Pantai Toronipa Nasibmu Kini
Sumarlin, telisik indonesia
Minggu, 17 November 2019
0 dilihat
Pantai Toronipa memiliki sejumlah pesona, namun butuh kerjasama semua pihak untuk mengembangkan objek wisata ini. Foto: Istimewa
" Beberapa jurnalis FJRPar menyayangkan kondisi Pantai Toronipa yang dipenuhi sampah. "
KENDARI, TELISIK.ID - Sampah bungkus makanan, botol plastik serta gelas air mineral yang berserakan milik pengunjung, menjemput kedatangan Forum Jurnalis Ramah Pariwisata (FJRPar) yang siang itu melakukan kunjungan di Pantai Toronipa, Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe, Rabu (13/11/2019).
Kondisi seperti ini, sudah menjadi pemandangan sehari-hari pengunjung yang berlibur disalah satu objek wisata andalan Kabupaten Konawe itu.
Beberapa jurnalis FJRPar menyayangkan kondisi Pantai Toronipa yang dipenuhi sampah.
Tumpukan sampah ini diduga muncul karena pengelolaan pantai masih dilakukan oleh masing-masing pemilik lahan, sehingga belum ada petugas khusus yang bekerja menangani sampah serta kebersihan pantai.
“Beda dengan pantai Nambo, itu milik Pemkot Kendari, disana ada petugas kebersihannya, di sini (Toronipa) masih dikelola pemilik lahan,” ujar anggota FJRPar Seplin.
Selain kepemilikan lahan masih bersifat pribadi, di Pantai Toronipa juga belum tersedia fasilitas tempat penampungan sampah, sehingga para pengunjung masih membuang sampahnya sembarangan.
Pengelolaan sampah dan kebersihan memang belum terkoordinasi dengan baik di kawasan ini. Penanganan sampah juga masih dilakukan secara pribadi oleh pemilik lahan. Imbauan menjaga kebersihan pantai dan tidak membuang sampah juga sudah terpasang dibeberapa titik. Namun belum memberikan hasil yang berarti.
“Belum ada inisiatif pengelola dan pemilik lahan untuk bersama-sama menangani masalah sampah ini,” ujar salah satu pemilik lahan Indah.
Sebenarnya para pemilik lahan membuka diri untuk penataan pantai yang lebih baik, karena dampaknya akan kembali kepada mereka juga.
“Kami siap bekerjasama dengan pemerintah untuk pengelolaan pantai ini, hanya kita mau tau dulu seperti apa konsepnya dan apa yang akan kami dapat,” kata Indah.
Pemilik lahan yang juga berprofesi sebagai guru ini bercerita, sebulannya bisa memperoleh penghasilan kotor sekira Rp 10 juta, dengan sejumlah usaha yang ia kelola dilahannya termasuk di area pantai.
“Saya punya usaha rumah makan, Gazebo, penyewaan donat boot dan penyewaan ban,” lanjutnya.
Jika pengelolaannga diambil alih pemerintah dan mereka masih mendapat keuntungan sama atau bahkan lebih, maka mereka siap menyerahkannya pada pemerintah.
Pantai Toronipa memiliki potensi yang besar jika dikembangkan, selain sebagai tempat rekreasi keluarga, pantai yang berhadapan dengan laut banda ini, juga memiliki potensi olahraga air diantaranya surving dibeberapa titik, termasuk spot memancing.
Selain Pantai Toronipa, Kecamatan Soropia memiliki destinasi wisata alam khususnya bagi pencinta olahraga panjat tebing. Tebing karst Sawapudo merupakan salah satu destinasi bagi anda yang suka memacu adrenalin menapaki tebing alam.
Tebing Sawapudo atau masyarakat lokal mengenalnya dengan nama Tebing Kota Nilangge (Batu Gelang) mulai dikenal sejak tahun 1996, setelah ditemukan oleh Mahasiswa Pencinta Alam (Mapala) Unsultra dalam ekspedisi karst.
Karakter batuan tebing Sawapudo berjenis batu kapur khas karst, keras dan berwarna putih keabu-abuan, serta struktur permukaan tebing banyak lubang dan tonjolan.
Dengan ketinggian tebing 15 sampai 20 meter, membuat lokasi ini cocok untuk pencinta panjat tebing dan repling.
“Tahun 2010, Mapala Unsultra juga telah membuat kegiatan lomba kejuaraan panjat tebing alam tingkat nasional yang melibatkan 60 lebih peserta atlit panjat tebing,” ujar Sumarlin dari Jelajah Sultra.
Selain tebing, karst Sawapudo juga menyimpan keunikan lain diantaranya gua ular dan peninggalan budaya lainnya. Bahkan dari nama Sawapudo yang berarti diam-penggal masih banyak menyimpan misteri yang belum terungkap.
Untuk menjangkau tempat ini cukup mudah hanya dengan kendaraan umum atau pribadi dengan jarak tempuh sekira 1,5 jam dari Kota Kendari, lokasi ini juga berdekatan dengan Pantai Toronipa.
Destinasi yang letaknya berdekatan ini, jika dikelola dengan baik bisa dibuatkan paket wisata alam, namun tentunya dibarengi dengan penyiapan infrastruktur dan peningkatan kapasitas masyarakat sebagai pengelola.
“Dalam tahapan kesiapan kelembagaannya itu, sejauh mana untuk mempersiapkan daerah mereka menjadi destinasi wisata,” kata Kepala Seksi Pengembangan Sumber Daya Kepariwisataan, La Ode Ali Ahmadi.
Selain kelembagaan juga dibutuhkan sinergitas antara pemerintah seperti Pemda Sultra, Konawe, Kota Kendari dan Konawe Selatan.
“Kita mengenal pariwisata terintegrasi lintas sektor, misalkan pengembangan Toronipa ini, Pemda Sultra harus menggandeng Pemda Konawe dan Kota Kendari, termasuk Konsel, untuk membuat MoU tentang prioritas apa yang dikembangkan secara terintegrasi,” jelas asesor kompetensi bidang kepariwisataan ini.
Pemerintah Sultra sudah mengambil inisiatif untuk menyiapkan infrastruktur jalan untuk mendukung pengembangan sektor pariwisata di kawasan Pantai Toronipa dan Bokori. Meskipun tak sedikit menuai kritikan karena dari segi biaya yang dikeluarkan tidak sebanding dengan dampak ekonomi yang akan ditimbulkan. Apalagi selama ini Pantai Toronipa dan Bokori hampir tak memberikan sumbangan pendapatan bagi Pemda Sultra.
Sumarlin