Tradisi Haroa Cara Unik Umat Muslim Muna Menyambut Bulan Suci Ramadan

Ahmad Jaelani, telisik indonesia
Rabu, 22 Maret 2023
0 dilihat
Tradisi Haroa Cara Unik Umat Muslim Muna Menyambut Bulan Suci Ramadan
Umat muslim di seluruh dunia menyambut bulan suci ramadan dengan berbagai cara, termasuk di Indonesia. Salah satu cara yang masih dipertahankan oleh masyarakat Muna di Sulawesi Tenggara adalah tradisi haroa atau baca-baca. Foto: Ahmad Jaelani/Telisik

" Umat muslim di seluruh dunia menyambut bulan suci ramadan dengan berbagai cara, termasuk di Indonesia. Salah satu cara yang masih dipertahankan oleh masyarakat suku Muna di Sulawesi Tenggara adalah tradisi haroa atau baca-baca "

KENDARI, TELISIK.ID - Umat muslim di seluruh dunia menyambut bulan suci ramadan dengan berbagai cara, termasuk di Indonesia. Salah satu cara yang masih dipertahankan oleh masyarakat suku Muna di Sulawesi Tenggara adalah tradisi haroa atau baca-baca.

Menurut Kepala Desa Wakorambu, Kabupaten Muna, La Ode Saa, haroa merupakan salah satu bentuk rasa syukur atas hadirnya bulan suci setahun sekali.

“Haroa adalah tradisi yang sangat penting bagi kami sebagai umat muslim di Muna. Ini adalah momen yang istimewa bagi kami untuk bersama-sama mempersiapkan diri menyambut bulan suci ramadan,” jelas La Ode Saa, Rabu (22/3/2023).

Baca Juga: Harga Kebutuhan Pokok Relatif Stabil Jelang Ramadan

Tradisi haroa turut mengharuskan hadirnya sejumlah jenis kuliner tradisional tertentu. Ibu-ibu rumah tangga menjadi sibuk mempersiapkan haroa selama 12 jam sebelum momen tersebut tiba. Salah satu keluarga yang sedang mempersiapkan haroa adalah keluarga La Rasidi yang tinggal di Kecamatan Abeli, Kota Kendari.

“Memang hanya butuh satu hari untuk menyiapkan haroa, paling dibantu sama suami dan anak-anak. Yang agak lama itu pembuatan lapa-lapa karena harus dibuat dulu daun kelapa yang masih muda sebagai pembungkusnya, lalu diisi beras setengah matang, diikat, dan sebagainya,” ujar Wa Salma, istri La Rasidi.

Setelah semua menu haroa disajikan dalam nampan yang tertata rapi, haroa tidak langsung dimakan namun dibiarkan melewati waktu salat Magrib, Isa, dan tarawih. Usai tarawih, beberapa keluarga dekat datang berkumpul dengan semua anggota keluarga dalam rumah.

“Acara haroa diakhiri dengan saling bersalam dan bersantap bersama-sama semua menu sajian dalam nampan haroa. Semua menu makanan dimakan bersama dan bila kurang maka persediaan yang masih ada di dapur dikeluarkan,” jelas Wa Salma.

Haroa bukan hanya dikenal olah masyarakat Muna, namun juga di Kota Kendari. Beberapa tradisi haroa masih dipertahankan di sana. Salah satu keluarga yang menjalankan tradisi haroa adalah keluarga Wahid di Kota Kendari.

Baca Juga: Pemerintah Tetapkan 1 Ramadan 2023 Besok 23 Maret 2023

“Kami merayakan haroa setiap tahunnya. Kami menjalankan tradisi haroa dengan cara yang sama seperti nenek moyang kami. Ini adalah cara untuk menunjukkan rasa syukur kami kepada Allah SWT atas segala berkat yang telah diberikan,” kata Wahid.

Tradisi haroa menjadi momen yang istimewa bagi umat muslim di Muna dan Kendari. Ini adalah cara untuk menghargai dan menunjukkan rasa syukur atas hadirnya bulan suci ramadan setiap tahunnya. (A)

Penulis: Ahmad Jaelani

Editor: Kardin 

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS 

Baca Juga