Pengemis Anak-anak Menjamur di Baubau
Deni Djohan, telisik indonesia
Jumat, 24 Desember 2021
0 dilihat
Dua pengemis yang masih anak-anak yang kerap nongkrong di traffic light lorong PK. Foto: Dheny/Telisik
" Para pengemis yang kerap beraksi di setiap simpang traffic Light (lampu merah) kota Baubau, kebanyakan masih anak-anak bahkan terbilang bocah "
BAUBAU, TELISIK.ID - Bulan suci Ramadan masih terbilang jauh. Namun rombangan pengemis sudah mulai banyak terlihat di tengah Kota Baubau.
Ironisnya, para pengemis yang kerap beraksi di setiap simpang traffic Light (lampu merah) kota itu, kebanyakan masih anak-anak bahkan terbilang bocah.
Seperti dua pengemis yang kerap nongkrong di simpang empat lampu merah, jalan Betoambari, lorong PK. Setiap hari, kedua anak itu terlihat duduk di taman jalan menunggu para dermawan yang berbelas kasih kepada mereka.
Bermodalkan karung beras bekas dan pakaian compang-camping, keduanya terlihat sangat membutuhkan uluran tangan.
Ketika tim Telisik.id mencoba menggali informasi terkait identitas kedua pengemis itu, mereka tak mau berbicara. Bahkan nama mereka tak ingin disebutkan.
"Saya sekolah di Kota," singkat anak itu.
Dari dialeg yang diucapkan, mereka diduga kuat adalah warga Kota Baubau. Namun dugaan ini perlu ditindaklanjuti kembali oleh pihak berwenang.
Terlepas dari itu, pemerintah kota dalam hal ini Dinas Sosial, tak bisa tutup mata dengan fenomena ini. Pasalnya, di beberapa kota besar di Indonesia, seperti Jogjakarta, pemerintah setempat melarang warganya memberi uang kepada pengemis.
Baca Juga: Jelang Malam Natal, Gereja di Muna Mulai Dijaga Polisi
"Harusnya ini menjadi perhatian khusus pemerintah. Anak seperti mereka harusnya diberikan hak pendidikan dan hak-hak lainnya seperti yang tertuang dalam undang-undang," tutur salah satu warga kota Baubau, Djasir.
Tak hanya itu, ia juga menyesalkan maraknya boneka mampang yang dimainkan anak-anak. Bukannya bermain, mereka malah terkesan mengemis.
Baca Juga: Demi Keamanan Perayaan Natal, Gereja di NTT Diminta Pasang CCTV
"Coba lihat di Kotamara atau di Kamali, mereka bukan bermain. Tapi seperti minta-minta," pungkasnya. (A)
Reporter: Deni Djohan
Editor: Fitrah Nugraha