Ritual Tradisi Kansoda'a di Kapota Wakatobi, Warisan Leluhur Peralihan Gadis Remaja

Wa Ode Hesti, telisik indonesia
Jumat, 25 April 2025
0 dilihat
Ritual Tradisi Kansoda'a di Kapota Wakatobi, Warisan Leluhur Peralihan Gadis Remaja
Ribuan warga memadati jalanan desa di Pulau Kapota Wakatobi untuk menyaksikan prosesi Kansoda’a, ritual adat yang menandai kedewasaan perempuan Wakatobi, Jumat (25/4/2025). Foto: Sasmi

" Suasana Desa Kapota, Kabupaten Wakatobi, Provinsi Sulawesi Tenggara, terasa berbeda pada Jumat (25/4/2025). Ribuan pasang mata menyaksikan momen sakral penuh makan yakni Kansoda’a "

WAKATOBI, TELISIK.ID - Suasana Desa Kapota, Kabupaten Wakatobi, Provinsi Sulawesi Tenggara, terasa berbeda pada Jumat (25/4/2025). Ribuan pasang mata menyaksikan momen sakral penuh makan yakni Kansoda’a.

Kansoda’a merupakan sebuah tradisi menandai peralihan gadis remaja menjadi perempuan dewasa dalam budaya masyarakat Wakatobi.

Perjalanan Kansoda’a dimulai jauh sebelum sorak sorai arak-arakan. Para gadis terlebih dulu menjalani masa pingitan yang disebut Sombo’a selama 10 hari di rumah.

"Sebelum itu, mereka dimandikan dengan air doa, saat air disiramkan dari kepala ke seluruh tubuh, janur kelapa yang kemudian dipukulkan ke kepala si gadis menjadi pertanda: semakin banyak yang menempel, diyakini semakin dekat pula jodohnya," ucap salah seorang warga, Anton.

Baca Juga: STIMIK Bina Bangsa Kendari Perkenalkan Selai Konduru dan Klinik IT di Harmoni Sultra

Dalam masa pingitan, para gadis memakai kunyit setiap hari, tak boleh keluar rumah, dan menghias kuku mereka dengan daun pacar dalam ritual Hepatirangga.

Di hari terakhir, rambut mereka dipotong sedikit dalam prosesi Hekire’a, lalu dimandikan kembali oleh ibu ketua adat.

Dari sinilah proses transformasi dimulai—gadis-gadis itu didandani layaknya perempuan dewasa Wakatobi dalam Hepake.

Dilanjutkan dengan Hepanto dan Hekasonda’a, saat mereka mengenakan busana adat lengkap dengan mahkota khas yang dikenal sebagai Panto.

Prosesi puncaknya adalah Turun Tanah, momen ketika gadis-gadis ini akhirnya diperbolehkan keluar rumah.

Kaki mereka diolesi kunyit dan arang sebelum ditandu oleh saudara laki-laki mereka.

Baca Juga: Ngegas Knalpot Brong Malam Hari, Puluhan Sepeda Motor Terjaring di Buton Tengah

Diiringi nyanyian, teriakan, dan tarian dari para perempuan kerabat, arak-arakan ini menyusuri kampung dengan semangat.

"Tandu pun digoyang ekstrem seolah tak berbeban, menguji keteguhan hati sang gadis untuk tetap tenang simbol edewasaan dan kesiapan menghadapi hidup," ujar warga lain, Cima.

Warga lain, Ida, mengatakan Kansoda’a bukan sekadar tradisi. Ia adalah selebrasi jiwa, warisan budaya yang membuktikan betapa luhur nilai kehidupan dan perempuan dalam masyarakat Wakatobi.

‘’Kansoda’a hari ini juga terlihat rame sekali, bisa dilihat seluruh masyarakat Kapota ikut meramaikan, bahkan dari berbagai usia mulai dari anak kecil hingga orang tua turut hadir,’’ ucap Ida. (A)

Penulis: Wa Ode Hesti

Editor: Mustaqim

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baca Juga