Perempuan Opak
Musdar, telisik indonesia
Jumat, 25 September 2020
0 dilihat
Samrah menjajakan dagangannya. Foto: Musdar/Telisik
" Tadi saya bawa 26 ikat, sudah sore belum setengahnya terjual. "
KENDARI, TELISIK.ID - Samrah namanya. Perempuan yang usianya tak muda lagi. Hari-harinya dihabiskan di lampu merah untuk menawarkan opaknya kepada pengendara yang sedang menunggu lampu kembali hijau.
Di lampu merah, Jl MT. Haryono, Kota Kendari, tempat Samrah menawarkan opaknya, sejak pagi hingga sebelum masuk waktu magrib.
"Opak," teriaknya dengan nada tidak terlalu lantang.
Baginya sudah biasa. Perantau dari seberang ini sudah empat tahun mengadu nasib dengan berjualan opak. Soal keuntungan, hanya untung-untungan kalau opaknya habis terjual.
"Tadi saya bawa 26 ikat, sudah sore belum setengahnya terjual," akunya.
Baca juga: Demi Penuhi Biaya Kuliah, Mahasiswa Ini Rela Jadi Kuli Bangunan
Samrah adalah istri dari suami yang berprofesi sebagai kuli bangunan. Dia mengatakan, kalau setengah dari jumlah opak yang ia bawa tidak terjual, maka tidak ada untung yang didapatnya. Namun kalau habis setengah dari yang ia bawa, adalah keuntungannya.
"Kalau 26 ikat berarti modalnya Rp 130.000 karena satu ikat opak harganya Rp 5.000. Jadi kalau habis untungku Rp 65.000," katanya.
Dengan penghasilan Rp 65.000, Samrah mengaku belum memenuhi kebutuhan sehari-hari bersama suami dan tiga anak-anaknya yang masih duduk di bangku sekolah.
"Kita cukup-cukupkan saja," pungkas warga Mandonga ini.
Reporter: Musdar
Editor: Haerani Hambali