Sejarah Air Minum Kemasan di Indonesia

Haidir Muhari, telisik indonesia
Jumat, 30 April 2021
0 dilihat
Sejarah Air Minum Kemasan di Indonesia
Air minum dalam kemasan dengan berbagai ukuran. Foto: Repro Klikdokter.com

" Air minum kemasan lebih mudah didapat dan harganya terjangkau. "

KENDARI, TELISIK.ID - Tahukah anda bahwa air minum kemasan tersebar di Indonesia terinspirasi dari ide aneh?

Sebelum tahun 1910-an tidak ada air kemasan beredar di Indonesia. Air yang diperjualkan belikan saat itu masih dianggap aneh.

Itu tentu berbeda dengan sekarang, bukan? Saat ini banyak yang memilih air kemasan saat berpergian atau ada acara tertentu.

Kini, air kemasan lebih mudah didapat, karena bahkan kios kecil menjualnya. Ditambah lagi harganya cukup terjangkau. Hal ini seperti diungkapkan oleh Intan Abdillah Arrasyid, seorang mahasiswa di Kendari.

"Air minum kemasan lebih mudah didapat dan harganya terjangkau," ungkap Intan, Jumat (30/4/2021).

Air kemasan menjadi lumrah dan kerap dijumpai pada kegiatan tingkat manapun. Mulai dari tingkat RT hingga negara, dari desa sampai ke kota, dari acara duka, hatta acara bahagia.

Perintis air minum kemasan di Indonesia, dilansir dari Historia.id, bernama Hendrik Freerk Tillema. Orang yang berkebangsaan Belanda, kelahiran 1870.

Baca juga: 5 Hewan dengan Nafsu Makan yang Menakjubkan

Tillema memperkenalkan produk air minum kemasannya, bermerek Hygeia, kepada penduduk Hindia Belanda di Semarang pada 1910-an. Ini dilakukan Tillema, dilansir dari Minews.id, karena mengalami alergi dengan air ranah yang saat itu kerap terkontaminasi bakteri.

Namun Tillema gagal memasarkan produknya. Hal ini disebabkan harga produknya terlalu mahal, sehingga tak mungkin dijangkau oleh masyarakat pribumi.

"Sialnya, harga air ini terlalu mahal bagi orang pribumi," catat Rudolf Mrazek seperti dilansir dari Historia.id.

Pengorbanan Tillema tak tanggung-tanggung untuk memasarkan produknya. Bahkan ia menggunakan balon gas untuk mempromosikan produknya. Karena ini juga Tillema tercatat sebagai orang pertama dalam sejarah Hindia Belanda yang menggunakan balon gas untuk iklan.

Selanjutnya langkah Tillema itu pada dekade selanjutnya dilanjutkan oleh orang Tionghoa. Kwa Sien Biauw atau Tirto Utomo, seorang petinggi pertamina.

Tirto memberi nama air kemasan itu dengan Aqua. Dilansir dari Voi.id, produk ini lahir dari rahim perusahaan bumiputra, PT. Golden Mississippi.

Ide Tirto itu bermula pada tahun 1971, saat  tidak terlaksananya negosiasi gas alam cair dengan delegasi perusahaan asal Amerika Serikat. Ini disebabkan karena istri Ketua delegasi perusahaan Amerika Serikat tersebut menderita diare berat.

“Istri tamunya itu menderita diare berat. Usut punya usut, kedapatan bahwa para tamu itu telah melakukan kesalahan besar: minum air dari keran,” tulis Bondan Winarno, seperti dilansir dari Histroria.id.

Baca juga: Begini Hukum Sambung Bulu Mata Menurut Syariat Islam

Pasca itu Tirto berupaya keras untuk memasarkan, produknya bermerek Aqua. Di saat itu, aura pesimistis dan penolakan bernada sinis sering ia dapatkan saat memasarkan produknya itu.

Beberapa langkah yang dilakukan Tirto adalah sterilisasi air dengan penyinaran ultraviolet dan ozonisasi. Selain itu juga hingga tahun 1978 Tirto masih bergulat menjual Aqua berbahan kaca.

Namun, akhirnya setiap usaha yang dilakukan dengan sungguh-sungguh pasti menemui hasil. Kata orang, tak ada hasil yang berkhianat.

Akhirnya pemasaran Aqua terus meningkat. Untuk memasyarakatkan produk air kemasan itu, dibuatlah dalam botol plastik.

Lonjakannya saat perusahaan memproduksi mesin (dispenser) untuk botol Aqua ukuran lima galon. Dispenser-dispenser itu sengaja dipinjamkan ke kantor-kantor untuk memacu penjualan produk Aqua.

Aqua dalam kemasan galon bermula di kantor, kemudian merambah rumah tangga. Hingga kini, air minum dalam kemasan terus diminati. Bahkan tak jarang air minum kemasan menjadi petanda status sosial seseorang.

Meskipun demikian, air minum kemasan menggundang masalah baru, salah satunya sampah plastik. Plastik seperti diketahui sangat lamban terurai oleh mekanisme alam.

Olehnya mari bijak dalam menggunakan, demi keberlangsungan kehidupan di bumi. Semoga generasi manusia di masa yang akan datang masih bisa menghuni bumi yang sejuk, lestari, indah, bersahaja, dan bersahabat. (B)

Reporter: Haidir Muhari

Editor: Fitrah Nugraha

TAG:
Artikel Terkait
Baca Juga