Upacara Tedhak Siten Raden Mas Manteyyo Kuncoro Suryonegoro

Affan Safani Adham, telisik indonesia
Rabu, 01 Juli 2020
0 dilihat
Upacara Tedhak Siten Raden Mas Manteyyo Kuncoro Suryonegoro
Upacara tedhak siten Raden Mas Manteyyo Kuncoro Suryonegoro, putra pertama GKR Hayu dan KPH Notonegoro. Foto: Keraton Yogyakarta

" RM Suryonegoro memperlihatkan ketertarikan pada alat tabuh gender (instrumen gamelan) yang diambil dan terus digenggam hingga akhir acara.m "

YOGYAKARTA, TELISIK.ID - Minggu Kliwon (28/6/2020) siang di Pendapa Keraton Kilen Yogyakarta berlangsung upacara tedhak siten Raden Mas Manteyyo Kuncoro Suryonegoro, putra pertama GKR Hayu dan KPH Notonegoro, yang kini telah berusia 10 bulan.

Tedhak siten adalah rangkaian prosesi adat tradisional dari tanah Jawa yang diselenggarakan pada saat pertama kali seorang anak belajar menginjakkan kaki ke tanah. Tedhak berarti menginjak dan siten artinya tanah.

Dan, RM Suryonegoro merupakan cucu keenam Ngarsa Dalem Sri Sultan Hamengku Buwono X.

Pukul 12.30 WIB pembacaan doa oleh Abdi Dalem Kanca Kaji yang dipimpin Mas Bekel Ngabdul Wahab mengawali acara tedhak siten.

Selanjutnya, RM Suryonegoro dibimbing kedua orang tua melakukan sungkem bekti kepada Ngarsa Dalem Sri Sultan Hamengku Buwono X dan GKR Hemas.

Usai sungkem, telah disiapkan rangkaian tampah berisi jadah warna-warni dan tanah yang ditata lurus menuju sebuah andha (tangga) dari batang tebu. RM Suryonegoro kemudian dituntun kedua orangtua meniti tampah-tampah tersebut dan berujung memanjat andha.

Minggah andha tebu secara tersirat dimaknai antebing kalbu, yaitu keteguhan hati. Tahapan ini adalah wujud cita agar RM Suryonegoro menyandang keteguhan hati dalam mengarungi setiap jenjang di kehidupannya.

Baca juga: Soekarno Terharu dengan Kebaikan Sri Sultan HB IX

Setelah beranjak turun, RM Suryonegoro diantar masuk ke dalam sebuah kurungan ayam, yang di dalamnya diletakkan berbagai macam barang.

RM Suryonegoro memperlihatkan ketertarikan pada alat tabuh gender (instrumen gamelan) yang diambil dan terus digenggam hingga akhir acara.

Melihat pilihan RM Suryonegoro, GKR Hayu mengutarakan harapan agar kelak sang putra sebagai bagian dari generasi penerus dapat berkontribusi dalam melestarikan dan mengembangkan budaya.

Acara dilanjutkan dengan siraman. RM Suryonegoro dimandikan dengan air kembang setaman dibantu kedua eyang putri. Sesudah berganti kain dan surjan, RM Suryonegoro dituntun kedua orang tua sembari tangan kanan membawa tongkat congkok dari batang tebu yang diikatkan ayam panggang dan tangan kiri menarik selirang pisang.

Prosesi berakhir pukul 14.00 WIB bersamaan dengan penyebaran udhik-udhik berupa uang koin, bunga, serta beras oleh GKR Hemas dan ibunda KPH Notonegoro, RA Nusye Retnowati.

Selain ungkapan syukur atas tumbuh kembang sang buah hati, tujuan upacara tedhak siten yang bermakna "turun tanah" juga untuk mengenalkannya pada tanah sebagai ruang hidup dan belajar.

Acara yang berlangsung hangat tersebut, sebagaimana ditulis www.kratonjogja.id, diselenggarakan secara tertutup dan terbatas. Namun tetap mengedepankan protokol kesehatan sesuai situasi saat ini. Prosesi hanya dihadiri oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X dan GKR Hemas, besan, serta kerabat dekat.  

Reporter: Affan Safani Adham

Editor: Sumarlin

Baca Juga