NTP-Pi).

"Terjadi penurunan 0,04 persen pada Agustus jika dibandingkan dengan NTP Juli. Penurunan indeks harga ini disebabkan oleh perkembangan indeks harga terima lebih lambat dari pada harga komoditas konsumsi rumah tangga dan barang modal," katanya.

Baca Juga: BI Tarik Dua Uang Rupiah Khusus 1995 dari Peredaran, Ini Daftarnya

Hal ini kata dia, terjadi pada subsektor tanaman pangan dan peternakan, di daerah perdesaan terjadi deflasi khususnya pada kelompok komoditas makanan, minuman dan tembakau.

Sementara itu Direktur Utama Bank NTT, Harry Alexander Riwu Kaho mengatakan bahwa pihaknya telah meluncurkan aplikasi B Pung Petani untuk memudahkan produktivitas petani di NTT.

Baca Juga: 7 Manfaat Miliki NIB untuk UMKM, Daftar Segera

Dikatakannya, Bank NTT sebagai support sistem pemerintah, bekerja sama dengan Dinas Pertanian dan Perdagangan, meluncurkan aplikasi menjadi solusi digitalisasi rantai supply dan rantai demand, pemerintah dan daerah.

Menurutnya, digitalisasi supply chain (rantai pasokan) dibutuhkan untuk menggali potensi produk pangan daerah, produksi pangan sesuai dengan permintaan pasar kepada kelompok tani, masa panen yang terjadwal, dan distribusi pangan yang tepat sasaran. (B)

Penulis: Berto Davids

Editor: Haerani Hambali 

TAG:
Artikel Terkait
Baca Juga