Pensiun dari Polisi, Idham Azis Ingin Pulang Kampung ke Kendari

Fitrah Nugraha, telisik indonesia
Minggu, 31 Januari 2021
0 dilihat
Pensiun dari Polisi, Idham Azis Ingin Pulang Kampung ke Kendari
Jokowi lantik Kapolri Idham Azis. Foto: Liputan6.com

" Saya tidak pernah bermimpi jadi Kapolri, dan saya yakin seindah apapun rencana manusia, dia tidak akan pernah bisa mengalahkan rencana dan keputusan Tuhan. "

JAKARTA, TELISIK.ID - Begitu masa purna tugas sebagai Kapolri, Idham Azis mengaku tak punya rencana khusus. Dia hanya membayangkan makin sering berkumpul dengan keluarga dan yang pasti dia selalu rindu Kendari.

Rencananya, di Kendari, pria kelahiran Kendari, Sulawesi Tenggara, 30 Januari 1963 itu ingin memancing sepuas-puasnya dan berkebun.

Idham Azis juga akan terus menjalankan hobinya bermain bulu tangkis dan memelihara ikan arwana.

Dalam bukunya berjudul " Idham Azis Sang Elang Pemimpin" seperti yang dilansir SINDONEWS.COM, Idham bercerita mulai memelihara ikan yang gerakannya anggun ini, sejak masih berpangkat letnan dua.

Dalam buku tersebut, Idham mengaku membeli ikan pertamanya di Pasar Ciroyom, tanpa memusingkan apa falsafah di balik gerak gerik si arwana. Saat ini, dia mempunyai enam ekor di rumah pribadinya. Dia membeli karena senang saja tidak investasi, karena kadang ikan tersebut malah dihadiahkan kepada orang lain.

"Mungkin karena saya Aquarius kali, saya senang air. Mungkin lho, tapi yang jelas sudah 32 tahun. Dan setiap saya punya kantor pasti ada arwananya," kata Idham dalam buku tersebut.

Saat ini, Idham juga mulai memelihara sembilan ekor koi yang panjangnya satu meter. Dia juga memiliki cucakrawa dan murai yang suaranya bagus. Tetapi dia membeli karena lebih kasihan kepada si penjual, seorang pelatih bulu tangkis yang bekerja sebagai pelatih di Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI).

Selain itu, salah satu hobi lain yang dia tekuni adalah mengoleksi keris dari berbagai daerah di nusantara, dan ada juga pemberian teman sebagai peninggalan leluhurnya.

"Tapi saya tidak benar-benar paham keris, kawan-kawan yang tahu," ungkap Idham.

Baca juga: Eks Wakil Ketua Umum PBNU Sebut Abu Janda Penyusup dan Manfaatkan Nama Besar NU

Terlepas dari itu, satu hal yang pasti bahwa dirinya tidak tertarik terjun ke politik praktis setelah pensiun dari polisi.

"Tidak hari ini atau kapan pun," tegasnya.

Idham Azis kini sudah purna tugas sebagai Kapolri. Posisinya digantikan Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo yang dilantik Presiden Jokowi Rabu (27/1/2021) lalu.

Idham sendiri saat dilantik jadi Kapolri, usainya 56 tahun. Berdasarkan hitungan, dia hanya akan menjabat 14 bulan. Namun Idham tidak merisaukan hal itu. Menurutnya yang terpenting bukanlah singkat atau lamanya seseorang menjabat melainkan karya yang dihasilkan.

"Saya tidak pernah bermimpi jadi Kapolri, dan saya yakin seindah apapun rencana manusia, dia tidak akan pernah bisa mengalahkan rencana dan keputusan Tuhan," ungkapnya.

Selama menjabat Kapolri, Idham tidak pernah dihinggapi ketakutan tak bisa menjalankan amanah. Dia punya tim yang solid, perintah presiden terjabarkan dan bisa dilaksanakan.

Dia juga tidak terlalu berminat menanggapi suara sumbang yang ditujukan kepadanya saat menjalankan tugas. Baginya, itu riak kecil saja.

Idham merasa bahwa perjalanannya menjadi orang nomor satu di Korps Bhayangkara yang membawahi 450.000 personel sepenuhnya berkat campur tangan Allah SWT dan di nadinya mengalir doa sang ibunda.

Karir Idham Azis

Melansir jawapos.com, Idham Azis merupakan seorang perwira tinggi Polri yang sejak 22 Januari 2019 menjabat sebagai Kepala Badan Reserse Kriminal Polri (Kabareskrim).

Baca juga: OJK Temukan 133 Fintech P2P Lending Ilegal

Setelah lulus Akpol, Idham bertugas sebagai Pamapta Kepolisian Resor (Polres) Bandung, Jawa Barat. Kemudian dia ditugaskan menjadi kepala Urusan Bina Operasi Lalu Lintas Polres Bandung.

Hingga Juni 1999 tugas Idham di Bandung berakhir dengan jabatan terakhir Kepala Kepolisian Majalaya Resor Bandung. Dia kemudian ditarik menjadi Kepala Unit VC Satuan Serse UM Direktorat Serse Kepolisian Daerah (Polda) Metro Jaya sejak 1 Juli 1999.

Pada 2002, dia dua kali dipromosikan. Pada 8 Mei 2002, Idham menjadi perwira menengah Sekolah Staf dan Kepemimpinan Dediklat Polri. Selanjutnya, dia kembali dipromosikan sebagai Kepala Satuan I Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Krimsus) Kepolisian Daerah Metro Jaya pada 14 Desember 2002.

Setahun kemudian, dia menjadi Kepala Satuan III Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya. Idham termasuk polisi yang mendapat kenaikan pangkat cukup cepat. Karena saat tergabung dalam tim Bareskrim ia berhasil melumpuhkan teroris Dr. Azahari dan kelompoknya di Batu, Jawa Timur, pada tanggal 9 November 2005.

Saat itu, dia bersama dengan para kompatriotnya, Tito Karnavian, Petrus Reinhard Golose, Rycko Amelza Dahniel, dan kawan-kawan mendapat penghargaan kenaikan pangkat luar biasa dari Kapolri Jenderal Sutanto.

Pada Desember 2001, Idham juga pernah bergabung menjadi anggota Tim Kobra yang langsung dipimpin Tito Karnavian. Dia ditugaskan menangkap Hutomo Mandala Putra alias Tommy Soeharto atas kasus pembunuhan Hakim Agung/Ketua Muda Bidang Pidana Mahkamah Agung (MA) RI Syafiuddin Kartasasmita. Saat itu, Idham bertugas di Unit Harda Polda Metro Jaya.

Empat tahun berselang, pada malam 10 November 2005, Brigjen Surya Dharma memanggil dan memerintahkan Idham untuk berangkat ke Poso. Keesokan harinya, Idham terbang dari Surabaya menuju Palu dan tiba di Poso pada sore harinya untuk langsung bergabung dengan Tito Karnavian yang sudah berada di sana.

Idham diminta Tito untuk menjadi wakilnya dalam kasus investigasi mutilasi tiga gadis Kristen siswa Sekolah Menengah Umum (SMU) yang terjadi di Poso. Per tanggal 12 November 2005, Idham resmi menjadi Wakil Ketua Satgas Bareskrim Poso, mendampingi Tito Karnavian.

Baca juga: Kemenkes: 405.012 Nakes Telah Divaksinasi COVID-19

Akhir dari tugas itu, Idham mendapat buah yang manis dengan dipercaya sebagai Kapolda Sulawesi Tengah. Idham dianggap mampu memberantas terorisme kelompok sipil bersenjata di daerah itu.

Setelahnya, dia diangkat menjadi Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya. Dalam jabatan barunya itu, Idham berhasil mengungkap pelaku kasus pembunuhan dan sodomi 14 anak jalanan yang ditangkap pada 9 Januari 2010.

Idham juga terlibat dalam Operasi Camar Maleo bersama TNI untuk menangkap kelompok teroris Santoso di wilayah pegunungan Poso, Sulawesi Tengah pada awal tahun 2015.

Dua tahun bertugas di daerah, Idham kembali ditarik ke pusat sebagai Inspektur Wilayah II Inspektorat Wilayah Umum Polri pada 28 Februari 2016. Masih di tahun yang sama, Idham mengemban tugas baru sebagai Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan Polri.

Pada 20 Juli 2017, penerima tanda jasa Satya Lencana Kesetiaan 8 Tahun ini ditunjuk menjadi Kapolda Metro Jaya ke-37 menggantikan Komjen Mochamad Iriawan atau Iwan Bule. Sejak 22 Januari 2019, Idham menduduki jabatan Kabareskrim. Dia menggantikan Komjen Pol Arief Sulistyanto yang ditugaskan menjadi Kepala Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Polri.

Setelah itu, karir Idham pun sampai di puncak keinginannya, ia dipilih secara aklamasi oleh Komisi III DPR sebagai Kapolri pada 1 November 2019 lalu.

Idham menggantikan Jenderal Purnawirawan Tito Karnavian yang ditunjuk Presiden Jokowi menjadi Menteri Dalam Negeri di Kabinet Indonesia Maju.

Pengangkatan Idham Azis sebagai Kapolri berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 97 Tahun 2019 Tentang Pengangkatan Kepala Kepolisian RI. (C)

Reporter: Fitrah Nugraha

Editor: Haerani Hambali

TAG:
Baca Juga