Ritual Menari Bersama Mayat, Tradisi Famadihana di Madagaskar

Fitrah Nugraha, telisik indonesia
Selasa, 16 April 2024
0 dilihat
Ritual Menari Bersama Mayat, Tradisi Famadihana di Madagaskar
Salah satu tradisi unik yang dilakukan orang Madagaskar adalah penguburan kembali jasad orang yang telah meninggal. Foto: Repro Youtube.com/Guy Shachar

" Salah satu tradisi unik yang dilakukan orang Madagaskar adalah penguburan kembali jasad orang yang telah meninggal "

MADAGASKAR, TELISIK.ID - Tradisi di berbagai negara memiliki keunikan yang seringkali berbeda dari kebiasaan masyarakat pada umumnya. Salah satunya adalah ritual menari bersama mayat di Madagaskar.

Salah satu tradisi unik yang dilakukan orang Madagaskar adalah penguburan kembali jasad orang yang telah meninggal. Tujuh tahun setelah pemakaman awal, keluarga membongkar kembali makam tersebut, mengganti pakaian jenazah dengan yang baru, dan kemudian menari bersama.

Lantas, bagaimana cerita dan fakta tradisi Famadihana di Madagaskar ini?

Melansir Nationalgeographic.co.id, warga suku Merina di Madagaskar sangat menghargai leluhur mereka. Keterikatan mereka dengan leluhur atau anggota keluarga yang sudah meninggal tidak berakhir di pemakaman.

Suku Merina memiliki ritual unik dan sakral yang disebut Famidihana, atau 'pembalikan tulang', yang dilakukan oleh beberapa kelompok etnis di Madagaskar. Orang Malagasi meyakini bahwa nenek moyang mereka berperan sebagai perantara antara manusia dan Tuhan serta memiliki kekuatan untuk turun tangan dalam peristiwa di dunia ini.

Dalam ritual ini, suku Merina menggali kembali sisa-sisa leluhur mereka untuk merayakan sekaligus berkumpul bersama keluarga. Ritual sakral ini terjadi setiap lima hingga tujuh tahun. Para kerabat yang telah meninggal dikeluarkan dari makam leluhur dengan penuh kehati-hatian. Anggota keluarga yang masih hidup memperbarui pakaian jenazah dan melilitnya dengan kain sutra baru. Perayaan dimulai, di mana para tamu berkumpul untuk minum, bercengkrama, dan menari bersama leluhur mereka.

Baca Juga: Dipercaya jadi Metode Penyembuhan Anak, Warga Muna Lakukan Tradisi Kapobhelo

Saat matahari hampir terbenam, mayat-mayat itu dengan penuh kehati-hatian kembali ditempatkan ke dalam makam dan dibalikkan. Ruang bawah tanah kemudian ditutup kembali selama lima sampai tujuh tahun ke depan. Meskipun banyak kelompok etnis di Madagaskar yang memadukan agama Kristen dengan kepercayaan tradisional, mereka tidak mempercayai konsep surga atau neraka.

"Kematian setelah tulang membusuk akan membawa ke kehidupan kedua—kehidupan yang serupa dengan kehidupan (akhirat)," jelas Mamphionona seperti dikutip dari CNN.

Bagi kepercayaan suku Merina, orang yang telah meninggal tidak mengalihkan diri ke kehidupan berikutnya, melainkan tetap berada di dunia orang hidup hingga tubuh mereka benar-benar terurai. Maka, ritual Famidihana ini dilakukan untuk mempercepat proses pembusukan jasad.

Menurut Mamphionona, seorang tokoh adat, dalam masyarakat ini hanya terdapat dua kelas, yakni yang hidup dan para leluhur. Sehingga, jenazah yang belum pernah digali sebelumnya tidak dianggap sebagai bagian dari kelompok yang hidup maupun sebagai leluhur.

Sejarawan Andrianahaga Mahery mengatakan proses Famidihana dimulai ketika arwah leluhur muncul dalam mimpi anggota keluarga senior. Mereka meminta pakaian baru karena merasa kedinginan.

"Leluhur muncul dalam mimpi dan mengatakan bahwa dia kedinginan dan membutuhkan pakaian baru," jelas Mahery.

Makam suku Merina biasanya terdiri dari ruang bawah tanah dengan rak penyimpanan dimana jenazah diselimuti kain sutra. Perayaan ini berakhir sebelum malam karena takut akan adanya energi negatif dan kekuatan jahat pada malam itu.

"Tulang-tulang itu dikembalikan ke makam sebelum matahari terbenam karena matahari adalah sumber energi kita," jelas Mamphionona.

Baca Juga: Tradisi Aneh Suku Sironi: Makan Ini untuk Maraton Seks 6 Jam

Mayat-mayat dikubur bersama hadiah uang dan minuman keras, dan ditempatkan terbalik untuk menandai penutupan siklus hidup dan mati.

Menurut Mamphionona, saat pertama kali jenazah dikeluarkan, kaki harus keluar terlebih dahulu. Namun, ketika Famidihana selesai, tulang harus kembali dengan kepala terlebih dahulu, karena dianggap mulai hidup di dunia yang baru.

Untuk diketahui, dikutip dari bbc.com, terletak di lepas pantai tenggara Afrika, Madagaskar adalah pulau terbesar keempat di dunia. Setelah berkembang secara terisolasi, negara kepulauan ini terkenal dengan satwa liarnya yang unik.

Untuk mendapatkan pengalaman langsung di Famadhana ini, bisa datang berkunjung pada sekitaran bulan Juli dan September. Di bulan tersebut biasanya akan berlangsung ritual menari bersama orang mati, seperti dikutip dari indonesia.go.id. (C)

Penulis: Fitrah Nugraha

Editor: Haerani Hambali

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS 

Artikel Terkait
Baca Juga