5 Kabupaten di NTT Masuk Stunting Tertinggi, Termasuk Manggarai Timur
Berto Davids, telisik indonesia
Minggu, 06 Maret 2022
0 dilihat
Bupati Manggarai Timur dan para pegawai pada sebuah kesempatan pertemuan pembahasan stunting. Foto: Ist
" Nusa Tenggara Timur (NTT) masuk dalam prevalensi ranking stunting tertinggi termasuk kabupaten di daratan Flores, yakni Manggarai Timur "
KUPANG, TELISIK.ID - Sedikitnya 5 kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) masuk dalam prevalensi ranking stunting tertinggi termasuk kabupaten di daratan Flores, yakni Manggarai Timur.
Ranking yang dimaksud itu berada pada 10 besar daerah dengan angka stunting tertinggi dari 246 Kabupaten/kota yang menjadi prioritas percepatan penurunan stunting di Indonesia.
Berdasarkan Studi Status Gizi Indonesia (SSGI), ke lima kabupaten tersebut antara lain Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara, Alor, Sumba Barat Daya dan Manggarai Timur.
Bahkan Kabupaten Timor Tengah Selatan dan Timor Tengah Utara menempati urutan pertama dan kedua yang memiliki prevalensi stunting tertinggi di Indonesia karena berada diatas 46 persen.
Kepala Biro Umum dan Humas Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Marianus Mau Kuru mengatakan, ada 15 kabupaten dari 22 kabupaten/kota di NTT yang berstatus merah stunting.
"Berdasar SSGI 2021, NTT memiliki 15 kabupaten berkategori merah. Pelabelan status merah tersebut berdasarkan prevalensi stuntingnya masih di atas 30 persen," kata Biro Umum dan Humas BKKBN, Minggu (6/3/2022) di Kupang.
Ke-15 kabupaten di NTT yang belabel merah stunting atau prevalensi di atas 30 persen adalah Kabupaten Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara, Alor, Sumba Barat Daya, Manggarai Timur, Kupang, Rote Ndao, Belu, Manggarai Barat, Sumba Barat, Sumba Tengah, Sabu Raijua, Manggarai, Lembata dan Malaka.
Baca Juga: 39 Desa Bakal Gelar Pilkades, Ikuti Perda atau Perbup?
Dengan prevalensi stunting yang masih berada di atas 30 persen dan berstatus merah menempatkan NTT di urutan teratas daerah, dengan angka stunting yang sangat tinggi dibanding provinsi lainnya.
Dalam keterangan tersebut juga disampaikan, NTT memiliki tujuh kabupaten dengan status kuning karena prevalensi stunting di kisaran 20-30 persen. Sehingga tidak satu pun daerah di NTT yang bertatus hijau atau prevalensi stunting dibawa 20 persen.
Tujuh kabupaten/kota yang berstatus kuning antara lain, Ngada, Sumba Timur, Nagekeo, Ende, Sikka, Kota Kupang, dan Flores Timur. Dari tujuh kabupaten tersebut ada tiga kabupaten yang hampir mendekati status merah yakni, Ngada, Sumba Timur dan Nagekeo.
Dengan tingginya angka kasus stunting menjadikan NTT sebagai salah satu dari 12 provinsi prioritas yang memiliki prevalensi stunting tertinggi menjadi fokus utama dari BKKBN.
Sementara itu Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo menegaskan, pembentukan Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) dari tingkat provinsi, kabupaten/kota, kecamatan hingga kelurahan/desa harus segera dibentuk.
Baca Juga: Satu Tahun Belum Punya Pergub, Perda Film di Jatim Terancam Jadi Macan Ompong
"Keberadaan TPPS di semua tingkatan pemerintahan sangat membantu pencapaian target penurunan angka stunting," ujar Hasto.
Hasto mengatakan, persoalan stunting di masyarakat bukan saja menjadi urusan pemerintah tapi persoalan stunting adalah persoalan bangsa yang harus dituntaskan bersama dan membutuhkan kolaborasi di semua kalangan.
"Komitmen Presiden Joko Widodo pada tahun 2024 nanti angka stunting nasional harus berada di angka 14 persen," ungkap Hasto yang juga Ketua Pelaksana Percepatan Penurunan Stunting Nasional. (B)
Reporter: Berto Davids
Editor: Kardin