Warkop, Kita Berpisah Sementara

Siswanto Azis, telisik indonesia
Minggu, 29 Maret 2020
0 dilihat
Warkop, Kita Berpisah Sementara
Warkop Kopi Radja dan Hardrock Kafe, dua dari beberapa warung kopi yang memutuskan tutup sementara selama COVID-19 masih mewabah. Foto: Dul/Telisik.

" "

Melawan pandemi COVID-19, berkaitan dengan semua lapisan masyarakat, yang berkaitan dengan budaya juga kebiasaan orang di suatu daerah. Di Sulawesi Tenggara misalnya, salah satu cara menghindari terjangkitnya COVID-19 adalah dengan menghindari kebiasaan minum kopi bersama atau ngopi sambil main domino.

Berdasarkan pantuan Telisik.id, selama sepekan terakhir dari Senin hingga Minggu di Kota Kendari, sangat sedikit pebisnis kuliner yang rela menutup sementara usaha mereka setelah wabah COVID-19 juga terjangkit di Sulawesi Tenggara.

Penerapan protokol kesehatan dalam bisnis kuliner untuk mencegah mewabahnya virus corona juga masih banyak yang ragukan, terlebih lagi tidak ada pengawasan dari pihak otoritas.

Padahal, kedai kopi menjadi tempat berkumpulnya orang karena kuatnya budaya ngopi, mulai dari kedai kopi di pinggir jalan, ruko, hingga cafe di pusat perbelanjaan modern. Kebiasaan minum kopi menjadi tidak terelakkan setiap hari sebagai bentuk kebersamaan warga, bagian dari negosiasi, hingga sebagai prestise yang menunjukkan status sosial seseorang.

Di Kota Kendari, seorang yang mencalonkan diri sebagai anggota dewan, calon bupati hingga calon gubernur, pasti memilih strategi kedai kopi untuk kampanye. Seorang politisi tulen pasti akan membayar semua tagihan makan dan minum pengunjung kedai kopi untuk meningkatkan elektabilitasnya.

Dari perbincangan di kedai kopi semua bisa terjadi. Mulai dari bicara politik, kampanye lingkungan, jualan, sampai menyelesaikan konflik. Mereka seperti percaya “kentalnya kopi bisa mencairkan suasana.” Namun ketika COVID-19 menjadi wabah yang sangat masif seperti sekarang ini, kebiasaan ngopi bersama menjadi media yang cepat untuk membantu penyebaran virus tersebut.

Di Sulawesi Tenggara sendiri, hingga 28 Maret 2020 sudah 1.160 orang yang berstatus orang dalam pemantauan (ODP), 12 orang yang berstatus  pasien dalam pengawasan dan 3 orang yang berstatus positif. Angka ini diperkirakan bakal terus bertambah.

Di tengah wabah ini, bisnis kopi sebenarnya sedang naik daun yang terlihat dari banyaknya kedai kopi baru bermunculan di Kendari dan daerah-daerah lain di Sulawesi Tenggara.

Namun, tidak banyak yang merelakan profit mereka untuk kepentingan lebih besar yaitu melawan  virus corona. Alhasil, kedai kopi dan kafe tempat berkumpulnya warga, mahasiswa, dan pelajar yang sekolahnya diliburkan pada masa darurat COVID-19 menjadi sepi.

Salah satu pelaku usaha yang peduli adalah pemilik kedai kopi bernama Kopi Radja di Kota Kendari sudah menutup kedainya untuk mencegah penyebaran COVID-19.

"Tidak ada bisnis yang menguntungkan kalau pelanggannya justru sakit,” kata Owner Kopi Radja, H. Safiruddin kepada Telisik.id.

Ia mengatakan, keputusan tutup sementara adalah upaya dari pelaku usaha kuliner untuk mengoptimalkan masa social distancing  (jaga jarak) untuk melawan penyebaran virus corona. Strategi ini yang kini terus dikampanyekan oleh pemerintah Indonesia setelah kebijakan karantina (lockdown) dinilai tidak mungkin dilakukan saat ini.

Inti dari social distancing adalah strategi kebijakan publik untuk menghambat penyebaran virus. Caranya dengan menjaga jarak dengan mereka yang sedang sakit, termasuk menghindari kerumunan orang pada kegiatan tertentu, misalkan konser musik maupun acara olahraga.

Menurut WHO, dalam kasus virus corona, masyarakat harus jaga jarak minimal dua meter dari orang lain ketika berinteraksi dan jangan bersentuhan.

“Kedai kopi salah satu tempat pusat keramaian. Tempat banyak orang berkumpul, bersosial. Namun, di situasi penyebaran COVID-19 ini, kami melihat penting untuk berkontribusi melawan penyebaran virus,” ujar H. Safruddin.

Kedai kopi lainnya yang dengan kesadaran tutup sementara adalah Kopi Kita, Rockcafe dan Kopi Daeng. Ada ungkapan yang unik bagi mereka penikmat kopi yang dititipkan kepada Telisik.id agar ditulis “Perpisahan kita hanya sementara."

Pemilik Rockcafe mengatakan, penutupan sementara berlangsung hingga wabah COVID-19 hilang. Keputusan yang tak mudah itu demi menghambat penyebaran penyakit mematikan itu.

"Dengan berat hati untuk sementara waktu kita tidak bisa ngopi di Kopi Daeng. Kami tidak takut dan tidak pula panik, karena baiknya kita berpisah untuk sementara,” kata pria yang kerap disapa Haji Hery ini.

Bicara Tim Penanggulangan COVID-19 Provinsi Sulawesi Tenggara, Ketua IDI Sultra dr Laode Rabiul Awal, menghimbau masyarakat untuk tidak panik dengan kondisi saat ini. Yang paling penting adalah masyarakat tetap tenang dan tetap jaga kesehatan.

"Jaga jarak atau sosial distancing harus dilakukan dengan baik. Kalau sekarang anak-anak sekolah diliburkan, itu harus benar-benar di rumah, jangan berkeliaran,” katanya.

Wabah COVID-19 ini tidak hanya menyerang kesehatan, namun juga bisa menggerus keuntungan di sektor ekonomi dari bisnis kopi yang besar hingga mikro. Namun, hanya kesadaran pemiliknya yang bisa diharapkan untuk mengubah perilaku ngopi warga, bukan sekadar imbauan pemerintah. Karena ngopi bersama tentu akan sangat dirindukan dan akan paling enak dilakukan ketika kita sehat tanpa rasa cemas tertular COVID-19.

 

Reporter: Dul

Editor: Rani

Baca Juga