Orang Terkaya China Rugi Rp 46,4 Triliun dalam Semalam, Ini Penyebabnya
Ibnu Sina Ali Hakim, telisik indonesia
Rabu, 04 Agustus 2021
0 dilihat
Orang terkaya di China, Ma Huateng. Foto: Repro Bizlaw.id
" Bos Tencent dan orang terkaya China Ma Huateng jadi korban berikutnya atas artikel pemerintah China, belum lama ini. "
BEIJING, TELISIK.ID - Bos Tencent dan orang terkaya China Ma Huateng jadi korban berikutnya atas artikel pemerintah China, belum lama ini.
Orang terkaya negara itu harus kehilangan kekayaan senilai US$3,2 miliar atau Rp 46 Triliun dalam satu malam saja.
Hal ini bermula dari editorial sebuah outlet berita dari unit resmi Kantor Berita Xinhua milik pemerintah China.
Dimana, artikel itu mengkritik keras soal kecanduan bermain game yang dialami oleh anak-anak, bahkan menyamakannya dengan opium spiritual dan obat elektronik.
Meski artikel akhirnya dihapus dari situs web, namun tetap tersedia dalam versi cetak.
"Beberapa siswa menghabiskan delapan jam sehari bermain Honor of Kings. Tidak ada industri atau olahraga yang bisa berkembang dengan menghancurkan seluruh generasi," tulis artikel itu.
Honor of Kings sendiri merupakan game yang diterbitkan oleh Tecent khusus untuk China. Di luar China, game ini diberi nama Arena of Valor
Akibat artikel itu, baik Tencent dan para pendirinya menjadi korban.
Baca juga: Viral: Penjual Gulali Layani Pembeli Sambil Bacakan Surah Al-Baqarah
Baca juga: Dipastikan Tak ada WNI Jadi Korban Kebakaran Hutan di Turki
Saham Tencent ditutup 6% lebih rendah pada hari Selasa di Hong Kong, setelah sebelumnya merosot sebanyak 11% saat artikel pertama kali diterbitkan.
Selain Ma Huateng, pendiri Tencent lain, Zhang Zhidong juga kehilangan kekayaan US$1,1 miliar (Rp 15,7 triliun). Juru Bicara Tencent tidak berkomentar soal masalah tersebut, dikutip Forbes, Rabu (4/8/2021).
Selain Tencent, raksasa game lain NetEase juga kena imbas artikel itu. Sahamnya di Hongkong anjlok hampir 16% sebelum memangkas kerugian menjadi ditutup sekitar 8% lebih rendah.
Pendiri NetEase, William Lei Ding juga bernasib sama seperti Ma Huateng. Dia kehilangan kekayaannya sebesar US$2,3 miliar (Rp 33 triliun). Pihak NetEase tidak menanggapi permintaan berkomentar atas kejadian ini.
Menurut kepala peneliti DZT Research, Ke Yan aksi jual itu merefleksikan para investor yang khawatir atas aksi pemerintah China pada para perusahaan game tersebut.
"Kata-kata dalam editorial Xinhua sangat negatif dan pasar benar-benar gelisah atas tindakan regulasi yang potensial," kata Ke Yan.
Setelah artikel itu muncul, Tencent dalam akun WeChat resminya, menyatakan sejumlah upaya perusahaan untuk melindungi anak di bawah umur.
Tencent mengatakan, telah mengurangi jam bermain game maksimum pada anak dibawah umur di hari kerja dari 1,5 jam perhari menjadi 1 jam perhari.
Upaya lain adalah melarang siswa sekolah dasar melakukan pembelian di dalam game dan juga melakukan langkah lebih ketat untuk mencegah anak di bawah umur menggunakan akun orang dewasa. (C)
Reporter: Ibnu Sina Ali Hakim
Editor: Fitrah Nugraha