Belum Ada Koalisi yang Pasti, Manuver Parpol Masih Penjajakan

Musdar

Reporter

Sabtu, 25 Juni 2022  /  2:19 pm

Ketum Umum Partai Demokrat mengunjungi markas Partai NasDem, Kamis (23/6/2022). AHY mengaku pertemuannya dengan NasDem tidak membicarakan pilpres. Foto: Repro detikNews

JAKARTA, TELISIK.ID - Sejumlah partai politik sepakat berkoalisi dalam menghadapi Pilpres 2024. Partai Golkar PAN dan PPP sepakat membentuk Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) pada awal Mei lalu.

Lalu Gerinda-PKB, akan berkoalisi setelah  pimpinan kedua partai tersebut sudah melakukan pertemuan dan menyepakati kerja sama. Hanya saja, koalisi keduanya belum diumumkan.

Kemudian NasDem PKS dan Demokrat nampaknya masing-masing menimbang-nimbang untuk membentuk koalisi, meski sudah saling menjajaki.

Sementara PDIP belum begitu memikirkan koalisi. Namun bisa mengusung capres-cawapres tanpa harus berkoalisi karena kursi PDIP memenuhi 20 persen dari jumlah kursi DPR.

Guru Besar FISIP UHO, Prof. Doktor Eka Suaib mengatakan, satu tahun menuju pilpres, partai politik masih akan kasak-kusuk menjajaki koalisi hingga menemukan formulasi yang tepat.

KIB dan Koalisi Kebangkitan Indonesian Raya bentukan Gerinda-PKB juga dikatakan masih dinamis. Untuk waktu yang masih cukup panjang, kedua koalisi yang ada belum dapat dipastikan akan langgeng hingga 2024.

Menurut Prof. Eka, kemungkinan terdapat tiga hingga empat capres-cawapres sangat ditentukan oleh figur yang diusung dan konfigurasi figur dari masing-masing partai.

"Misalnya Gerinda yang punya figur, lalu kemudian yang jadi problem misalnya PDIP antara Puan dan Ganjar, tapi misalnya di Demokrat itu punya figur tapi tidak cukup kuat untuk jadi figur 01, jadi ini yang saya kira memang masih mencari formulanya," kata Prof. Eka.

Misalnya juga Anies Baswedan yang tidak memiliki parpol, lanjut Prof. Eka, namun karena kekuatan figur yang dimiliki Anies membuat parpol tertarik untuk mengusungnya.

Baca Juga: Panas, Putri Gus Dur dan Ketum PKB Cak Imin Saling Serang

"Karena mungkin partai politik berfikir bahwa oh ini meski dia bukan kader partai yang bersangkutan tapi ketika dia dicalonkan maka akan mendongkrak suara partai politik," tambahnya.

Dengan demikian, maka saat ini proses yang ada masih dalam  penjajakan-penjajakan koalisi. Tergantung bagaimana deal-deal politik, kepentingan-kepentingan partai politik, jangka panjang dan jangka pendek.

"Sekarang sebetulnya masih mencari dan kita masih harus menunggu bagaimana para elit mengkalkulasi kepentingan politiknya," pungkasnya.

Senada, Pengamat Politik dari Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komarudin menyebut, peta koalisi Pilpres 2024 saat ini masih sangat dinamis.

Kendati demikian, Ujang memprediksi bakal ada tiga hingga empat poros koalisi menghadapi Pilpres 2024.

Pertama, poros PDIP, kedua poros KIB dan ketiga poros Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya, yang dibentuk Gerindra dengan PKB.

"Poros keempat sisanya adalah NasDem, Demokrat dengan PKS. Nah ini memungkinkan," kata Ujang dikutip dari Tribunnews.

Sementara itu jika ada tiga poros koalisi, Ujang memprediksi PDIP akan bergabung dengan Gerindra dan PKB, menghadapi KIB, dan poros koalisi NasDem-PKS-Demokrat.

"Kalau skemanya tiga pasang ya kemungkinan PDIP dengan Gerindra dan PKB," ucap Ujang.

Baca Juga: Bila Maju Pileg, Sitya Giona Nur Alam Nyalon DPR RI

Kendati demikian, Ujang pesimistis poros PDIP, Gerindra dan PKB bisa terbentuk.

Pasalnya, ketiga parpol itu ingin memajukan kader atau pimpinannya sebagai capres ataupun cawapres.

"Misalkan Cak Imin juga minimal harus jadi capres atau cawapres, kalau tidak kan ya lari juga," ujarnya.

"Oleh karena itu, kalau dari PDIP, Gerindra dan PKB, kalau misalkan Puan maju, Prabowo maju, lalu Cak Imin akan tergusur dari capres atau cawapres, tentu PKB tidak mau. Jadi ini masih harus dikaji ulang oleh ketiga partai itu karena prinsipnya koalisi itu sama-sama enak, sama-sama bisa berjuang," tandasnya. (B)

Penulis: Musdar

Editor: Haerani Hambali