Unik, Tradisi Anak-Anak Berebut Uang di Festival Batu Poaro
Iradat Kurniawan, telisik indonesia
Kamis, 14 Oktober 2021
0 dilihat
Puluhan anak-anak berebut uang dari sesajen yang dilemparkan oleh peserta ritual adat. Foto: Iradat Kurniawan/Telisik
" Wakil Wali Kota Baubau Laode Munianse mengatakan, ritual adat tersebut adalah sebagai bentuk upaya pelestarian budaya yang pernah berkembang di Kota Baubau "
BAUBAU, TELISIK.ID - Ada satu tradisi unik di rangkaian ritual adat Festival Batu Poaro yang dilaksanakan di Kelurahan Wameo, Kecamatan Batu Poaro yang diadakan Pemerintah Kota Baubau setiap tahunnya untuk memperingati hari ulang tahun Kota Baubau.
Tradisi tersebut adalah berebut uang yang biasanya dilakukan oleh anak-anak dari penduduk setempat, di mana uang tersebut dilemparkan oleh para peserta ritual adat ke area sekitar "Batu Poaro" berada.
Sebelum tradisi berebut uang tersebut dilaksanakan, beberapa warga mengangkat talang berisikan sesajen dari masjid menuju ke tempat ritual tradisi yang berada di tepi laut Wameo.
Selanjutnya beberapa tokoh adat berjalan menuju talang sesaji berupa makanan di atas batu.
Selanjutnya pimpinan daerah atau yang mewakili bersama para tokoh lainnya kemudian turun ke tepi laut dekat batu sambil memegang batu dan setelah dibacakan doa, uang yang berada di atas batu maupun yang dilemparkan peserta ritual adat diperebutkan oleh puluhan anak-anak.
Wakil Wali Kota Baubau Laode Munianse mengatakan, ritual adat tersebut adalah sebagai bentuk upaya pelestarian budaya yang pernah berkembang di Kota Baubau.
"Nilai religiusnya adalah bahwa semua patut bersyukur kepada Allah SWT karena pada tahun 1500-an telah mengirimkan ulama besar ke Buton," tutur Laode Munianse, Kamis (14/10/2021).
Laode Munianse juga mengungkapkan bahwa ritual tersebut jangan disalahartikan sebagai ritual mistik.
"Festival Batu Poaro bukanlah ritual menyembah batu atau mengagungkan benda mati, tetapi ritual tersebut memiliki nilai-nilai yang bisa dijadikan pelajaran untuk menata masa depan," katanya.
Untuk diketahui, Festival Batu Poaro atau dikenal dengan Tuturangiana Batu Poaro dalam bahasa Wolio dimaknai sebagai ritual ‘penyucian adat’ terhadap situs budaya Batu Poaro yang memiliki nilai historis dan kultural bagi masyarakat di wilayah eks Kesultanan Buton dan hal tersebut adalah salah satu wahana untuk mengingat kembali Syekh Abdul Wahid yang merupakan sosok penyiar agama Islam di Pulau Buton.(C)